Lima tahun sejak berhasil keluar dari mindroom, Sam memulai sebuah misi mustahil.
Sudah ratusan orang ia kerahkan dan miliaran uang ia habiskan untuk rasa frustasi tak terpuaskan. Meski begitu, ia belum menyerah.
Tahun pertama ia habiskan untuk mempelajari berbagai peta kontur. Tahun kedua ia menguras seluruh tabungan dan deposito, lalu mulai merekrut orang-orang yang dapat ia percaya. Pertengahan tahun kedua, ia memulai pencarian yang seringkali tanpa hasil. Tahun ketiga ia sudah mengelilingi sebagian besar pulau di negaranya. Awal tahun keempat ia mulai kehabisan akal, namun tetap melanjutkan pencarian yang kini berkedok penggalian harta karun. Warga di sekitar lokasi penggalian sangat mendukungnya, apalagi Sam menjanjikan uang yang banyak jika harta karun berhasil ditemukan. Namun, hingga tahun keempat ia tak kunjung menemui tujuannya, yakni suatu ruang yang merepresentasikan ruang tengah mindroom.
Akhir tahun keempat berakhir tanpa hasil berarti. Bram mulai berhenti percaya pada Sam. Ia mundur dari misi dan kembali ke kehidupan glamornya yang dahulu.
Memasuki tahun kelima, Sam sudah menjelahi seluruh daratan. Ia akan mencoba peruntungannya di laut, suatu saran penuh keputusasaan dari Vincent. Tapi bukan Sam namanya jika berhenti mencoba.
"Ada gua bawah laut di titik ini," ujar Vincent. "Sam, ini penyelaman pertamamu. Aku harap kau tidak lupa semua pelajaran di tempat pelatihan," kata Vincent lagi. Ia khawatir pada Sam.
"Tak apa. Ada kau yang bisa menolongku. Aku yakin sertifikat PADI tidak sembarang saja diberikan padamu Vincent. Kata mereka kau penyelam terbaik."
"Bla bla bla. Bersiaplah, ini fin-mu."
Sam menenggelamkan dirinya dari atas kapal. Ia mulai turun dan menyelam mendekati gua bawah laut. Tiga puluh lima meter dan terus turun. Dadanya sedikit sesak.
***
"Yang itu namanya portafilter. Masukkan kopi yang sudah digiling ke dalamnya sebanyak tujuh gram. Lalu dengan tamper ini kamu ratakan dan padatkan bubuk kopinya."
"Wah, kak Alina hebat! Katanya hanya sekolah chef, ini kok tahu banyak soal kopi?" puji Aura.
"Eh fokus, Aura. Sekarang masukkan portafilter ke tempatnya lalu geser tuasnya. Nanti setelah lima detik espresso mulai keluar. Ekstraksinya selesai setelah dua puluh lima detik. Oke?"
"Oke kak. Besok ajarkan buat croissant boleh?"
"Astaga, espresso saja belum paham kok sudah mau belajar yang lain? Itu espresso-mu sudah jadi. Ingat, jangan diberi gula ya."
"Siap kak."
"Eh ada panggilan ke ruang tengah. Aura, aku pergi dulu."
Di ruang tengah semua sudah berkumpul. Alina sedikit terlambat. Wajah Okan nampak tegang. Sementara yang lain sedang berdiskusi serius.
"Luxon #2, tunjukkan sekali lagi foto-foto yang kemarin." Ayah Okan tiba-tiba angkat bicara.
"Coba kalian semua lihat. Ini foto-foto dari sebuah gua di Sulawesi Tenggara. Di dinding gua ada lukisan koin merah lengkap dengan simbol burung. Dan di sebelahnya lukisan denah tujuh mindroom dengan ruang tengah sebagai pusatnya."
"Ayah, tahun berapa lukisan dinding itu dibuat?"
"Okan, lukisan ini diperkirakan dibuat oleh manusia purba empat puluh ribu tahun lalu."
"Jadi mindroom bukan hal yang baru? Manusia purba pernah menggunakannya? Begitu maksudmu Johan?" Fahri menyela pembicaraan.
"Ini baru spekulasi. Tapi bisa saja benar. Apa kau tidak ingat, berkat spekulasi idiot soal pecahan meteorit Cape York di Greenland kita bisa memperoleh koin merah ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MINDROOM [TAMAT]
Science Fiction[PEMENANG WATTYS 2017] BUKU PERTAMA MIND TRILOGY Okan, guru Seni Rupa SMA yang hobi menabung koin ke dalam lubang yang berada di dalam dinding, menemukan salah satu dari koin koleksinya adalah kunci masuk ke dalam mindroom, ruang yang bisa dikendali...