5. A Thrilling Smile

57.4K 6.6K 2.2K
                                    

Terima kasih sudah menunggu! Jangan lupa untuk bantu vote, komen, dan share juga cerita ini ke temen-temen kamu, ya! Kamu boleh banget rekomendasiin UM ke temen-temen kamu:*

Seperti biasa, 1.5k votes + 2k komentar untuk bab ini, yuk!

Selamat membaca!

Mari tinggalkan Emot ❤️❤️❤️ nya untuk Akdas dan Dhafira! Atau buat Prita sama Devdas hehe jangan kebalik ya hahaha

Sebelum baca, jangan lupa follow aku di sini Agustus29
Instagram : Agustus29_
Tiktok : Agustus29_ (Yes, aku bikin konten di sana)

Sebelum baca, jangan lupa follow aku di sini Agustus29Instagram : Agustus29_Tiktok : Agustus29_ (Yes, aku bikin konten di sana)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ucapan Devdas saat di mobil cukup mengganggunya. Saat kelas berlangsung saja, Dhafira tidak bisa fokus. Dia kebingungan. Kenapa Devdas tiba-tiba berkata demikian?

Apa karena lelaki itu tahu jika mereka menikah tanpa cinta?

Dhafira mengembus napas pelan. Jujur, sebenarnya ada hal lain lagi yang membuatnya kepikiran. Dhafira akui jika dia ceroboh. Saat menerima perjodohan ini, dia tidak sampai memikirkan bagaimana masa depan pernikahan mereka nanti. Begitu pun dengan sekarang. Dia sama sekali tak memiliki rencana apa pun, termasuk memiliki anak dengan Akdas—hal yang sangat wajar terjadi di dalam kehidupan pernikahan para pasangan di luar sana.

Namun baginya, bahasannya masih terlalu jauh, apalagi jika menilik bagaimana canggungnya interaksi mereka. Ia terlalu fokus mencapai tujuannya. Sampai-sampai dia dibuat bingung seperti sekarang. Apa dia harus berbicara dengan Akdas soal ini? Namun, apakah dia mampu mengutarakannya?

Sekali lagi, perempuan itu mengembus napas pelan, sebelum terperanjat saat merasakan seseorang menepuk bahunya.

"Malah ngelamun nih bocah," seru Alya—salah satu teman satu kelasnya, yang juga merupakan teman satu kelompoknya saat OSPEK.

"Bocahan our age, Aly. Nggak inget usia, lo," sahut Salwa, yang dibalas cengiran lebar oleh Alya.

Di antara kedua temannya, Dhafira tentu saja memiliki usia yang lebih tua daripada mereka. Jika ia 21 tahun, maka Alya dan Salwa baru berusia 18 tahun. Namun Dhafira tak pernah mempersalahkan itu. Toh mereka sama-sama satu kelas.

"Mikirin apa sih, Dhaf? Kusut banget tuh face," ujar Alya lagi.

Dhafira hanya menggeleng.

"Mikirin pak suami ya?" selidik Alya dengan mata menyipit, menggodanya.

Ya, kedua temannya memang sudah tahu dengan status dirinya yang sudah menikah. Sebenarnya ia pun tidak menutup-nutupi hal ini kepada siapa pun. Hanya saja, memang dua orang inilah yang dekat dengannya.

Dengan wajah yang santai, Dhafira mengangguk. Mengundang seruan histeris dari kedua temannya. Alya yang paling heboh. "Astaga! Gue mau nikah juga, elah!"

Unimaginable MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang