Haii... 🙌
.
.
."saya sudah bilang dengan anda, jangan dekat-dekat dengan anak saya Yoongi"
Kata-kata itu terlontar begitu saja dikala Namjoon melihat atensi Yoongi yang berada didepan rumahnya usai mengantar Jungkook pulang. Sejak kejadian kemarin saat Namjoon memarahi Jungkook, bukannya menuruti kemauan ayahnya. Namun Jungkook malah tetap kekeh untuk bertemu dengan Yoongi.
"Papa apa-apaan sih, orang Jungkook yang mau om Yoongi jemput kok"
"Kamu bisa telpon orang rumah jungkook, papa udah bilang kan jangan deket-deket orang ini" ucapnya menunjuk Yoongi
"Namjoon saya rasa kamu berlebihan" Yoongi mencoba membuka suara dikala sikap Namjoon yang mulai menyudutkan dirinya
"Jungkook kamu masuk ya, om mau bicara sama ayah kamu" sambung Yoongi yang membuat Jungkook mau tidak mau mengikutinya. Jungkook meninggalkan kedua orang dewasa tersebut dengan sedikit perasaan takut. Bagaimana jika keduanya bertengkar? Adu jotos? Tonjok-tonjokan? Tusuk-tusukkan? Atau mungkin jambak-jambakan?
.
.
.
"Namjoon, berapa kali aku harus bilang sama kamu kalau kamu hanya salah paham Namjoon!" kalimat pertama Yoongi membuka percakapan antara keduanya usai kepergian Jungkook"Anda selalu mengatakan saya salah paham Yoongi, tapi anda tidak bisa memberikan bukti kepada saya sampai sekarang"
"Hah, terlalu pendek kamu berfikir jika Jungkook anakku. Aku bukan tipikal orang yang merebut istri orang Namjoon. Dan lagi pula Jieun itu adik sepupuku secinta apapun aku dengannya aku tidak akan menjadi orang yang sebejat itu Namjoon"
"Saya tidak peduli sebelum anda memberikan saya bukti, sebaiknya anda pergi dari rumah saya sekarang" Namjoon mengarahkan tangannya kearah mobil Yoongi, seakan ia memang benar-benar menginginkan kepergian Yoongi dari rumahnya.
.
.
.
.
.
.
.
Bergantinya hari menjadi malam, Namjoon yang sedari tadi tak henti-henti mengetuk pintu kamar Jungkook. Ia hanya ingin anak itu keluar untuk makan. Bagaimana ia bisa tenang jika dari sepulang sekolah anaknya hanya mendekam dikamar."Jungkook, buka pintunya dek. Oke kalau kamu masih marah sama papa, tapi papa mohon jangan siksa diri kamu nak" Tetap tidak ada jawaban dari dalam, Namjoon benar-benar bingung harus melakukan apa.
"Pa.., ngapain disana?"
Namjoon menoleh kebelakang saat mendengar suara anak sulungnya. Taehyung yang masih menggendong tasnya dan tersirat wajah masam, membuat Namjoon tau bahwa anaknya baru datang dari kuliahnya.
"Taehyung, bantu papa ngebujuk adik kamu keluar kamar nak" Nada suara Namjoon terdengar lirih membuat Taehyung bingung. Seperti adik dan papanya belum berbaikan, atau mungkin ada masalah baru yang belum dia tau.
"Papa jangan panik, siapa tau jungkook tidur. Lagi pula papa punya kunci cadangan kamar Jungkook kan? Kenapa ga dipakai?"
"Astaga, papa ga kepikiran. Kalau gitu papa ambil dulu, kamu bersih-bersih aja dulu nanti kita makan bareng" Taehyung mengiyakan, tapi sebenarnya ikut khawatir dengan Jungkook yang entah bagaimana keadaannya didalam kamar.
.
.
.
.
.
.
Namjoon kembali dengan kunci cadangan kamar Jungkook. Perasaan tak menentu, bagaimana ia bisa setakut ini untuk membuka pintu kamar anaknya. "Kalau kamu gamau bukain pintunya, terpaksa papa masuk tanpa ijin kamu ya"Pintu itu berhasil dibuka oleh Namjoon. Namjoon masuk dan melihat kamar itu gelap, cepat ia mencari saklar lampu kamar anaknya. Dan sungguh pemandangan ini benar-benar hal yang tidak pernah dia harapkan untuk dilihat.
"Tuhanku.... Jungkook!!"
Namjoon menghampiri tubuh anaknya yang tergeletak diatas lantai, darah kering yang terlihat dibawah hidung serta obat-obat yang tercecer keluar dari botol. Sungguh pemandangan yang paling dibenci oleh Namjoon.
Dengan cepat Namjoon mengangkat tubuh Jungkook dan berjalan cepat keluar kamar, tidak berfikir panjang lagi dirinya benar-benar panik sekarang.
"TAEHYUNG....!!"
Terikan panik Namjoon, membuat Taehyung cepat keluar dari kamarnya. Dirinya baru saja selesai membersihkan tubuh.
"Papa ada ap- ASTAGA JUNGKOOK" melihat adiknya tergulai lemas digendongan Namjoon membuatnya ikut panik
"Taehyung cepat siapin mobil, kita bawa adikmu kerumah sakit" suara Namjoon bergetar dengan air mata yang sudah tidak dapat dia bendung lagi.
.
.
.
.
.
.
.
Taehyung dan Namjoon berada didepan ruang ICU, sampainya dirumah sakit, Dokter Han langsung menggiringnya membawa jungkook keruang ICU. Berhubung Dokter tersebut memang selalu menangani Jungkook saat kontrol kesehatan bulannya.Setengah jam hampir menunggu, Dokter dan dua perawat muncul dari ruang tersebut, membuat Namjoon cepat menghampiri.
"Kemungkinan dia harus dirawat sehari di ICU sebelum saya pindahkan ke ruang rawat"
"Apa separah itu?" Tanya Namjoon
"Tuan Kim, anak anda menderita penyakit jantung. Bagaimana saya mengatakan bahwa itu tidak parah, ketika detak jantungnya sempat tidak stabil tadi" Dokter Han menghela nafasnya "saya perlu berbicara dengan anda diruangan saya, mari ikut saya" sambung Dokter Han
"Dokter, apa saya boleh masuk melihat jungkook?" Tanya Taehyung sebelum dokter itu pergi dengan papanya
Dokter Han hanya tersenyum dan mengangguk pada Taehyung. Ia sangat kenal bagaimana tabiat Taehyung. Ini langka untuk pertama kalinya ia melihat anak sulung Namjoon ikut mengantar adiknya. Biasanya Namjoon akan datang sendiri atau bersama supirnya saat mengantar Jungkook.
Setelah hilangnya Namjoon dan Dokter Han dari pandanganya, Taehyung mulai melangkah untuk memasuki ruangan. Tapi sebelum itu ia dikejutkan oleh suara seseorang dibelakangnya.
"Taehyung.."
"Om Seokjin?"
"Kamu ngapain disini? ICU? Jungkook kambuh lagi?" Sebenarnya Seokjin tidak yakin menebak, karna seperti yang dipikirkan Dokter Han tadi, Seokjin juga berfikir sama kalau tidak mungkin Taehyung berada dirumah sakit mengantar Jungkook.
"Iya om, Jungkook kambuh lagi."
Seokjin memasang ekspresi yang memiliki dua arti, terkejut dan panik dengan Jungkook, terkejut melihat Taehyung ikut panik mengantar Jungkook.
"Tae tau apa yang Om Jin pikirin. Tae cuma mau berdamai aja, gaada salahnya nyoba nerima semuanya. Kasian juga papa udah semakin tua tapi anaknya ga akur-akur" ucap Taehyung yang diakhiri dengan sedikit candaan
"Bisa aja kamu, tapi om seneng kamu punya pemikiran kaya gitu. Tapi kenapa Jungkook bisa sampai drop ?"
"Tae juga gatau om, kayanya dia lagi marah sama papa jadinya itu bocah ngadi-ngadi malah ngurung diri seharian dikamar" jelas Taehyung
"Memang papa kamu ngapain?"
"Om tau temen papa yang Yungi- yonki- yooni ahh gatau pokonya itu. Papa ngelarang Jungkook deket sama dia padahal kata Jungkook dia orangnya baik"
Seokjin merematkan senyuman tipis yang tidak dapat Taehyung lihat "Yoongi mungkin maksud kamu. Nanti lagi ya kita bahas, om ada periksa pasien, kalau udah nanti om kesini lagi liat Jungkook. Gih kamu masuk temenin adikmu"Seokjin perjalan pergi meninggakan Taehyung.
.
.
.
Sementara diruang Dokter Han. Mereka sedang duduk berhadap-hadapan.
"Berapa kali sudah saya katakan, jauhi dia dari tekanan. Selain fisik, mental anak anda juga mempunyai sedikit gangguan Tuan Kim. Jantungnya semakin hari semakin lemah Tuan, dan sampai sekarang belum ada pendonor yang sesuai dengan jantung jungkook. Yang saya takutkan itu bertambah parah hingga oprasi pun akan sia-sia nantinya.""Saya bingung Dokter. Semuanya rumit, anak itu terlalu keras kepala untuk saya nasehati"
.
.
.
Lama sekali yaa 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER ✔️
Fanfiction𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒎𝒂𝒕𝒂𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒕𝒂𝒌 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕. 𝑴𝒂𝒌𝒂 𝒔𝒊𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒂𝒌 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕. 𝑻𝒂𝒑𝒊 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒅𝒊𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓-𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂-𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒅𝒊 𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒔𝒂. 𝑺𝒂𝒎𝒂-𝒔𝒂𝒎𝒂...