Ini gaada hubunganya sama part 22. Jadi ini end versi ke-2, lanjutan part 21.
.
.
Dua bulan setelah kejadian tersebut. Setelah dirinya dinyatakannya koma oleh dokter Han. Pagi tadi Jungkook berhasil melewati masa kritisnya. Dia kembali membuka matanya, kembali dapat melihat pias wajah sang ayah yang ia rindukan. Namun, ketika matanya bertemu pandang dengan Taehyung. Ia tiba-tiba berjerit histeris meminta pemuda itu pergi dari hadapannya."PERGIII... GUE GAK MAU LIAT LO! PERGII.. PERGII.. PERGII..hikss.." dirinya meronta didekapan Namjoon, mencoba melempari Taehyung dengan benda disekitarnya.
Melihat Taehyung membuatnya teringat bagaimana kakaknya itu menyeretnya untuk pergi mengikuti Seokjin. Bagaimana ia disiksa seperti seekor anjing dalam rumah itu yang pada akhirnya ia mengira hidupnya akan berakhir disana.
"Jungkook gak mau dia disini pa.. Jungkook ga suka liat dia..hiks.. gara-gara dia Jungkook dimarah bunda" ia masih meracau dipelukan Namjoon, badannya gemetar. Bayang-bayang itu masih terlintas dalam ingatannya.
"Taehyung, kamu keluar dulu nak. Jangan sekarang. adek masih perlu waktu. Nanti biar papa yang ngomong"
Taehyung yang juga tidak tega melihat kondisi adiknya hanya bisa menuruti perkataan Namjoon. Ia keluar dari ruangan itu. Sebelumnya ia juga sudah menduga hal ini akan terjadi. Ia yakin Jungkook pasti marah dan tidak mau menemuinya.
Setelah menutup pintu ruangan itu, ia menghampiri Jimin dan Yoongi yang sedari tadi berada diluar ruang tersebut. "Gimana?" Jimin memberinya pertanyaan
"Dia gak mau ketemu sama gue Jim. Jungkook pasti benci banget sama gue"
"Taehyung, semuanya perlu waktu. nanti kita coba lagi ya deketin kookie. Sekarang ikut gue pulang dulu yuk, makan di rumah mama masak banyak" Jimin mencoba menyemangatinya. Berbicara tentang Jimin, ia juga sempat tidak menerima ketika Yoongi datang mengatakan ia adalah ayahnya. Selama sebulan belakangan ini Yoongi selalu mencoba mendekatinya dan Jisoo.
.
.
."Adek makan dulu ya, nanti papa peluk lagi" Namjoon mencoba membujuk, ia juga sedikit lelah dengan posisinya. Hampir selama sejam lebih Jungkook tidak mau melepas pelukanya. Anak ini akan menangis jika ia mencoba melepaskan.
"Papa.. adek gak mau ditinggal papa lagi. Adek gak mau sama ayah Seokjin lagi. Sakit kalau dipukul dia, rasanya kaya mau langsung mati aja pa"
Namjoon benar-benar harus menguatkan dirinya, sedari tadi apa yang Jungkook coba katanya selalu membuatnya ingin memukul dirinya sendiri.
"Adek dengerin papa ya sayang. Jungkook itu cuma anaknya papa, Jungkook bukan anaknya Seokjin lagi. Mulai sekarang jangan manggil dia Ayah lagi ya. Jungkook cuma anaknya papa Namjoon adiknya kak Taehyung" Namjoon terus mencoba menjelaskannya dengan pelan.
"Emang boleh kalau manggilnya engga pake ayah? Jungkook takut dipukul lagi. Katanya harus manggil pake Ayah"
Benar kata dokter Han. Setelah ini mungkin mentalnya juga ikut terganggu. Namjoon tidak tega melihat anaknya seperti ini. Dia gagal menjadi ayah. Jungkook benar-benar pengaruh besar dalam hidupnya. Mungkin setelah ini ia harus meminta Yoongi menangani mental anaknya.
"Shhh..." Lamunan Namjoon membuyar ketika mendengar erangan kecil Jungkook
"Kenapa sayang?"
"Dada aku agak sakit.."
Namjoon menjadi sedikit panik, namun berusaha tetap tenang. Ia menekan nurse call bell disana. "Tunggu ya, kamu tiduran dulu sambil nunggu perawat dateng"
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER ✔️
Fanfiction𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒎𝒂𝒕𝒂𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒕𝒂𝒌 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕. 𝑴𝒂𝒌𝒂 𝒔𝒊𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒂𝒌 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕. 𝑻𝒂𝒑𝒊 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒅𝒊𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓-𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂-𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒅𝒊 𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒔𝒂. 𝑺𝒂𝒎𝒂-𝒔𝒂𝒎𝒂...