Bagaimana ini?

41 17 4
                                    






"Key. Lu lagi ngelamunin apa sih?" kejut Sera tiba-tiba dari samping kursiku.

"Ha?! Gue gak ngelamunin apa-apa kok." ucapku sedikit pelan setelah tersadar sambil menata posisi tubuhku diatas kursi.

Aku tidak menghayalkan hal-hal aneh seperti yang kamu pikirkan saat ini. Aku hanya sedikit menghayalkan peristiwa kecil kemarin. Sedikit memberi ingatan romantis yang membuatku sedikit berfantasi. Ditambah lagi Roby yang tak habis-habisnya mencuri pandang dihari ini. Rasanya sangat lengkap untuk  dijadikan bahan senyuman.

"Btw, hari ini dosen ganteng itu liatin lu mulu tau." ucap Sera membuatku berpaling melihat kedepan kelas. Namun, aku hanya melihat dosen itu sedang menulis di papan tulis.

Sambil mengangkat bahuku aku menoleh kearah Sera lagi.

Kupikir hanya aku yang menyadarinya ternyata Sera juga. Namun, aku berusaha menyembunyikannya.

"Aku serius. Tadi dia liatin lu mulu. Apa jangan-jangan?!" ucapnya berhenti ketika dosen itu memanggil namanya.

Dengan sedikit menahan tawa aku kembali ke posisi dudukku.

"Saya liat kamu bicara saja dari tadi. Coba kamu perhatikan kemari dan jelaskan asal dari kata filsafat," ucapnya tiba-tiba membuat Sera deg-degan. Untung Sera adalah orang yang tergolong pintar sehingga bisa menjawab pertanyaannya dengan cepat.

"Hmm, baik Pak."

"Filsafat berasal dari kata philein yang artinya cinta atau mencintai atau philos yang artinya pecinta dan Sophia yang artinya kebijaksanaan." ucapnya dengan sedikit mengingat-ingat. Sambil menunggu jawaban dari dosen tadi, suasana kelas pun jadi hening seketika.

"Apa novel kesukaan mu?" tanya dosen itu tiba-tiba semakin membuat Sera gugup. Bukannya memberi tanggapan dia malas balik bertanya pada Sera.

"Sa..Sa..saya lebih suka novel fiksi pak," ucapnya berusaha nyaman dengan pertanyaan itu.

"Nice," ucap dosen itu memberi penilaian terhadap jawaban Sera. Entahlah apakah penilaian itu tertuju pada jawaban yang mana.

"Baik. Kita lanjutkan," ucapnya lagi sambil berbalik kearah papan tulis.

"Tapi sebelum itu," ucapnya berbalik lagi kearah kami.

Deg!!!

Segera semua fokus menatapnya.

Lalu dengan pelan-pelan mereka mencoba mengintip buku yang ada didepan masing-masing dan mencoba menghapal satu demi satu kata yang mungkin akan dia tanyakan. Terkecuali denganku saat ini. Aku malah menebak-nebak isi pikirannya. Dan mencoba mencari tau apa yang sedang dia  pikirkan dan apa yang ingin dia tanyakan.

"Apa itu cinta?!" tanyanya singkat tapi cukup membuat kami berfikir keras. Bukan tentang apa arti cinta melainkan mengapa dia menanyakan tentang cinta. Sebuah pertanyaan yang cukup membingungkan dan menggegerkan satu kelas.

Sudah kuduga. Pasti pertanyaannya akan sedikit aneh.

Berselang beberapa detik, kupikir tidak ada satupun yang mau menjawab. Ternyata satu demi satu mereka malah menjawab pertanyaan singkat itu dengan berbagai jawaban yang panjang dan lebar. Entah apa yang membuatku tiba-tiba merasa bahwa pertanyaan ini ditujukan untukku. Dari tatap matanya dan senyumnya seakan-akan semuanya jelas ditujukan hanya untukku. Semua jawaban dari mereka pun membuatku tersadar dengan apa yang terjadi selama ini. Semua tentang cinta yang mereka sebutkan seakan-akan menggambarkan apa yang terjadi dan  apa yang sedang aku rasakan. Seakan-akan memaksaku untuk mengakui bahwa aku sedang merasakan itu. Dan dalam suasana yang ditunggu-tunggu, aku pun menjawabnya dengan spontan.

"Untuk apa saya menjawabnya?".

"Maksud saya, siapa yang jatuh cinta?! Mengapa kita harus membahas tentang cinta?"

Sebuah kalimat yang kulontarkan didepan umum. Seketika itu juga aku lupa kalau aku tidak mengobrol berdua dengannya melainkan sedang dalam sesi tanya jawab kelas. Aku pun panik harus bagaimana memperbaiki jawabanku yang tadi.

Berselang beberapa detik, terdengar tawa kecil dari depan sana. "Tidak ada."

"Hanya sebuah selingan," ucap Roby menjawab pertanyaanku. Seketika itu juga aku tersadar bahwa aku telah memperlakukannya tidak baik sebagai seorang dosen. Namun, jawabannya tadi sedikit membuatku lega karena dia tidak marah.

"Pertanyaan yang bagus. Kalau begitu. Mulai hari ini, jatuh cintalah!" ucapnya memberi saran yang sangat mengena tepat padaku saat ini. Aku menatapnya dengan reaksi yang dia harapkan. Bagaimana pun, jatuh cinta itu bisa saja mudah untuk dilakukan. Hanya saja apakah rasa itu akan bertahan selama itu? Dan rasanya aku sudah melakukan itu. Dan yang tak ku mengerti adalah untuk siapa? Apakah untuk Aldy atau orang yang menatapku saat ini.

***

Sepanjang menit terakhir membuatku kepikiran dengan peristiwa yang terjadi tadi. Bahkan disaat sudah mau pulang begini aku masih memikirkan tentang tanggapannya terhadapku. Dengan sedikit sembunyi-sembunyi, aku mulai menunggu Roby didalam mobil yang ku kendarai pagi ini. Ada sedikit rasa penasaran didalam diriku tentangnya. Sehingga aku memutuskan untuk mengikutinya. Ya, mungkin hanya sebatas mengetahui tempat tinggalnya atau tempat yang sering dia jalani sepulang mengajar dari kampus. Dan waktu yang tepat pun tiba, segera aku mulai melaju disaat kulihat dia sedang menunggu taxi yang searah denganku. Biasanya dia akan berkendara dengan  mobil, mengapa hari ini berbeda? Entahlah.

Dengan seksama aku mulai memperhatikan taxi yang melaju didepanku. Tidak sedikitpun kubiarkan diriku kehilangan arah taxi itu hingga akhirnya berhenti disuatu tempat yang cukup baru bagiku. Dengan sedikit gaya penguntit, aku mulai memarkir mobilku dan mulai mengamati pergerakan dari target. Disaat dia mulai memasuki tempat yang tampak seperti cafe itu, segera aku menyusul dengan diam-diam. Dan yang menjadi masalah adalah, aku kehilangan jejaknya disaat sudah memasuki cafe itu. Sangat mengejutkan, padahal aku sudah berusaha semaksimal mungkin tapi aku malah kehilangan dia. Seakan-akan seperti kejadian-kejadian di tv dan novel, aku pun kehilangan posisinya dan harus ber-akting layaknya seorang penguntit.

"Kemana perginya tu orang?!" batinku sambil mengambil tempat duduk disalah satu meja diruangan itu. Sembari melirik kesana-kemari aku mulai menyembunyikan wajahku dengan daftar menu dimeja itu. Aku berharap dia tidak mengenalku atau semacam mempermainkanku dengan bersembunyi atau apalah yang mungkin dia lakukan. Hingga akhirnya dari belakang aku mendengar suara yang hampir mirip dengannya....

"Kamu ngapain disini?!" tanya seseorang itu yang membuatku terkejut bukan main. Seketika tubuhku kaku dan membeku.

Hampir saja aku berteriak keras, untung saja dengan sigap aku menutup mulutku dengan spontan. Ada rasa takut bercampur deg-degan diwajahku. Dengan berusaha menenangkan diri aku berpaling kearah suara yang tak asing bagiku. Doaku hanya satu, semoga dia itu bukan dia. Dan......














(Bersambung)

Next guys.....


SEBELUM KAMU(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang