Pengumuman, aku adalah peri gadungan tapi versi cantik. Yuhuu aku peri! Betapa beruntungnya diriku ini~
Setelah mengatakan bahwa aku peri, Papa Vadlan menggendongku lalu kembali ke kamar Kakak-kakakku. Heum, sepertinya penampilan periku masih belum berubah.
"Heyyie Mama, Papa," Sapaku saat aku dan Papa Vadlan sudah memasuki kamar Kakak-kakakku. Mereka menoleh dan terkejut melihat penampilanku. Hehe, kayak Tuan Putri bukan? Jelas.
"Sepertinya dia bangsa peri," Kata Papa Vadlan menjawab keterjutan Papa dan Mama aneh.
"Keren, anakku kelak akan menjadi antagonis sekaligus peri cantik. Benar-benar rahimku ini," Kata Mama aneh bangga. Aku ikut bangga, bagaimanapun akulah yang ia maksud.
"Dan sepertinya, Sargon alergi pada Veivie. Kekuatan Veivie memang belum diketahui, namun serbuk peri nya muncul samar-samar," Lanjut Papa Vadlan membuat Papa dan Mama aneh mengangguk.
"Baiklah, mulai sekarang jaga batas jarak antara Veivie dan Sargon," Kata Papa Orion memutuskan. Enak saja! Tadi itu aku mau membunuhnya, kalian kok malah mengira ia alergi serbuk periku? Huh!
"Benar. Kasihan sekali anak bungsuku tak dapat dekat-dekat dengan salah satu ksatrianya," Bukan Mama, mereka adalah mangsa sekaligus orang rival ku.
"Waktunya tidur anak-anak, atauu kalian ingin dibacakan cerita dogeng oleh Papa Alfino?," Tawar Papa Alfino yang dijawab serempak olehku dan Kakak-kakakku. Yakni,
"Thami ingin dibacathan celita dogeng oleh Papa Alfino!," Ya, seperti bayi.
(Kami ingin dibacakan cerita dogeng oleh Papa Alfino!)
"Hahaha bagus. Berbaringlah di kasur kalian masing-masing," Dan malam itu, menjadi malam yang indah diiringi dengan cerita dogeng dan lelucon Papa Alfino.
♩ ♩ ♩ ♩
"Veivie, thamu jangan dethat-dethat dengan Salgon," Larang Brian dengan sewotnya.
(Veivie, kamu jangan dekat-dekat dengan Sargon)
"Minggil thamu wahai anak thecil," Kataku sembari berkecak pinggang, menatap tajam ke arah Brian.
(Minggir kamu wahai anak kecil)
"Tidak mau, nanti thamu dimalahin Mama thalena nathal," Kata nya menolak.
(Tidak mau, nanti kamu dimarahin Mama karena nakal)
"Tidak apa-apa. Mama tidak athan memalahi thu," Kekeuhku.
(Tidak apa-apa. Mama tidak akan memarahiku)
"Tidak mau," Kata Brian yang sekarang menatapku tajam. Yaelah curut, minggir saja kenapasii!?
"Minggil," Kataku yang semakin menatap nya tajam.
(Minggir)
"Thudah-thudah. Tidak baik thalian berltengkal," Kata Gerald menengahi, memang dia saja yang waras.
(Sudah-sudah. Tidak baik kalian bertengkar)
"Athu mau peluk Salgon!," Aneh, mengapa aku malah memanggil William dengan embel-embel 'Kakak' sedangkan yang lain tidak. Yasudah sih tak peduli aku tuh.
(Aku mau peluk Sargon!)
"Tidak boleh!," Larang Brian.
"Tapi athu mau peluk Salgon!," Kekeuhku. Benar, aku akan memeluknya sampai badannya meledak di pelukanku.
"Peluk athu caja," Kata Gerald. Ewh ogah, siapa kau wahai bayi? Ha?
(Peluk aku saja)
"Tidak mau, huft!," Kataku kesal. Aku menghentak-hentakkan kakiku dan meninggalkan mereka.
Awas kau Brian. Tunggu aku sampai aku dapat meninju wajahmu itu!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dragon [Completed]
Fantasy[Sequel of The Villainess] Kalian mengenal Ratu Amaradad? Alias Veddira Elmeira Franklin, si gadis bencana? Baguslah kalau kalian mengenalnya. Perkenalkan! Aku, Veivie Sabrina eumm Franklin? Afonso? Seymour? Roderigo? Atau Palazzo? Ntahlah, aku terl...