"Bagaimana tabib? Apakah anakku kelak kembar?,"
"Jenis kelaminnya apa?,"
"Dia sehat, kan?,"
"Dia mirip siapa?,"
"Tolong ya calon Papa-papa sekalian, jangan serbu saya dengan seribu pertanyaan kalian,"
"Aku mau rujak,"
"Rujak?," Beo keempat suamiku.
"Iya,"
"Cepat cari hal bernama rujak itu," Dan mereka berempat pergi meninggalkanku.
"Veddira, kau selalu berdoa untuk calon anakmu ini kan?," Tanya para ibu mertuaku.
"Benar, Mama," Jawabku.
"Apa doamu?," Tanya mereka kepo.
"Semoga anakku kelak anak hasil reinkarnasi,"
".....,"
"Hey otak berjalan, lihat Adikmu semakin lama semakin gendut haha!,"
"Benar, kau sudah tidak langsing seperti dulu, Veddira,"
"Kasihan, lihatlah perutmu sekarang seperti bom,"
"Keluarga jahannam," Geramku.
Tak terasa. 9 bulan ku lalui dalam mengandung. Kesabaranku selama 9 bulan terakhir sangat diuji, memang ujian itu berat, biar Dilan saja.
Sekarang, waktunya mengeluarkan bayi merepotkan yang ada di perutku ini. Bismillah semoga hasilnya Masya Allah.
"Ayo semangat istriku, suamimu ini mendukungmu,"
"Kalau hasilnya tidak bagus kita bikin lagi, semangat sayang,"
"Keringatmu harum ya, tak sia-sia kau mandi,"
"Tarik saja rambutku jika terasa saki —AAAAAA,"
Luar binasa, sakit sekali kawan. Kalian jangan coba-coba durhaka kepada Mama kalian, ya walaupun aku sendiri durhaka. Pokoknya hanya aku yang boleh durhaka, kalian jangan.
"Ayo Ratu, teruskan mendorong calon bayi keluar," Ini aku sudah seperti BAB setelah 5 tahun tidak BAB. Semoga saja ekspresi ku bagus, agar tidak menghilangkan aura Ratuku.
"Ayo Veddira keluarkan calon cucu kami!,"
"Semangat Adikku, kami mendukungmu!,"
"Ayo Veddira, Papa ingin melihat anakmu,"
Kalau keempat suamiku berada di ruang persalinan bersamaku, maka mertua dan keluargaku berada di luar ruang persalinan. Kau dengar itu? Seperti sorakan sepak bola saja.
"Oekk oekk," Syukur, bebanku sudah plong. Selamat datang kembali tubuh langsing.
"Wow, anak kita nih bro," Kagum Vadlan.
Aduh capek, mau pingsan dulu dadah.
♩ ♩ ♩ ♩
"Veddira! Kami juga ingin melihat anak kami!,"
"Aku ingin menggendong cucuku! Keluarlah Veddira!,"
"Hey kau serakah sekali, kami ingin melihat anak gadis bencana kami!,"
Aku dihujat netizen. Setelah aku hamiluddin, aku memutuskan untuk membuat kebiasaan baru. Apa itu? Saat Ratu Amaradad sudah melahirkan, maka ia akan berduaan dengan sang buah hati selama 4 hari berturut-turut di kamarnya.
"Hey nak, kau dengar itu? Mereka menghujat Mama mu huhu," Kataku dramatis dan berbicara dengan anakku.
"Ku harap kau anak yang bereinkarnasi, ya. Kalau tidak kau ku tendang dari sini," Kataku. Benar, aku ingin anak yang bereinkarnasi, kalau tidak aku tidak mau!
"Ohiya,"
"HEY KALIAN! NAMA ANAKKU INI SIAPA?," Teriakku dari dalam. Ya, mereka para netizen yng menghujatku berada di luar. Aku di kamarku.
"Veddira Elmeira Franklin,"
"Itukan namaku,"
"Ohiya," Takbir.
"Jadi nama anakku siapa?,"
"Veivie Sabrina Franklin," Kata keluargaku, aww.
"Tidak, marganya adalah Palazzo,"
"Apa? Marganya adalah Afonso,"
"Margaku paling keren, pokoknya marganya Seymour,"
"Kalian tidak waras? Kita pakai saja margaku, Roderigo. Keren, seperti cowboy,"
Bubar semua bubar, tidak ada yang waras disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dragon [Completed]
Fantasy[Sequel of The Villainess] Kalian mengenal Ratu Amaradad? Alias Veddira Elmeira Franklin, si gadis bencana? Baguslah kalau kalian mengenalnya. Perkenalkan! Aku, Veivie Sabrina eumm Franklin? Afonso? Seymour? Roderigo? Atau Palazzo? Ntahlah, aku terl...