Aku senang sekali menjadi Mama. Lihatlah, aku sedang menyuapi para curut-curutku versi kecil. Oh astaga pipi mereka yang sedang mengunyah sangatlah menggemaskan! Kami sedang berada dimana? Meja makan. Sedang makan apa? Makan siang, memakan nasi dan daging. Daging apa? Daging nenek sihir, ya.
"Anak-anak Mama harus akur satu sama lain ya," Kataku yang lagi-lagi, berbicara dengan anak-anakku. Mereka mengerti? Ntahlah, aku tidak peduli.
"Maksud Mama, kalian harus menjadi antagonis dan membuat bencana bersama," Sambungku.
"Suamimu juga ingin disuap," Kata Vadlan yang hanyaku respon dengan lirikan.
"Aaaa, umumu William anakku waktunya makan," Kataku sembari menyuapi William. Ya, aku memanggilnya William, salah!?
"Nanti, kalian berempat harus menjaga Veivie agar rencana jahat Veivie tidak hancur, oke?," Kataku menyuruh keempat anak lelakiku. Mereka hanya menatapku dengan tatapan polos, uh jadi ingin menendang mereka.
"Nah, setelah ini ayo kita berolahraga agar saat kalian membuat bencana besar-besaran nantinya, tidak akan merasa lelah," Kataku memberitahukan jadwalku dan anak-anakku setelah ini.
"Mama," Panggil Sargon.
"Iya sayang?," Balasku sembari mengelus kepala Sargon. Syukurlah, tidak ada anakku yang tunawicara. Dan mereka semua pintar, sungguh hebat!
"Papa thayaknya malah dengan thami," Kata Sargon sembari menunjuk keempat Papa mereka. Aku menoleh dan eumm, ekspresi mereka biasa saja.
(Papa kayaknya marah dengan kami)
"Mereka tidak marah, kok," Kataku dan menoleh kembali ke Sargon.
"Heungg, owkkie," Aduh, gemas sekali kawan. Jadi ingin melihat bagaimana besarnya anak-anakku.
"Mama," Kalau tadi yang memanggilku adalah Sargon, maka sekarang adalah Brian.
"Iya sayang?," Aduh, mesra kali diriku ini.
"Ayo mandi," Ajak Brian.
"Oke, berbarislah anak-anak," Suruhku. Dengan serempak, anak-anakku turun dari kursi mereka lalu berbaris. Posisinya adalah Veivie memimpin, diikuti Brian, Gerald, Sargon, dan terakhir William.
"Nah, untuk memperlancar cara berjalan kalian, silahkan kalian bergandeng tangan untuk menjaga keseimbangan satu sama lain, ya? Oke lakukan sekarang," Lagi-lagi, mereka menurut lalu menggandeng tangan satu sama lain.
"Baiklah anak itik, jalan!," Kataku sembari berjalan mendahului anak-anakku.
"Dadah Papa," Oh astaga, anak siapa mereka hiii?
"Iya dadah, selamat menikmati neraka," Kurang ajar, siapa yang berbicara seperti itu?
Aku menoleh dan ternyata, mereka semua berbicara seperti itu. Ngomong-ngomong, mereka sedang melambaikan tangan kepada anak-anakku, begitu pula sebaliknya. Hee kok lucu? HAHAHHAHAHA.
"Terserah deh, yang penting curut-curutku versi kecil menurut kepadaku," Kataku dan tetap melanjutkan perjalanan ku menuju kamar mandi.
♩ ♩ ♩ ♩
"Ya teruskan William!,"
"Balas Veivie, Sargon! Tidak-tidak, kau harus membalasnya dengan penuh dendam!,"
"Wah kau pahlawan, Gerald. Baik sekali kau melindungi Veivie,"
Anak-anakku sangat akur. Mereka kini bertarung satu sama lain menggunakan air bak mandi mereka. Tunggu saja, mereka akan terkena flu setelah ini. Atau tidak ya, pilek.
"Hey, itu istrimu, kan?," Tanpa ku sadari, para suamiku memerhatikan ku dan anak-anakku.
"Benar, istrimu juga, kan?," Jawab Pangeran Alfino menjawab pertanyaan Duke Daryan.
"Benar," Jawab Duke Daryan.
"Tuan, Tuan Felix datang berkunjung," Kata Rana yang berada di dekat para suamiku.
"Papa mertua?," Beo mereka berempat.
Oh astaga cepatlah besar anak-anakku. Mama ingin melihat bagaimana kalian membuat bencana nantinya, semoga licik seperti saat Mama masih mudah, ya. Oh dan heyy, Papa gondrong datang!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dragon [Completed]
Fantasy[Sequel of The Villainess] Kalian mengenal Ratu Amaradad? Alias Veddira Elmeira Franklin, si gadis bencana? Baguslah kalau kalian mengenalnya. Perkenalkan! Aku, Veivie Sabrina eumm Franklin? Afonso? Seymour? Roderigo? Atau Palazzo? Ntahlah, aku terl...