Okan dan Aiptu Irman sedang berjalan menuju rumah Syamsul. Rumah yang rapi, dengan taman zen kecil yang terawat. Lengkap dengan kolam ikan koi. Mereka tiba satu minggu sebelum penculikan.
Okan menekan bel pintu.
Syamsul terperanjat melihat dua orang di depannya. Satu polisi dan satu orang yang berwajah persis sama dengannya.
"Selamat siang, saya Aiptu Irman, benar anda Pak Syamsul?"
"Oh ya benar. Silahkan masuk." Syamsul dengan cepat menyadari siapa yang ada di depannya. Ini pasti Okan!
"Bapak-bapak ini mau minum apa?"
"Tidak usah repot. Kedatangan saya kemari adalah untuk mengantar Pak Tamsil bertemu dengan anda."
Okan dan Luxon memulai permainan mereka. Tapi tanpa mereka ketahui, Sam alias Syamsul juga sedang menyusun rencana. Ini perang siasat.
"Saya, sedikit penasaran kenapa polisi seperti bapak mau membantu."
"Tugas kami, sudah jelas bukan? Langsung saja ke intinya, Pak Tamsil adalah saudara kembar Pak Syamsul yang hilang. Sudah belasan tahun dia mencari Anda.
"Saya tidak menduga akan menemukanmu, Syamsul. Saya berjuang keras mencari petunjuk apapun yang bisa mengarahkanku padamu."
"Oh, tunggu dulu. Saya tidak akan semudah itu percaya pada Anda."
"Syamsul, apa kau tidak merasakan apapun? Saya baru saja menempuh jarak ratusan kilometer kemari hanya untuk bertemu langsung denganmu. Lihatlah betapa miripnya kita!"
Baiklah Okan, akhirnya kau memohon juga. Setelah ini, akulah yang mengendalikan situasinya.
"Saya bukan orang yang mudah percaya, Pak Tamsil."
"Kali ini Anda harus percaya pada Pak Tamsil. Ia mengatakan yang sebenarnya. Anda lihat, saya sendiri rela datang jauh-jauh dari Makassar hanya untuk menolong Pak Tamsil bertemu dengan Anda?"
Polisi ini pasti gadungan.
"Ah, Anda bertugas di Makassar? Oh, kebetulan saya pernah tinggal di sana selama dua tahun. Apa AKP Paundra Wiyono masih bertugas di sana? Ia keponakan saya. Anda pasti mengenalinya"
Luxon kebingungan, nama AKP Paundra Wiyono tidak ada dalam database.
"Eh, iya benar. Dia atasan saya. Oh, jadi AKP Paundra Wiyono keponakan Anda? Sungguh sebuah kebetulan."
Gadungan kau! Pekik Syamsul dalam hati.
"Oke, jadi apa yang sebenarnya menjadi tujuan Bapak-bapak? Saya yakin bukan hanya untuk melihat muka saya."
"Saya ingin mengajakmu tinggal bersama di rumahku yang sangat luas. Kau tidak perlu bekerja lagi, kekayaanku cukup untuk menanggung hidupmu, Syamsul."
"Baiklah, saya bersedia ikut."
Eh, semudah ini? Apa tidak salah seorang Syamsul begitu cepat mempercayai perkataanku?
"Syukurlah. Kalau begitu bersiaplah. Bawa barang yang penting-penting saja. Semua sudah tersedia di rumahku."
"Oke kalian tunggu di sini." Akting yang buruk Okan! Apalagi polisi gadungan di sebelahmu.
"Syamsul, bisa tunjukkan kamar mandinya?" Okan merencanakan sesuatu.
"Lurus saja dan belok kiri."
Okan menuju kamar mandi, dan mengunci pintunya. Ia mencari jika ada lubang di tembok tapi tidak bisa menemukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINDROOM [TAMAT]
Science Fiction[PEMENANG WATTYS 2017] BUKU PERTAMA MIND TRILOGY Okan, guru Seni Rupa SMA yang hobi menabung koin ke dalam lubang yang berada di dalam dinding, menemukan salah satu dari koin koleksinya adalah kunci masuk ke dalam mindroom, ruang yang bisa dikendali...