12: When She was born-2

326 33 8
                                    

Joohyun menatap sepatu bayi berwarna biru jeans lalu membandingkannya dengan sepatu ungu yang berkilau. "bagaimana dengan ini?" Seokjin membawa jumpsuit dan kaos kuning terang. "Seokjin-ah, kamu tidak dengar dokter tadi? Anak kita perempuan."

"tapi ini untuk semua jenis kelamin. Tidak masalah kan?"

"tapi tidak bagus." Seokjin menghela nafas, "baiklah, aku akan cari gaun." Kali ini dia datang dengan membawa dua gaun yang sangat mencolok. "apa akan ada acara?" balas Joohyun dengan ketus.

Sungguh menghadapi Joohyun yang normal saja sudah melelahkan untuk Seokjin, apalagi memahaminya yang sedang hamil. Seokjin harus punya kesabaran ekstra, kalau pikirannya mau meledak, dia harus ingat kalau sikap Joohyun padanya itu adalah bawaan bayi.

Setelah seharian pergi ke dokter untuk cek-up rutin, membeli perlengkapan bayi dan makan malam, mereka pulang ke rumah. Seokjin bergabung dengan Joohyun di tempat tidur setelah ia selesai mandi. "Joohyun-ah, sedang apa?"

"membaca buku. Dokter bilang ini bisa membantu kecerdasan anak." Seokjin membuka mulutnya ragu-ragu. Apakah ia akan berbicara sekarang atau nanti padanya. "Joohyun-ah,"

"Hm?" Joohyun masih sibuk dengan bukunya. "ada hal yang ingin kukatakan."

Istrinya itu mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menguap, "tidak bisakah besok saja?"

"ini penting."

PTT!!

Joohyun menutup buku bacaannya lalu menatap suaminya yang serius. "ada apa? Tidak biasanya kamu serius seperti ini"

"aku harus pergi ke luar negeri minggu depan." Senyuman Joohyun pupus karena ucapan Seokjin. "aku harus pergi kesana untuk sebuah pameran exhibition dan juga membuka kantor cabang. Itu tidak akan lama, hanya 1 bulan"

"satu bulan? Menurutmu tidak lama?" nada bicara Joohyun meninggi. Dia pasti marah padanya. "baiklah, itu waktu yang lama. Tapi sungguh, aku akan pulang begitu urusan disana selesai. Aku janji."

"aku tetap tidak mengizinkan. Bagaimana aku hidup disini? Kamu tidak khawatir denganku? Dengan anak kita?"

"aku sudah mempekerjakan orang untuk menemanimu disini." Joohyun menghela nafas mendengar jawaban Seokjin yang terlihat mudah. "baiklah, pergi saja sana. Temui pekerjaanmu, dasar ayah yang jahat!"

Joohyun menarik selimutnya dan menutupi seluruh tubuhnya. "Joohyun-ah, kamu marah?" Seokjin menggerak-gerakkan tubuh istrinya namun tidak ada balasan.

Tak terasa ajang marah-marahan Joohyun pada Seokjin membuatnya ketiduran sampai pagi hari. Begitu ia bangun, matahari sudah naik. Seokjin datang membawakan sarapan untuknya. lelaki itu begitu sabar menghadapi amarahnya yang naik turun. "kamu sudah bangun, sayang?"

Ia meletakkan makanannya ke meja lalu mengelus rambut Joohyun yang setengah sadar. "kamu mau kekantor?" Seokjin mengangguk, "makanlah yang banyak dan istirahatlah, aku akan pulang cepat hari ini." tangannya beralih mengelus perut Joohyun yang besar, "putriku, ayah kerja dulu yaa... jaga ibu untuk ayah yaa.. "

Joohyun tersenyum kecil, rasanya ia tidak bisa lagi marah pada Seokjin. Ia tertarik memilihkan jas kerja saat Seokjin membuka lemari. Namun baru saja ia bangun dari tempat tidur, sebuah pesan singkat masuk.

Ini ulahmu kan? Bae Joohyun.

"Joohyun-ah," Sebuah foto CCTV jalanan. Tangan kanan yang mengenakan gelang perak. Bunyi klakson mobil yang melintas dipikiran Joohyun. "Joohyun-ah? ada apa?"

"hng?"

"dari tadi kamu memandangi ponsel. Ada apa? Apa ada yang lucu?"

Bagaimana kalau kuungkapkan ini pada suamimu. Bagaimana reaksinya?

✤THE KIM FAMILY✤ Jinrene  ✔✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang