Iddah

1.4K 6 0
                                    

Fathul Qarib✍️
Bab Nikah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

BAB ‘IDDAH

فصل): في أحكام العدة وأنواع المعتدة

Fasal) menjelaskan hukum-hukum ‘iddah dan macam-macam mu’taddah (wanita yang menjalankan ‘iddah).

وَهِيَ لُغَةً الْاِسْمُ مِنْ اعْتَدَّ
‘Iddah secara bahasa adalah kalimat isim dari fi’il madli “i’tadda.”

وَشَرْعًا تَرَبُّصُ الْمَرْأَةِ مُدَّةً يُعْرَفُ فِيْهَا بَرَاءَةُ رَحْمِهَا بِأَقْرَاءٍ أَوْ أَشْهُرٍ أَوْ وَضْعِ حَمْلٍ
Dan secara syara’ adalah penantian seorang perempuan dalam jangka waktu yang bisa diketahui dalam rentan waktu tersebut bahwa kandungannya telah bersih, dengan beberapa masa suci, beberapa bulan atau melahirkan kandungan.

Macam-Macam Mu’taddah (Wanita Yang Menjalankan ‘Iddah)

(وَالْمُعْتَدَّةُ عَلَى ضَرْبَيْنِ مُتَوَفَّى عَنْهَا) زَوْجُهَا  (وَغَيْرُ مُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا

Wanita mu’taddah ada dua macam, yaitu mu’taddah mutawaffa ‘anha zaujuha (yang ditinggal mati suami) dan mu’taddah ghairu mutawaffa ‘anha zaujuha (yang tidak ditinggal mati suami).

Mu’taddah MutawaffaAnha Zaujuha

فَالْمُتَوَفَّى عَنْهَا) زَوْجُهَا)إِنْ كَانَتْ) حُرَّةً (حَامِلًا فَعِدَّتُهَا) عَنْ وَفَاةِ زَوْجِهَا (بِوَضْعِ الْحَمْلِ) كُلِّهِ حَتَّى ثَانِيَ تَوْأَمَيْنِ مَعَ إِمْكَانِ نِسْبَةِ الْحَمْلِ لِلْمَيِّتِ وَلَوْ احْتِمَالًا كَمَنْفِيٍّ بِلِعَانٍ

Untuk mu’taddah mutawaffa ‘anha zaujuha, jika berstatus merdeka dan sedang hamil, maka ‘iddahnya sebab wafatnya sang suami adalah dengan melahirkan kandungan secara utuh hingga kandungan yang berupa dua anak kembar dengan syarat dimungkinkan nasab sang anak bersambung pada suami yang meninggal dunia walaupun hanya kemungkinan saja seperti anak yang dinafikan dengan sumpah li’an.

فَلَوْ مَاتَ صَبِيٌّ لَا يُوْلَدُ لِمِثْلِهِ عَنْ حَامِلٍ فَعِدَّتُهَا بِالْأَشْهُرِ لَا بِوَضْعِ الْحَمْلِ
Sehingga, seandainya ada anak kecil meninggal dunia yang tidak mungkin bisa memiliki keturunan dan meninggalkan istri yang sedang hamil, maka ‘iddahnya sang istri adalah dengan melewati beberapa bulan, tidak dengan melahirkan kandungan.

(وَإِنْ كَانَتْ حَائِلًا فَعِدَّتُهَا أَرْبَعَةُ أَشْهُرٍ وَعَشْرٌ) مِنَ الْأَيَّامِ بِلَيَالِيْهَا
Jika mu’taddah mutawaffa ‘anha zaujuha itu tidak dalam keadaan hamil, maka masa ‘iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari sepuluh malam.

وَتُعْتَبَرُ الْأَشْهُرُ بِالْأَهِلَّةِ مَا أَمْكَنَ وَيُكَمَّلُ الْمُنْكَسِرِ ثَلَاثِيْنَ يَوْمًا
Empat bulan tersebut dihitung sesuai dengan perhitungan tanggalan yang memungkinkan, dan untuk tanggal bulan yang tidak utuh, maka disempurnakan menjadi tiga puluh hari.

Mu’taddah Ghairu Mutawaffa ‘Anha Zaujuha

(وَغَيْرُ الْمُتَوْفَى عَنْهَا) زَوْجُهَا (إِنْ كَانَتْ حَامِلًا فَعِدَّتُهَا بِوَضْعِ الْحَمْلِ) الْمَنْسُوْبِ لِصَاحِبِ الْعِدَّةِ.

Fathul Qarib (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang