Disaat aku membuka mata, ku dapati sosok buruk rupa menatapku rendah. Dalam posisi terbaring, aku mendudukkan diri. Mataku menatap sekitar. Di kepalaku, muncul berbagai tanda tanya.
"Selamat datang di pintu neraka, selamat disiksa," Kata sosok buruk rupa yang tadi menatapku rendah. Mendengar kata sambutan darinya, aku tersadar.
"Kau adalah.. iblis?," Tanyaku. Sosok buruk rupa itu mengangguk, lalu menatap sekeliling.
"B-berarti aku sudah mati?," Tanyaku, lagi. Sosok buruk rupa yang kini ku panggil iblis itu mengangguk.
"Nona Zia Clianna memenangkan cerita!?," Pekikku tak terima. Wah kualat, mengapa malah dirinya yang menang!?
"Zia.. astaga. Ingin ku katakan bahwa dirimu iblis, tapi sosok iblis sebenarnya berada di hadapanku," Desisku sambil menatap iblis di depanku dari atas sampai bawah.
"Cepatlah, kau akan disiksa," Kata iblis. Sosoknya pergi mendahuluiku. Lantas, aku berdiri, lalu mengikuti langkahnya.
Semakin aku melangkah, semakin terdengar pura jeritan kesakitan orang-orang di dalam neraka. Rasanya aku merinding, jeritan itu terdengar sangat kesakitan. Hawa panas dari apa neraka kian terasa, membuatku ingin sesegera mungkin mendinginkan diri.
"Hey kalian, lihat siapa yang datang!," Pekik seseorang. Suaranya itu.. suara yang ku kenal, serta ku rindukan.
Mataku menatap ke dalam neraka. Astaga, disana, ada Mamaku!
"Mama aneh!," Sapaku sambil melambaikan tanganku pada Mama. Ah sebentar, mengapa wujud Mama terlihat berbeda?
"Wah, dia masih mengenaliku," Kagum Mama melihatku penuh haru.
"Kemarilah, naga kecilku," Pinta Mama seraya merentangkan tangannya.
Tempo langkah kakiku kian cepat. Aku yang tadinya berjalan kini berlari. Menghiraukan panas yang menusuk, aku terus berlari. Sosok yang pergi ini, aku akan menemuinya sebentar lagi.
Hap
Dapat, aku mendapatkannya! Aku memeluk Mama lagi. Astaga.. sungguh, ini adalah kebahagiaan tiada tara.
"Mesra sekali," Cibir seseorang di belakang Mama. Aku menatap orang itu, lantas tersenyum lebar.
"Papa!," Tubuhku berpindah, ke pelukan keempat Papaku.
"Wah, anakku sudah besar. Bagaimana kau bisa kesini?," Tanya Papa Alfino.
"Jelas, karena dia mati," Bukan aku menjawab, tapi Papa Orion.
"Bagaimana dengan para Kakakmu?," Tanya Papa Daryan.
"Veivie!," Teriak empat lelaki dari belakang sana.
"Astaga! Ksatria kecilku," Pekik Mama. Ugh, moodku jadi jelek.
"Mengapa kalian bisa mati, sih?," Tanya Papa Vadlan heran.
"Nona Zia mendorongku ke kolam berisikan ikan piranha, Papa. Dan Kakak malah masuk ke dalamnya," Jawabku sambil mengerucutkan bibirku. Tangan Papa Vadlan terangkat, lalu mengelus sayang kepalaku.
"Umumu anak-anakkuu," Celetuk Mama aneh sambil memeluk satu persatu Kakakku.
"Hahaha, jangan cemburu," Kata Papa Alfino padaku.
"Kasihan. Empat Papa untukmu, apakah tidak cukup, Veivie?," Ejek Papa Orion.
"Cukup, bahkan lebih dari cukup," Jawabku terpaksa. Lantas, keempat Papaku tertawa.
Sret
Mama aneh menarik tanganku, lalu menggandengnya lembut. Di samping Mama aneh, para Kakakku sudah menggandeng tangan satu sama lain. Selanjutnya, para Papaku ikut bergandengan tangan di sebelahku.
"Kau tau, naga kecilku. Ini wujud asliku," Bisik Mama aneh.
"Baiklah, sekarang. Ayo kita menikmati siksaan neraka!," Teriak Mama aneh, diiringi dengan kami semua berlari memasuki neraka lebih dalam.
Di tempat penyiksaan atas dosa-dosa kami, kami nampak sangat bahagia bertemu satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dragon [Completed]
Fantasy[Sequel of The Villainess] Kalian mengenal Ratu Amaradad? Alias Veddira Elmeira Franklin, si gadis bencana? Baguslah kalau kalian mengenalnya. Perkenalkan! Aku, Veivie Sabrina eumm Franklin? Afonso? Seymour? Roderigo? Atau Palazzo? Ntahlah, aku terl...