Chapter 2🌼

310 54 2
                                    


HAPPY READING 🌼

Kota Reykjavík di pagi hari tampak cerah dengan matahari yang menyinari setiap sisi kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kota Reykjavík di pagi hari tampak cerah dengan matahari yang menyinari setiap sisi kota. Terlihat para warga mulai beraktivitas dengan pekerjaan mereka.

Begitu pulang dengan seorang gadis yang baru saja selesai mandi. Ia melihat jam yang menunjukkan pukul 7 pagi.

Elena terlihat santai karena hari ini hanya ada satu mata kuliah, itu pun jadwalnya jam 9 pagi, jadi ia masih punya banyak waktu untuk berada di rumah.

Elena mulai mengambil pakai yang di rasa cocok untuk ia kenakan hari ini, dan pilihannya jatuh pada celana jeans dan kemeja putih untuk ia pakai.

Setelah memakai pakaiannya, Elena berjalan ke arah meja rias dan mulai merias wajahnya. Hanya makeup tipis agar wajah putihnya tidak terlihat pucat.

"Selesai..."

Ting.. Ting..

Bunyi notifikasi ponsel membuat Elena menoleh dan beranjak untuk mengambil ponselnya yang ada di atas nakas.

Ternyata ada pesan masuk dari Vera. Tumben sahabat nya itu mengirim pesan pagi-pagi begini.

"Elena bisakah temani aku sebentar ke perpustakaan kota?". _vera.

"Untuk apa?"_Elena

"Charger ponselku tertinggal di sana, jadi aku mau mengambilnya. Ponselku sudah mau lowbat karena belum di cas. "._vera

"Baiklah, aku juga baru selesai mandi"_Elena.

"Terima kasih, aku akan menjemputmu nanti"._vera.

"Tentu, aku menunggu mu"_Elena.

Setelah membereskan tempat tidur dan kamar, Elena pun berjalan keluar untuk sarapan bersama keluarganya.

Ayah Elena baru saja pulang dari luar kota, jadi pagi ini ia mungkin tidak akan di marahi lagi oleh ibunya.

Elena memang selama ini selalu diperlukan kurang baik oleh ibunya, lebih tepatnya ibu tiri. Wanita yang ayahnya nikahi satu tahun lalu setelah ibu kandungnya meninggal.

Sebenarnya Elena sempat menentang keinginan sang ayah untuk menikahi wilden, entahlah ia merasa tidak suka dengan wilden dari pertama kali bertemu. Terbukti, sekarang wanita itu memperlakukannya seenak jidat.

Wilden pernah mengancam Elena, jika wanita itu tak menuruti ucapan nya maka, ayah Elena akan celaka nanti. Hal itu tentu membuat Elena marah karena ayahnya adalah satu-satunya anggota keluarga yang tersisa. Tapi mau bagaimana lagi, Elena pernah mengadu tentang perlakuan wilden padanya, tapi sang ayah malah memercayai wanita itu di bandingkan anaknya sendiri.

PSYCHO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang