Kitab Fathul Qarib 📚
Bab ThoharohFasal Tentang Najis Dan Cara Menghilangkan nya
ثم استثنى المصنف من الأبوال قوله (إلا بول الصبي الذي لم يأكل الطعام) أي لم يتناول مأكولاً ولا مشروباً على جهة التغذي (فإنه) أي بول الصبي (يطهر برش الماء عليه) ولا يشترط في الرش سيلان الماء، فإن أكل الصبي الطعام على جهة التغذي غسل بوله قطعاً، وخرج بالصبي الصبية والخنثى فيغسل من بولهما،
ويشترط في غسل المتنجس ورود الماء عليه إن كان قليلاً، فإن عكس لم يطهر أما الكثير فلا فرق بين كون المتنجس وارداً أو موروداً
Najis Mukhafafah (Ringan)Kemudian dengan bahasa “jenisnya air kencing”, mushannif mengecualikan perkataan beliau yang berbunyi, “kecuali air kencingnya anak kecil laki-laki yang belum pernah memakan makanan, maksudnya belum pernah mengkonsumsi makanan dan minuman untuk penguat badan. Maka sesungguhnya air kencing anak laki-laki tersebut sudah bisa suci dengan hanya memercikkan air padanya.
Dalam memercikkan air, tidak disyaratkan harus sampai mengalir.
Jika anak kecil laki-laki tersebut telah mengkonsumsi makanan untuk penguat badan, maka air kencingnya harus dibasuh secara pasti.Dengan bahasa “anak laki-laki”, mengecualikan anak kecil perempuan dan huntsa, maka air kencing keduanya harus dibasuh.
Di dalam membasuh barang yang terkena najis, disyaratkan airnya yang didatangkan/dialirkan pada barang tersebut jika airnya sedikit. Jika dibalik, maka barang tersebut tidak suci.Sedangkan jika air yang banyak, maka tidak ada bedanya antara barang yang terkena najis yang datang atau didatangi air.
(Najis kencing anak kecil ini dinamakan najis Mukhafafah, (diringankan hukumnya) karena dalam menghilangkan najis ini,cukup dengan memercikkan air padanya. Berbeda dengan najis mugholadzo (najis yang di perberat hukumnya) , sebab najis mugholadzo bisa hilang dengan menyiramkan 7 kali basuhan dan salah satu basuhan nua di tambah debu yang suci mensucikan. Dan najis mutawasithoh(najis yamg tengah-tengah) bisa hilang dengan membasuh nya, minimal satu kali jika memang dapat hilang materi najis nya dengan satu kali basuhan. Najis ini tidak bisa hilang dengan percikan air.)(ولا يعفى عن شيء من النجاسات إلا اليسير من الدم والقيح) فيعفى عنهما في ثوب أو بدن، وتصح الصلاة معهما (و) إلا (ما) أي شيء (لا نفس له سائلة) كذباب ونمل (إذا وقع في الإناء ومات فيه فإنه لا ينجسه) وفي بعض النسخ إذا مات في الإناء وأفهم قوله وقع، أي بنفسه أنه لو طرح ما لا نفس له سائلة في المائع ضر، وهو ما جزم به الرافعي في الشرح الصغير، ولم يتعرض لهذه المسألة في الكبير،
Najis Ma’fu (Dimaafkan)
Tidak ada najis yang dima’fu kecuali darah dan nanah yang sedikit. Maka keduanya dima’fu di pakaian dan badan, dan sholat yang dilakukan tetap sah walaupun membawa keduanya.
Dan kecuali bangkai binatang yang tidak memiliki darah yang mengalir seperti lalat dan semut, ketika binatang tersebut masuk ke dalam wadah air dan mati di sana. Maka sesungguhnya bangkai binatang tersebut tidak menajiskan wadah air yang dimasukinya.
Dalam sebagian salinan kitab menggunakan bahasa “ketika mati di dalam wadah”.
Perkataan mushannif “terjatuh sendiri”, memberi pemahaman bahwa sesungguhnya seandainya bangkai binatang yang tidak memiliki darah mengalir itu dimasukkan ke dalam benda cair, maka berbahaya (menajiskan). Imam ar Rafi’i mantap dengan pendapat ini di dalam kitab asy Syarh ash Shaghir, namun beliau tidak menyinggung masalah ini di dalam kitab asy Syarh al Kabir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fathul Qarib (Lengkap)
DuchoweLengkap. Terjemahan kitab kuning Ala santri. Nama kitab: Terjemah Kitab Fathul Qarib Judul kitab asal: Fathul Qarib Al-Mujib fi Syarhi Alfazh Al-Taqrib atau Al-Qawl Al-Mukhtar fi Syarh Ghayatil Ikhtishar ( ﻓﺘﺢ ﺍﻟﻘﺮﻳﺐ ﺍﻟﻤﺠﻴﺐ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺃﻟﻔﺎﻅ ﺍﻟﺘﻘﺮﻳﺐ ﺃﻭ ﺍ...