Part 19 Reconnaissance

10.7K 1.5K 82
                                    

"Agnus, kau bilang tak ada lagi manusia di planet ini!!!"

"Oke, tenangkan dirimu, Mona. Ceritakan 'manusia' yang kau lihat."

"Kau menganggapku gila? Johan, tolong bela aku!"

"Agnus, jangan siapkan jawaban apapun di kepalamu. Cukup dengarkan cerita Mona dan cernalah."

"Oke." Agnus duduk dan memperhatikan Mona.

"Sudah tiga hari aku terbiasa duduk di rerumputan palsu itu. Menatap ke luar, ke arah kepiting merah raksasa yang kau sebut Theme Park itu. Tapi hari ini, aku tak percaya apa yang kulihat. Tepat jam 15.35 kulihat kepiting merah raksasa itu BERGERAK. Kemarin di utara, dan sekarang ada di timur laut. Bangunan itu BERGERAK sejauh 30 kilometer dalam satu malam!!!"

"Aku tidak punya penjelasan untuk itu. Oh, mungkin saja, tadi pagi kau dan Johan bertamasya ke ruang bahan kimia. Mungkin saja ada gas halusinogen yang bocor."

"Oh, astaga! Kau kira aku berhalusinasi? Apa perlu kulakukan tes darah dan urin? Mataku tidak salah, Pak Agnus. Aku jelas-jelas melihat benda sialan itu bergerak!"

Yang lain berlari menuju ruang utama.

"Apa yang terjadi? Kenapa Mona menangis?" Okan penasaran dengan kejadian di depannya.

"Kepitingnya!" Alina menunjuk ke luar.

"Okan, Mona melihat bangunan kepiting itu berpindah dari utara ke timur laut dalam semalam. Aku sudah mengecek posisi kita dan memang bukan gedung lab ini yang berubah posisi." Johan mencoba menjelaskan. "Tapi sayangnya, saksi mata hanya Mona seorang."

"Alina, kau menyadarinya 'kan? Kepiting itu bergerak kan?" Mona mencoba mencari tambahan pendukung.

"Aku tidak bilang bergerak. Aku hanya mengatakan kalau benda itu berubah posisi, tanpa tahu bagaimana proses perpindahannya." Alina mencoba mengambil posisi netral.

"Agnus, apa yang kau rahasiakan dari kami?" Okan mengangkat kursi di hadapannya.

"Okan, turunkan kursi itu. Aku akan jujur."

"Sebaiknya tak ada lagi yang kau sembunyikan."

"Memang tidak ada lagi manusia di muka bumi. Aku tidak bohong.... Karena manusia yang tersisa turun ke 'dalam' bumi. Seingatku mereka hanya empat orang. Tapi mereka juga punya beberapa cyborg ciptaan mereka sendiri. Jelek tapi berfungsi."

"Sialan kau, Agnus. Bagaimana jika cyborg mereka menyerang? Dari luar kita tampak seperti bola violet berpendar yang terlihat mencolok dari sudut pandang manapun. Entah kapan mereka akan menyerang tempat ini."

"Pertanyaannya bukan kapan tapi 'bagaimana', Okan. Oh, aku menunggu saat di mana kata-kata khas film itu kuucapkan sendiri. Tak kusangka sekarang saatnya tiba."

"Kau sedang bermain-main, Agnus?"

"Tidak. Aku sedang duduk tenang dan berusaha untuk tidak panik. Dengar, mereka sudah terlalu lama hidup di bawah tanah. Mereka pasti mencari persediaan makanan, air, dan oksigen. Ini ketiga kalinya mereka keluar dan menjalankan 'robot' kepiting aneh itu. Mereka menjadikan rumah sakit dan pabrik pengemasan gas sebagai target. Bukan hal yang baru. Lagipula pertahanan tempat ini terlalu hebat untuk mereka tembus. Mereka perlu melewati ladang ranjau dalam radius 4 kilometer dari tempat ini, lalu mereka harus mematikan perisai plasmanya dari dalam, yang mana itu adalah hal yang mustahil."

"Aku, bukan..., KAMI tidak akan bergantung begitu saja pada teknologi di sini. Kepiting itu bergerak. Isinya empat manusia tulen yang tentu tidak berniat punya 'saingan'. Mereka sepertinya bertindak rapi dan hati-hati hingga kita kecolongan 30 kilometer. KEPITING MERAH RAKSASA SETINGGI 10 METER berhasil berpindah di depan hidungmu tanpa terdeteksi."

MINDROOM [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang