Ihya' Al Mawat

774 2 0
                                    

Fathul Qarib✍️
Bab Jual Beli

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

BAB IHYA’ AL MAWAT (MEMBUKA LAHAN)

(فصل): في أحكام إحياء الموات
Pengertian

(Fasal) menjelaskan hukum-hukum ihya’ al mawat.

وهو كما قال الرافعي في الشرح الصغير أرض لا مالك لها، ولا ينتفع بها أحد

Al mawat, sebagaimana yang dijelaskan oleh imam ar Rafi’i di dalam kitab Asy Syarh ash Shagir, adalah lahan yang tidak berstatus milik dan tidak dimanfaatkan oleh seseorang.

(وإحياء الموات جائز بشرطين) أحدهما (أن يكون المحيي مسلماً) فيسن له إحياء الأرض الميتة سواء أذن له الإمام أم لا، اللهم إلا أن يتعلق بالموات حتى كأن حمى الإمام قطعة منه، فأحياها شخص فلا يملكها إلا بإذن الإمام في الأصح، أما الذمي والمعاهد والمستأمن، فليس لهم الإحياء، ولو أذن لهم الإمام
Syarat Ihya’ Mawat

Mengolah bumi mawat hukumnya diperbolehkan dengan dua syarat.

Salah satunya, orang yang mengolah adalah orang islam.

Maka bagi orang islam hukumnya sunnah mengolah bumi mati, baik dengan izin imam ataupun tidak.

Ya Allah, kecuali jika ada hak yang bersinggungan dengan bumi mawat tersebut.

Seperti imam membatasi sebagian dari bumi mawat, kemudian ada seseorang yang ingin mengolahnya, maka ia tidak bisa memilikinya kecuali dengan izin dari imam menurut pendapat al ashah.

Adapun orang kafir dzimmi, mu’ahad, dan kafir musta’man, maka bagi mereka tidak diperkenankan untuk mengolah bumi mawat walaupun imam telah memberi izin pada mereka.

(و) الثاني (أن تكون الأرض حرة لم يجز عليها ملك لمسلم) وفي بعض النسخ أن تكون الأرض حرة

Yang ke dua, bumi tersebut harus merdeka -tidak berstatus milik- yang tidak dimiliki oleh orang islam.

Dalam sebagian redaksi dengan menggunakakan “bumi tersebut adalah bumi merdeka”.

والمراد من كلام المصنف أن ما كان معموراً، وهو الآن خراب فهو لمالكه إن عرف مسلماً كان أو ذمياً ولا يملك هذا الخراب بالإحياء فإن لم يعرف مالكه والعمارة إسلامية فهذا المعمور مال ضائع الأمر فيه لرأي الإمام في حفظه أو بيعه وحفظ ثمنه، وإن كان المعمور جاهلية ملك بالإحياء
Yang dikehendaki dari perkataan mushannif adalah sesungguhnya lahan yang pernah dihuni namun sekarang sudah tidak lagi, maka statusnya adalah milik orang yang memilikinya jika memang diketahui, baik orang islam atau kafir dzimmi. Dan lahan kosong tersebut tidak bisa dimiliki dengan cara diihya’.

Sehingga, jika tidak diketahui siapa pemiliknya, namun puing-puingnya menandakan di bangun pada masa islam, maka lahan ini adalah mal dlai’ (harta yang tersia-sia).

Urusannya diserahkan pada keputusan imam, mau dijaga, atau dijual dan hasil penjualannya dijaga.

Jika lahan tersebut dikelolah saat masa jahiliyah, maka bisa dimiliki dengan cara diihya’.

(وصفة الإحياء ما كان في العادة عمارة للمحيا) ويختلف هذا باختلاف الغرض الذي يقصده المحيي، فإن أراد المحيي إحياء الموات مسكناً اشترط فيه تحويط البقعة ببناء حيطانها بما جرت به عادة ذلك المكان من آجر أو حجر أو قصب، واشترط أيضاً سقف بعضها ونصب باب،
Cara Ihyaul Mawat

Fathul Qarib (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang