"Veivie Sabrina Fransomourderizzo," Panggil MC menyuruh ku ke atas panggung.
Aku dinyatakan lulus. Berikan aku kalimat selamat, cepat! Ohya, ku dengar-dengar mereka akan memberikan gelar di sebuah sertifikat kepada semua murid yang dinyatakan lulus. Aku jadi penasaran gelar apa yang ku dapatkan.
"Anak datar?," Beoku. Sialan, siapa yang memberiku gelar seperti ini!?
"Tidak mungkin. Aku bukan anak datar!," Protesku kepada Kepala Sekolah, orang yang menyerahkanku sertifikasi tersebut.
"Hahahaha," Mengapa ia malah tertawa? Apa yang lucu dengan kalimat protesku!?
"Mengapa kau malah tertawa ha? Aku ini protes! Bukan menjadi pelawak!," Kataku dengan intonasi nada tinggi.
"Hahahaha," Apasih? Gila nih.
"Apa mau mu?," Tanyaku dengan nada sewot.
"Jangan lagi, hahahaha," Lah? Kok!?
"Sinting," Hujatku lalu pergi turun dari panggung. Dengan penuh anggun, angkuh, dan tentu saja disengaja, aku menabrak bahu Kepala Sekolah.
"Hahahaha," Lah?
"Ma, apakah sosok Kepala Sekolah memang seperti itu?," Tanyaku kepada Mama aneh saat sudah berada di hadapannya.
"Tidak tau, biarkan saja," Jawab Mama aneh.
"Baiklah, itulah deretan-deretan nama murid-murid yang dinyatakan lulus tahun ini. Selanjutnya adalah pembacaan cerita dari Ratu Amaradad. Silahkan tepuk tangan yang meriah," Jelas MC.
Benar, Mamaku selaku Ratu Amaradad akan membacakan cerita fiksi buatannya sendiri. Ini memang kebiasaannya semenjak ia memiliki anak, katanya sih. Tahun lalu, ia juga membacakan cerita saat hari kelulusan Kakak-kakakku. Dan uniknya, tokoh antagonis dalam cerita buatannya tak lain adalah anaknya sendiri, pfft.
"Tepuk tangannya kurang. Berikan aku tepuk tangan lebih meriah!," Suruh Mama aneh yang kini sudah duduh di kursi yang tersedia di atas panggung.
Aku duduk manis di kursi yang tadi Mamaku tempati. Untuk Papa dan Kakakku, mereka sibuk alhasil tak datang. Aku menatap Mamaku intens, semoga saja ceritanya membuatku menjadi sosok hebat sebagai antagonis.
"Di malam yang gelap. Terlihat seorang gadis bangsawan sedang terlelap dalam tidurnya," Mamaku mulai menceritakan cerita buatannya, padahal MC belum mempersilahkan.
"Ia bernama Zia Clianna. Sosok gadis cantik dari keluarga Clianna yang artinya kapas. Dari arti namanya saja, kita dapat tahu bahwa ia adalah sosok yang lembut seperti kapas," Aku mendengar dengan seksama cerita yang dibacakan oleh Mamaku. Begitupula para hadirin disini.
"Namun, kapas dapat dengan mudah terhempas oleh angin. Bahkan, angin sepoi-sepoi yang terkenal menyejukkan dapat menghempasnya. Itulah kelemahan seorang Zia Clianna, putri kerajaan Clianna yang kerap dipanggil Zia,"
"Zia menjadi sosok tokoh utama di dalam cerita. Dalam tokoh utama, tentu ia memiliki banyak tokoh pembantu yang biasa disebut dengan pahlawan. Zia menjadi sang protagonis yang akan selalu bermusuhan dengan sosok antagonis," Aku yakin, namaku akan disebutkan setelah ini.
"Zia menjadi protagonis, maka Veivie Sabrina Fransomourderizzo menjadi antagonis. Namanya yang berarti memiliki sifat kecintaan sungguh bertolak belakang dengan sifat aslinya. Memusnahkan, menghancurkan, membinasakan, semua ia lakukan sesuai dengan antagonis lakukan," Kan apa kata ku? Benar-benar aku ini adalah cenayang.
"Veivie Sabrina Fransomourderizzo, dipanggilkan Veivie. Menjadi antagonis sudah mendarah daging. Bahkan sel darahnya akan tertawa jahat jika dilihat secara dekat. Sosok jahatnya membuat ia dibenci oleh pembaca. Namun, tak sedikit pula yang malah mendambakan sosoknya. Dengan segala cara licik ia mengotori nama baik sang protagonis, Zia," Bagus Ma, aku perlu memberi Mama aneh sebuah pesta kehancuran untuk memberi apresiasi tentang cerita buatannya.
"Ia membuat malu, pesimis, dan lemah sosok Zia di hadapan publik. Mengatakan bahwa Zia adalah bakteri yang hanya menganggu," Aku mengangguk sebagai tanda setuju. Musuhku nanti akan ku buat menderita, tidak boleh ku buat ia bahagia.
"Semakin lama sosok Zia semakin terpuruk. Para pahlawannya juga semakin lama semakin berpaling dan berpindah ke tangan Veivie. Zia yang frustasi pun melukai dirinya sendiri dengan embel-embel membawa nama Veivie sebagai pelaku," Ckckck, cupu sekali.
"Para pahlawan Veivie yang awalnya adalah pahlawan Zia mulai bimbang, melihat bukti kuat mereka kembali ke tangan Zia lalu membela Zia mati-matian,"
"Sayang sekali, Veivie dapat dengan mudah memberitahu bahwa semuanya adalah bukti palsu. Sebagai hukuman, Zia diberi eksekusi mati dengan cara direbus di kuali panas. Tamat," Wow, ngeri juga ya akhirnya.
Semua hadirin bertepuk tangan mendengar cerita yang dibacakan oleh Mama aneh. Aku juga ikut serta bertepuk tangan karena bangga dengan sosokku sebagai antagonis. Namun, aku menghentikan tepuk tanganku saat mendengar bisikan hadirin di sampingku.
"Kau tau? Cerita yang dibacakan Ratu Amaradad terasa nyata. Di dunia ini juga ada keluarga Clianna dan memiliki putri bernama Zia,"
"Benarkah?,"
"Benar, bahkan mereka bersekolah dan sekarang juga hari kelulusan Zia,"
"Kau tau dimana mereka?,"
"Lihat di samping kiri belakangmu,"
Aku menoleh ke arah jam 7. Mencari sosok Zia yang hadirin maksud. Awalnya, aku tidak mendapatkan sosoknya. Sampai akhirnya aku menemukan seorang perempuan dengan raut wajah cemas sekaligus tidak suka. Ku pastikan, dialah sosok Zia Clianna.
Zia menatapku. Alhasil, kami saling bertatapan. Aku dengan usil memberinya peringatan seakan kami musuh sesuai cerita. Namun, respon Zia membuatku tak yakin bahwa kami hanya musuh di dalam cerita Mama aneh.
Dan disitulah, dimana aku menemukan musuhku disini, Zia Clianna. Orang yang akan menjadi sasaran semua kebusukanku. Baiklah, kisah menghadapi musuh dimulai dari sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dragon [Completed]
Fantasía[Sequel of The Villainess] Kalian mengenal Ratu Amaradad? Alias Veddira Elmeira Franklin, si gadis bencana? Baguslah kalau kalian mengenalnya. Perkenalkan! Aku, Veivie Sabrina eumm Franklin? Afonso? Seymour? Roderigo? Atau Palazzo? Ntahlah, aku terl...