Fathul Qarib 📚
Fasal Mengusap Khuf atau Muza (Kaos kaki)بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
فصل): والمسح على الخفين جائز في الوضوء لا في غسل فرض أو نفل، ولا في إزالة نجاسة، فلو أجنب أو دميت رجله، فأراد المسح بدلاً عن غسل الرجل لم يجز، بل لا بد من الغسل وأشعر قوله جائز أن غسل الرجلين أفضل من المسح،
Fasal) mengusap dua muza (kaos kaki / kasut kulit) diperbolehkan dalam wudhu’, tidak di dalam mandi wajib ataupun sunnah, dan tidak di dalam menghilangkan najis.
Sehingga kalau ada seseorang yang junub atau kakinya berdarah, kemudian ia ingin mengusap muza sebagai ganti dari membasuh kaki, maka tidak diperkenankan, bahkan harus membasuh kakinya.
Perkataan mushannif yang berbunyi, “diperbolehkan” memberi pehamaman bahwa sesungguhnya membasuh kedua kaki itu lebih utama dari pada mengusap muza.
وإنما يجوز مسح الخفين لا أحدهما فقط، إلا أن يكون فاقد الأخرى (بثلاثة شرائط أن يبتدىء) أي الشخص (لبسهما بعد كمال الطهارة) فلو غسل رجلاً وألبسها خفها، ثم فعل بالأخرى كذلك، لم يكف ولو ابتدأ لبسهما بعد كمال الطهارة، ثم أحدث قبل وصول الرجل قدم الخف لم يجز المسح
Mengusap muza itu hanya diperbolehkan jika memang mengusap keduanya tidak salah satunya saja, kecuali jika dia tidak memiliki kaki yang satunya lagi.
Syarat Mengusap Muza
-diperbolehkan- dengan tiga syarat, yaitu seseorang mulai mengenakan kedua muza tersebut setelah dalam keadaan suci secara sempurna.
Sehingga, kalau ia membasuh salah satu kakinya dan mengenakan muza pada kaki tersebut, kemudian hal yang sama dilakukan pada kaki yang satunya lagi, maka tidak mencukupi.
Dan seandainya ia mulai mengenakan kedua muza setelah sempurnanya suci, namun kemudian ia hadats sebelum kakinya sampai di dasar muza, maka tidak diperkenankan untuk mengusapnya.
(وأن يكونا) أي الخفان (ساترين لمحل غسل الفرض من القدمين) بكعبيهما فلو كانا دون الكعبين كالمداس، لم يكف المسح عليهما، والمراد بالساتر هنا الحائل لا مانع الرؤية، وأن يكون الستر من جوانب الخفين لا من أعلاهما
Syarat kedua adalah kedua muza tersebut bisa menutupi bagian kedua telapak kaki yang wajib di basuh hinggah kedua mata kakinya.Sehingga, kalau kedua muza tersebut tidak sampai menutup kedua mata kaki seperti sepatu, maka tidak cukup mengusap keduanya.
Yang di kehendaki dengan “satir (yang menutup)”di dalam bab ini adalah penghalang, bukan sesuatu yang mencegah penglihatan.
Yang harus tertutup adalah bagian bawah dan sampingnya kedua muza, tidak arah atas keduanya.
(وأن يكونا مما يمكن تتابع الشيء عليهما) لتردد مسافر في حوائجه من حط وترحال، ويؤخذ من كلام المصنف كونهما قويين بحيث يمنعان نفود الماء، ويشترط أيضاً طهارتهما،
Muza tersebut harus terbuat dari sesuatu yang bisa digunakan untuk berjalan naik turun bagi seorang musafir guna memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.Dari ucapan mushannif di atas bisa diambil pemahaman bahwa kedua muza tersebut harus kuat, sekira bisa mencegah masuknya air.
Juga disyaratkan keduanya harus suci.ولو لبس خفاً فوق خف لشدة البرد مثلاً، فإن كان الأعلى صالحاً للمسح دون الأسفل صح المسح على الأعلى، وإن كان الأسفل صالحاً للمسح دون الأعلى، فمسح الأسفل صح أو الأعلى فوصل البلل للأسفل صح إن قصد الأسفل أو قصدهما معاً، لا إن قصد الأعلى فقط، وإن لم يقصد واحداً منهما، بل قصد المسح في الجملة أجزأ في الأصح
Dan seandainya ia memakai muza berlapis karena cuaca terlalu dingin semisal, maka, jika muza yang luar / atas layak untuk diusap tidak muza yang dalam, maka syah mengusap muza yang luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fathul Qarib (Lengkap)
SpiritualLengkap. Terjemahan kitab kuning Ala santri. Nama kitab: Terjemah Kitab Fathul Qarib Judul kitab asal: Fathul Qarib Al-Mujib fi Syarhi Alfazh Al-Taqrib atau Al-Qawl Al-Mukhtar fi Syarh Ghayatil Ikhtishar ( ﻓﺘﺢ ﺍﻟﻘﺮﻳﺐ ﺍﻟﻤﺠﻴﺐ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺃﻟﻔﺎﻅ ﺍﻟﺘﻘﺮﻳﺐ ﺃﻭ ﺍ...