22 (End I)

1.6K 128 13
                                    


Terhitung sudah dua minggu sejak kejadian itu. Beberapa masalah sudah bisa mereka selesaikan. Seokjin yang sudah mendapatkan hukumannya hingga hasil DNA Yoongi dan Jimin yang ternyata sesuai.

Namun, disisi lainnya pemeran utama dalam kejadian tersebut belum menemukan hilalnya untuk membuka matanya. Masih terbaring lemah dengan alat-alat penunjang kehidupannya di dalam ruang ICCU.

"Sampe kapan kamu mau tidur gini? Kakak kangen dengerin bawelan kamu" tangan dingin itu tak henti ia genggam, selalu setia menunggu dan terus mengucapkan kata-kata penyesalan ataupun permohonan.

"Kakak janji, setelah ini kakak gak akan kasar lagi, gak akan jahilin kamu lagi dek. Kita mulai ulang semuanya dari awal ya untuk ketiga kalinya. Tapi, kamu harus bangun dulu" Taehyung selalu mengucapkan itu selama menemani Jungkook. Hingga berujung dirinya akan menangis, banyak penyesalan yang ia miliki pada adiknya.

Terlalu larut dalam tangisnya, hingga tak sadar seseorang lainnya masuk ke dalam ruangan itu. "Kamu nangis lagi?"

Sedikit tersentak, kepalanya yang dibenamkan pada tangan yang menggenggam tangan sang adik di bangkitkan. Menoleh pada pemilih suara dengan tatapan sayunya. "Papa..."

"Pulang ya sayang, dari dua hari lalu kamu belum ada pulang. Kuliah kamu juga udah seminggu ditinggalin. Biar papa yang jaga adik sekarang" ujar Namjoon seraya mengelus surai sulungnya.

Taehyung menggelengan kepalanya, tidak mau menuruti perkataan papanya "Tae mau nungguin adik aja, siapa tau nanti dia bangun kan. Aku ga mau kalau nanti adik bangun, aku ga ada disini pa"

Namjoon menghela nafasnya sedikit kasar "tolong nurut sama papa, kamu juga harus perhatiin diri kamu. Papa gak akan bisa ngurus kalau kamu juga ikut sakit. Tolong sekali aja kamu jangan keras kepala. Nurut sama papa, kamu pulang sekarang biar papa yang jaga adik disini. Papa bakal kabarin kamu kalau ada apa-apa"

"Enggak. Papa aja yang pulang aku yang jagain adik"

"Taehyung nurut sama papa kali ini. Jimin udah didepan nunggu kamu"

Taehyung bangkit dan langsung meninggikan suaranya pada Namjoon. "Papa kira aku bodoh, papa kira Tae gak tau rencana papa nyuruh aku pulang. Aku tau pa.. papa nyuruh aku pulang biar aku gak nahan papa kan untuk nyuruh mereka lepas alat-alat bantu Jungkook. P-papa mau ngelakuin itu kan..." Suaranya bergetar, tangisnya kembali jatuh lebih deras

"Taehyung... papa mohon jangan gini"

"Taehyung yang mohon sama papa.. Taehyung gak mau pa..hiks..." kakinya melemas.. ia menjatuhkan dirinya memohon pada ayahnya

Namjoon sudah tidak bisa menahan dirinya. Dia ikut meluruh, meremas kuat pundak anaknya "Taehyung!!.. denger papa.. liat mata papa! Bukan cuma kamu, tapi papa juga.. papa juga ga mau ngelepasin Jungkook. Papa bukan Tuhan yang bisa kamu mohonin. Relain ya sayang, relain adik ya.." Namjoon menarik nafasnya untuk menahan air mata yang tak mau berhenti "Jungkook udah ga bisa sama kita lagi. Ga bisaa Tae" sambungnya dan memeluk erat tubuh sulungnya.

Jimin, Yoongi dan Dokter Han yang tadi menunggu didepan ruangan, kini masuk kedalam. Namjoon yang masih memeluk Taehyung, menoleh pada dokter Han dan memberikan anggukan kepalanya. Petanda ia menyetujui pelepasan alat-alat itu dari tubuh bungsunya.

Sebenarnya sudah dari dua hari yang lalu, ketika tubuh Jungkook tiba-tiba mengejang keras. Disana Dokter Han mengatakan tidak ada lagi harapan yang tersisa. sudah tidak ada detak jantung yang terdengar. Hanya menunggu persetujuan pihak keluarga. Namun, Taehyung tetap bersikeras menghalang Namjoon menyetujuinya. Ia yakin adiknya akan bangun. Itu yang menyebabkan Taehyung tidak pernah meninggalkan rumah sakit. Tidak jauh berbeda dengan Taehyung, Namjoon juga merasa dunianya seakan hilang, tersirat keinginan untuk ikut menemani anaknya disana. Namun berhasil ditahan oleh Yoongi, ia diingatkan bahwa masih ada Taehyung yang memerlukannya.

Dokter Han memanggil beberapa petugas untuk membantunya. Semua disana ikut merasakan kepiluan tersebut. Jimin yang telah menganggap Jungkook sebagai adiknya sendiri, kakak yang selalu menemani Jungkook. Bahkan ia mengklaim dirinya satu-satunya kakak Jungkook bukan Taehyung. Bahkan dokter Han sendiri ikut menangis. Bagaimana tidak, dia yang selalu memberi penangan dari jungkook kecil.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Seminggu setelahnya, keadaan rumah selalu sepi. Tak ada lagi ocehan, rengekan, dan pertengkaran. Dulu Taehyung benar-benar akan menyukain suasana ini, suasana dimana tidak ada Jungkook adalah hal yang ia mimpikan. Namun sekarang, terlanjur berbeda untuknya. Ia merindukan itu semua. Rindu dengan suara adiknya, rindu dengan semua tentang adiknya.

"Kakak bahkan belum sempet minta maaf secara langsung, kamu kenapa pergi gitu aja? Kamu bilang kalau ada kesempatan kita harus liburan bertiga"

'seriusan deh adik pengen liburan bertiga, adik belum pernah rasain liburan keluarga. Kata temen-temen itu seru banget. nanti kalau papa kerjaanya udah beres kita liburan yaa.. mumpung adik udah baikan sama kakak'

"Dik.. kalau kamu ketemu sama mama dan bunda. Tolong ya sampein kangen kakak sama mama, sampein juga permintaan maaf kakak sama bunda" ujarnya didepan foto Jungkook yang sedari tadi ia peluk.

"Taehyung..."

"Jimin? Lo kapan masuknya, bisa kan ketok pintu dulu kalau mau masuk!" Ucapnya agak kesal sambil mengelap air matanya.

"Elahh.. kaya orang penting aja lo. Udah ah sedih-sedihnya. Nanti Jungkook ikut sedih liat abangnya gini"

"Jim.. gue bahkan belum tau, Jungkook udah maafin gue atau belum. Gue kasar banget jim sama dia.."

"Itu tujuan gue kesini, gue nemu tulisan ini dirumah papa Seokjin, tepatnya di kamar Jungkook. Gue kenal banget ini tulisan Jungkook."

"Jimin, gue iri banget sama lo. Lo lebih tau banyak tentang Jungkook, lo juga deket banget sama dia. Tapi gue juga mau bilang makasi, gue gaakan bisa bayangin gimana kesepiannya dia kalau ga ada lo yang nemenin dia selama ini" ujarnya tersenyum sendu

"Gue udah anggep dia adik sendiri. Tapi lo harus tau ini, dia sayang banget sama lo. Lo pasti gak tau, siapa yang bawa flashdisk presentasi lo ke kampus waktu setahun lalu.. Jungkook yang bawa, dia nitip di gue. Katanya (aku denger kak Taehyung berangkat pagi-pagi soalnya ada jadwal presentasi gitu. Dia sampe begadang nyelesain ini, tapi flashdisknya aku liat ketinggalan dimeja makan. Titip ya kak Jimin, kalau dia tau aku kesini nanti ngamuk)"

"Jimin gue pengen nangis lagi, gue jahat banget anjing! Gue kira dulu waktu kita gak akur itu dia benci sama gue. Ternyata cuma gue sendiri yang jadi orang jahat. Ah sial..!"

"Udah biasa kalau orang bodoh nyeselnya dibagian ending. Gue udah cape ngomong sama lo dari dulu"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
End
.
.
.
.
Isi tulisan jungkook yang ditemuin Jimin

Aku gak tau disini sampe kapan. Aku kangen papa, kangen kakak juga. Aku masih gak percaya kalau om Seokjin itu papa aku. Aku takut banget sama dia, dia tiba-tiba berubah kasar, lebih kasar dari kak Tae bahkan.
Udah dua hari disini, dada aku beneran nambah sakit. Aku juga udah gak minum obat kalau disini. Ayah Seokjin bener-bener lupa atau sengaja gak inget kalau aku penyakitan.
Kalau aku beneran mati disini, aku cuma mau papa sama kakak yang nemuin aku. Aku kangen banget sama kak Tae. baru aja baikan sebulan masa udahh gini lagi. Bunda pasti marah disana.

Ayah Seokjin dateng-dateng sambil mabuk. Pasti mau mukulin lagi. Bukan maksud manja, cuma aku lebih suka dipeluk papa Namjoon.
Kayanya aku bakalan mati besok haha..


.
.
.
.
.
.

Makasi yang udah mampir disini. Aku baru belajar nulis juga. Ini cerita panjang pertama aku yang udah sampe ending.

Maaf kalau tidak sesuai dengan yang kalian harapkan

-cici🧚‍♀️

BROTHER ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang