Part 17 Rahasia

10.7K 1.7K 341
                                    

Okan menatap Agnus, ia sedang menyiapkan jawaban di kepalanya.

"Menurutku mindroom itu tidak nyata dan tidak boleh ada."

Agnus menggosok dagunya.
"Benarkah? Mengapa kau berkata begitu, Okan?"

"Orang bodoh pun tahu, Agnus. Jika mindroom benar-benar ada, dan semua orang memilikinya, maka kita akan berhenti jadi makhluk beradab. Semua orang akan memuaskan keinginannya sendiri. Uang, kekuatan, pengetahuan, kekuasaan, seks, makanan, hiburan, bentuk tubuh ideal, bisa diperoleh di dalam mindroom. Dan yakin saja, manusia-manusia akan tinggal di dalam mindroom dan tak pernah mau keluar lagi. Standar moral menjadi kabur. Dari makhluk sosial, kita berubah menjadi makhluk individual."

Agnus bertepuk tangan.

"Cukup sandiwaranya, Profesor Okan. Ingatanmu sudah kembali sejak Sam hampir membunuhmu di gua bukan? Ayolah, jangan mengulur-ulur waktu. Aku mengawasimu setiap saat. Aku tahu, kau sudah mencapai kesadaran penuh sekarang. Selamat datang di tubuh barumu, Profesor Okan."

"Apa maksudmu, Agnus? Aku tidak mengerti."

"Kau tidak bisa selamanya menyembunyikan fakta tentang dirimu. Kau tidak bisa selamanya menyembunyikan lokasi mindroom yang asli. Di dunia ini, hanya kau seorang yang pernah masuk ke sana."

"Hentikan omong kosongmu! Kau mengigau ya? Bukankah kau sendiri yang menciptakan mindroom di dalam simulasi kecerdasan buatan itu? Di dunia nyata mindroom pasti tidak ada."

"Ayolah beritahu aku soal mindroom yang asli. Apa kau tidak mengenaliku? Aku ini Taka, teman lamamu. Kau selalu menceritakan rahasiamu padaku."

"Siapa itu Taka? Kau membuatku bingung, Agnus. Maaf, aku harus ke ruang makan sekarang. Yang lain sudah menunggu."

"Tunggu! Jangan main-main, Prof. Kau tahu arti namaku, Taka, adalah elang bukan? Dan itu sebabnya kau memilih simbol elang raksasa pada desain koin merah dan lambang organisasi di dalam mindroom. Apa aku salah? Kita dulu teman baik. Kita ini sahabat."

"Lalu, mana buktinya?"

"Hei, Profesor Okan, dengarkan baik-baik. Cepat atau lambat mereka akan tahu. Memang kau pandai melakukan sandiwara ini. Tapi ada saatnya akan terbongkar juga."

Okan tidak memperdulikan perkataan Agnus. Ia membalikkan badan dan berlalu menuju ruang makan.

"Hei, Profesor! Apa kau tidak ingin tahu di mana istrimu Eva berada?"

Langkah Okan terhenti. Ia berbalik, berlari menuju Agnus. Tangannya mencengkeram kuat leher pria berkacamata di hadapannya.

"Dengar, Taka, sekali lagi kau bicara tentang Eva, kau ku bunuh!!! Biarkan dia tenang di alam sana!"

"Nah, akhirnya kau mengaku. Kau tahu, Eva belum benar-benar mati. Aku serius."

"Apa maksudmu?" Cengkeraman tangan Okan makin kuat.

"Eva ada di antara kita. Aku sempat menyalin data pikirannya jauh sebelum dia meninggal. Dia yang menyuruhku melakukannya. Dia tahu jika kanker akan mengakhiri hidupnya."

"Taka, waktu itu kau hanya pilot militer. Bagaimana mungkin kau tahu cara menyalin pikiran?"

"Eva yang mengajariku. Ia diam-diam mempelajari jurnal penelitianmu dan melakukan eksperimen. Bisakah kau lepaskan tanganmu? Kita bicara baik-baik."

Okan melepaskan cengkeraman tangannya. Tampak bekas kemerahan di leher Agnus.

"Begini, aku tidak bohong, Okan. Satu hal yang perlu kau tahu. Saat ini Eva belum menyadari kalau dia adalah Eva. Aku tidak tahu apa sebabnya."

MINDROOM [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang