Iqrar

881 5 0
                                    

Fathul Qarib✍️
Bab Jual Beli

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

BAB IQRAR

(فصل): في أحكام الإقرار

وهو لغةً الإثبات وشرعاً إجبار بحق على المقر، فخرجت الشهادة لأنها إخبار بحق للغير على الغير
Pengertian Iqrar

(Fasal) menjelaskan hukum-hukum iqrar.

Iqrar secara bahasa adalah menetapkan. Dan secara syara’ adalah memberitahukan hak yang menjadi tanggungan orang yang iqrar.

Maka mengecualikan syahadah (persaksian). Karena sesungguhnya syahadah adalah memberitahukan hak milik orang lain yang menjadi beban orang yang lain lagi.

(والمقرّ به ضربان) أحدهما (حق الله تعالى) كالسرقة والزنى (و) الثاني (حق الآدمي) كحد القذف لشخص

Pembagian Muqar Bih

Sesuatu yang diiqrari ada dua macam.

Salah satunya adalah haknya Allah Swt seperti mencuri dan berzina.

Yang ke dua adalah hak anak Adam seperti had qadzaf (menuduh zina) pada seseorang.

(فحق الله تعالى يصح الرجوع فيه عن الإقرار به) ويسن للمقر بالزنى الرجوع عنه كأن يقول من أقر بالزنى، رجعت عن هذا الإقرار أو كذبت فيه 
Haknya Allah

Untuk haknya Allah Swt, maka hukumnya sah menarik kembali pengakuan di dalamnya.

Seperti seseorang yang telah mengaku berbuat zina berkata, “saya menarik kembali pengakuan ini,” atau “saya berbohong dalam pengakuan ini.”

Bagi orang yang mengaku telah berbuat zina disunnahkan untuk menarik kembali pengakuannya

(وحق الآدمي لا يصح الرجوع فيه عن الإقرار به) وفرق بين هذا والذي قبله بأن حق الله تعالى مبني على المسامحة، وحق الآدمي مبني على المشاحة

Hak Manusia

Sedangkan untuk hak anak Adam, maka hukumnya tidak sah menarik kembali pengakuan di dalamnya.

Dibedakan antara hak ini dengan hak sebelumnya, bahwa sesungguhnya haknya Allah Swt didasarkan pada kemurahan, sedangkan hak anak Adam didasarkan pada al musahah (sengketa).

(وتفتقر صحة الإقرار إلى ثلاثة شروط) أحدها(البلوغ) فلا يصح إقرار الصبي، ولو مراهقاً ولو بإذن وليه.
Syarat-Syarat Iqrar

Sahnya pengakuan membutuhkan tiga syarat.

Salah satunya adalah baligh. Sehingga tidak sah pengakuan anak kecil walaupun hampir baligh dan walaupun seizin walinya.

(و) الثاني (العقل) فلا يصح إقرار المجنون والمغمي عليه، وزائل العقل بما يعذر فيه، فإن لم يعذر فحكمه كالسكران
Yang kedua adalah berakal. Sehingga tidak sah pengakuannya orang gila, orang pingsan dan orang yang hilang akalnya sebab sesuatu yang ditolelir.

Jika hilangnya akal itu disebabkan oleh sesuatu yang tidak ditolelir, maka hukumnya seperti orang yang mabuk.

(و) الثالث (الاختيار) فلا يصح إقرار مكره بما أكره عليه (وإن كان الإقرار بمال اعتبر فيه شرط رابع وهو الرشد) والمراد به كون المقر مطلق التصرف، واحترز المصنف بمال عن الإقرار بغيره كطلاق وظهار ونحوهما، فلا يشترط في المقر بذلك الرشد بل يصح من الشخص السفيه

Yang ke tiga adalah atas kemauan sendiri, sehingga tidak sah pengakuan orang yang dipaksa terhadap apa yang dipaksakan pada dirinya.

Jika pengakuan tersebut pada harta, maka ditambahkan syarat yang ke empat yaitu rusyd (pintar).

Yang dikehendaki dengan rusyd adalah keberadaan orang yang iqrar adalah orang yang mutlak tasharrufnya (sah tasharrufnya) atau orang yang bebas secara hukum untuk bertransaksi dengan siapapun dan dalam jumlah berapapun. 

Dengan keterangan “terhadap harta”, mushannif mengecualikan pengakuan terhadap selain harta seperti talak, dhihar dan sesamanya.

Maka tidak disyaratkan harus rusyd pada orang yang iqrar dengan perkara-perkara tersebut, bahkan hukumnya sah pengakuan dari orang idiot.

(وإذا أقر) الشخص (بمجهول) كقوله لفلان على شيء (رجع) بضم أوله (إليه) أي المقر (في بيانه) أي المجهول فيقبل تفسيره بكل ما يتمول، وإن قل كفلس ولو فسر المجهول بما لا يتمول، لكن من جنسه كحبة حنطة أو ليس من جنسه، لكن يحل اقتناؤه كجلد ميتة وكلب معلم، وزبل قبل تفسيره في جميع ذلك على الأصح، ومتى أقر بمجهول وامتنع من بيانه بعد أن طولب به حبس حتى يبين المجهول، فإن مات قبل البيان طولب به الوارث، ووقف جميع التركة

Iqrar Barang Yang Tidak Jelas

Ketika seseorang melakukan iqrar dengan sesuatu yang tidak jelas / majhul seperti ucapannya, “fulan memiliki sesuatu hak pada diriku”, maka ia diminta untuk menjelaskannya, maksudnya barang yang tidak jelas tersebut.

Sehingga penjelasannya sudah bisa diterima dengan sesuatu yang memiliki harga, walaupun hanya sedikit seperti uang receh.

Seandainya ia menjelaskan perkara yang tidak jelas tersebut dengan sesuatu yang tidak memiliki harga akan tetapi masih termasuk jenis dari perkara yang memiliki harga seperti satu biji gandum putih, atau bukan termasuk jenis barang yang memiliki harga akan tetapi halal untuk disimpan seperti kulit bangkai, anjing yang terlatih dan kotoran ternak, maka penjelasannya di dalam semua itu dapat diterima menurut pendapat al ashah.

Ketika seseorang melakukan iqrar dengan sesuatu yang tidak jelas dan tidak mau menjelaskannya setelah dituntut untuk menjelaskan, maka ia berhak dipenjara hingga mau menjelaskan perkara yang belum jelas tersebut.

Sehingga, jika ia meninggal dunia sebelum menjelaskan, maka yang dituntut untuk menjelaskan adalah ahli warisnya, dan semua harta tinggallannya dipending terlebih dahulu.

(ويصح الاستثناء في الإقرار إذا وصله به) أي وصل المقر الاستثناء بالمستثنى منه، فإن فصل بينهما بسكوت أو كلام كثير أجنبي ضرا، أما السكوت اليسير كسكتة تنفس، فلا يضر ويشترط أيضاً في الاستثناء أن لا يستغرق المستثنى منه، فإن استغرقه نحو لزيد على عشرة إلا عشر ضر (وهو) أي الإقرار (في حال الصحة والمرض سواء) حتى لو أقر شخص في صحته بدين لزيد وفي مرضه بدين لعمر ولم يقدم الإقرار الأول، وحينئذ فيقسم المقر به بينهما بالسوية.

Pengecualian di Dalam Iqrar

Hukumnya sah memberi istitsna’ / mengecualikan di dalam iqrar ketika pengecualian tersebut langsung disambung dengan iqrarnya, maksudnya orang yang iqrar langsung menyambung istitsna’-nya dengan mustatsna minhu.

Sehingga, jika ia memisahkan antara keduanya dengan diam -yang lama secara ‘urf- atau ucapan yang lain, maka hukumnya tidak sah.

Adapun pemisah yang berupa diam sebentar seperti diam untuk mengambil nafas, maka hukumnya tidak berpengaruh.

Di dalam istitsna’ juga disyaratkan harus tidak sampai menghabiskan mustatsna minhu-nya.

Sehingga, jika sampai istitsna’-nya menghabiskan mustatsna minhu-nya seperti ucapan, “Zaid memiliki hak pada diriku sepuluh kecuali sepuluh”, maka hukum istitsna’-nya tidak sah.

Iqrar di saat sehat dan sakit itu hukumnya sama saja.

Sehingga, seandainya ada seseorang yang iqrar saat sehat bahwa ia memiliki hutang pada Zaid, dan saat sakit ia mengaku bahwa memiliki hutang pada Umar, maka pengakuan yang pertama tidak didahulukan. Dan kalau demikian, maka barang yang diiqrari harus dibagi di antara keduanya

Pengarang 🗒️
Abu Abdillah Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili

🏷️

Fathul Qarib (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang