4) Kasihan

5K 795 63
                                    

"Sudah ku bilang Ratu Amaradad memiliki sejuta kegilaan. Lihatlah sekarang, kita malah disunat yang katanya adalah pensucian, tapi ini namanya penyiksaan!" Protes salah satu warga.

Hahaha, berita tentang sunat massal sudah tersebar kemana-mana. Mendengar itu, keesokan harinya aku melatih beberapa orang untuk menjadi dokter sunat. Dan keesokan harinya lagi adalah hari sunat massal.

Aku dan curut-curutku masih berada di kerajaan Franklin, rumahku. Sepertinya butuh waktu beberapa pekan untuk membuat curut-curutku ini dapat berjalan normal lagi. Kasihan sih, tapi sudah terlanjut.

Apakah aku melihat anunya mereka? Oh tentu tidak. Aku menutup mata dan melakukan sunat pada mereka menggunakan mata batin, bukan mata Najwa.

"Nomor urut 51, silahkan masuk ke ruangan," Panggil eumm monitor? Atau apalah itu aku lupa namanya. Maklum, aku sudah berumur 20 tahun.

"SAKIIT HUAAA,"

"INI NERAKA! INI NERAKA ASTAGAA,"

"Asyhaduallah illahailallah. ASTAGA SAKIT LUAR BINASA PIG,"

Bagus. Secara mendadak mereka ingat Tuhan. Memang ya, Veddira selalu membuat orang-orang menjadi orang beriman.

"Ratu Amaradad, anda dipanggil oleh Tuan Felix," Kata Rana. Aku yang sedang memerhatikan pasien sunat lantas menoleh ke arahnya, menganggukkan kepala lalu pergi. Kemana? Pergi ke bulan~

Tap tap tap

"Astaga, Ratu Amaradad. Tidak saat sekolah tidak saat menjadi Ratu, kau selalu membuat bencana," Keluh seseorang. Aku meliriknya dan wow, Ketua Dewan?

"Heyy Ketua Dewan tampan. Atau perlu ku panggil Farans saja? Kau kan sudah lulus," Ejekku.

"Terserah," Kata nya. Ia meninggalkanku namun dengan sengaja menabrak bahuku. Aduh, bahuku sudah kotor.

"Iyuh, najis," Kataku jijik sambil menepuk-nepuk bahuku agar bersih. Nahh, sudah deh.

Tap tap tap

Aku melanjutkan langkah. Dengan angkuh aku mengibas rambutku agar terlihat centil. Kalau begini, aku jadi ingin kembali ke masa lalu.

"Duh enaknya, jadi orang manis,"

"Bisa poliandri semauku,"

"Bisa jadi Ratu Amaradad,"

"Bisa manis tidak kau ya?"

"Tidaaak," Aku stres? Ya.

Brakkk

Dengan anggun, aku mendobrak pintu kamar Papa. Benar-benar seperti ingin melabrak protagonis, ya? Sayangnya Papaku bukan protagonis, tapi noobtagonis.

"Papa gondrongku~," Sapaku lalu berlari kecil ke arah Papa yang terbaik lemah, masih tidak berdaya.

"Ya," Balasnya. Aku kini berdiri tepat di sampingnya. Aku berpikir, lalu menyeringai ke arah Papa.

"Papa, sakit ya?" Tanyaku.

"Sangat sakit. Ini seperti kau sudah berada di neraka kelak," Jawab nya berlebihan.

"Lemah," Ejekku. Yuhu! Dendamku sudah tersalurkan!

"Dasar," Cibir Papa lalu membelakangiku.

"Hey Papa, kau marah? Seperti perawan saja," Godaku sembari menoel-noel telinga Papa.

"Terserah, hush hush sana kau pergi," Lah? Ini aku yang perempuan atau Papaku?

"Siapa yang memanggilku kesini? Tidak mungkin kasur Papa," Sarkasku.

"Bukan aku, mulutku,"

Hey orang baik, boleh minta tolong? Aku ingin kau memeriksa sumur ya. Kalau kosong tolong isi air, aku akan menenggelamkan Papa ;). Ah tidak, menenggelamkannya di laut lebih bagus.

"Yasudah deh. Dadah Papa," Pamitku.

"Iya bro, dadah," Sip, keluargaku gaul. Gaya swaggy mode on.

♩ ♩ ♩ ♩

"Veddira, tolong aku. Ini sakit huhu,"

"Tolong Ratu, Raja ini sangat tersiksa,"

"Veddira, tolong Daryan,"

"Oh astaga, penyiksaan macam apa ini?"

"Santai, beberapa hari kedepan rasa sakit itu akan hilang," Kataku saat baru saja memasuki kamar keempat lelaki ini dan langsung merengek kepadaku.

"Tidak bisa," Kata mereka berempat. Umumu curut-curutku sayang.

"Yasudah kalau tidak percaya," Kataku lalu duduk di kursi yang menghadap langsung ke kasur keempat lelaki ini.

"Kasihan sekali kalian, miris sekali. Baru disunat saja sudah sekarat, apalagi saat malaikat maut datang," Ejekku. Aku memilin rambutku dan nenyeringai menatap keempat lelaki di hadapanku.

"Tunggu saja, kami akan membuat mu terbaring lemah setelah malam pertama," Kini, bergantian mereka berempat yang menyeringai.

Aku mengendikkan bahuku tanda aku tidak peduli. Toh, mereka maunya aku tim atas, nyenyenye.

"Kasihan sekali. Tapi tidak semudah itu ferguso," Kataku sembari menjulurkan lidah ke arah empat lelaki di hadapanku.

"Miris. Curut-curutku terbaring lemah. Yasudah dadah curut-curutku~," Kataku mengasihani sekaligus berpamitan kepada curut-curutku.

"Dadah~," Oh astaga, bayiii.

"Dadah~," Oh astaga, bayiii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Dragon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang