7. Breakfast

53.9K 5.8K 1.3K
                                    

Sori banget updatenya lama:'( huhu semoga belum pada tidur🌼 Bab ini baru aja selesai aku ketik terus update deh hehe moga suka, ya!

Seperti biasa, 1,5k votes + 2k komentarnya untuk bab ini, yuk!

Spam emot ❤️❤️❤️ dulu sini!

Sebelum baca, jangan lupa follow aku di sini Agustus29
Instagram : Agustus29_
Tiktok : Agustus29_
KBM APP : Agustus29
Dreame / Innovel : Agustus29

Sebelum baca, jangan lupa follow aku di sini Agustus29Instagram : Agustus29_Tiktok : Agustus29_ KBM APP : Agustus29Dreame / Innovel : Agustus29

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu nggak mandi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu nggak mandi?"

Dhafira yang tengah selonjoran di lantai sambil bersandar di ranjang pun menoleh, pada sosok Akdas yang baru saja keluar dari ruang ganti. Pria itu sudah rapi dengan pakaian kerjanya, berupa celana bahan serta jas yang senada, yakni berwarna hitam. Lalu kemeja berwarna misty grey dan dasi dengan motif bergaris abu-abu putih berada di baliknya.

Satu perbedaan lainnya antara Akdas dan Devdas yang baru Dhafira ketahui adalah tentang warna. Akdas tidak menyukai warna terang, sementara Devdas sebaliknya.

Semua pakaian Akdas nyaris berwarna gelap. Warna hitam, navy, cokelat, cofee, dan abu-abu. Mungkin warna putih saja yang merupakan warna terangnya—meski putih adalah warna netral. Maka dari itu, ia bisa menebak keduanya hanya karena warna pakaian.

Dhafira menggeleng, sambil menepuk-nepuk pahanya yang terasa pegal. Akibat jarang olahraga. Sekalinya dibawa olahraga pasti sakit seperti ini.

"Udah jam tujuh lebih. Kita berangkat bareng."

Lagi, Dhafira menggeleng.

"Dhafira...."

"Aku nggak ada kelas, Mas," cicitnya, dan menunjukkan cengiran tipisnya.

Lalu seperti biasa, Akdas akan menatapnya lama sebelum memalingkan wajah. "Mandi cepet. Sebentar lagi sarapan."

Mendengar nada perintah dari suaminya yang terdengar tak ingin dibantah, Dhafira akhirnya mengiyakan dan segera beranjak dari posisinya dengan lunglai. Kakinya terasa hendak patah.

Unimaginable MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang