Apakah aku spesial?

39 16 8
                                    

"Kayla?!" ucap seseorang itu lagi setelah melihat wajahku. Aku pun memperhatikan wajahnya dengan seksama.

"Bryan! Lo ngapain disini?! Bikin kaget aja," ucapku setelah menyadari bahwa dia adalah Bryan bukan  Roby. Mereka memiliki suara yang cukup mirip sehingga membuatku susah mengenalinya. Dengan sedikit tak percaya dia memberi tawa kecilnya untukku.

"Seharusnya gue yang nanya, lu ngapain disini?" tanya nya lagi sambil duduk disampingku.

"Aaa... Ituuu.... Gue lagi pengen cari angin," ucapku mencari-cari alasan.

"Trus, Lo sendiri ngapain disini?" tanyaku balik.

"Lu gak tau ya, ini kafe milik gue," ucapnya dengan mantapnya.

"Ha?!" batinku tidak percaya. Dengan masih terpelongo aku mulai menatap sekeliling kami.

"Kasi tau gue, bukan Glen kan yang nyuruh Lo kesini?" tanyanya menyadarkan ku.

"Enggak. Gak ada tuh yang ngasi tau gue tempat ini. Kan gue udah bilang, gue cuman iseng mampir." jawabku memperjelas. Dengan wajah yang tampak menyembunyikan sesuatu, Bryan hanya terdiam sambil berfikir.

"Emang kenapa?" tanyaku lagi.

"Kagak kenapa-kenapa sih, cuman..."

"Jadi gini, pertama-tama gue minta maaf sama lo. Bukannya gue bermaksud gak ngundang lo, tapi gue beneran gak enakan. Soalnya gue ngundang Fray sama Alika kesini," ucap Bryan memperjelas.

"Maksud lo?! Lo lagi ngerayaiin hari jadi kafe Lo?" tanyaku dengan nada sedikit terkejut.

"Iya. Tapi serius, gue beneran gak sengaja buat gak ngundang lo. Rencananya sih, gue mau ngundang lo besok. Lu gak marah kan?" tanyanya balik. Belum sempat aku menjawab pertanyaan Bryan, tiba-tiba dari ujung langkah pintu kafe terlihat langkah dari pelanggan baru yang sedang melangkah kearah kami. Dengan cepat aku pun menoleh kearah langkah itu tanpa mendengarkan Bryan lagi.

Sepertinya Bryan tidak berbohong dengan perkataannya. Dia benar-benar memposisikan dirinya sebagai diriku disaat keadaan seperti ini. Berpikiran bahwa aku akan sakit hati jika melihat Alika dan Fray lagi. Tetapi, mengapa dia hanya memperdulikan hatiku tidak dengan dirinya? Apa dia semudah itu untuk sembuh?

Bahkan dengan menatap mereka dari jarak beberapa meter berdua sambil menggenggam tangan sudah membuatku sedikit kesal. Namun, tidak sedikitpun raut cemburu atau marah tampak dari wajahnya.

"Eh, udah pada dateng lu berdua? Glen mana?!" tanya Bryan dengan dewasanya menyambut kedatangan mereka berdua. Tampak dari wajah Alika maupun Fray yang sedikit canggung didepan kami berdua. Apa itu karena kehadiranku? Entahlah, Aku tidak terlalu mempermasalahkannya. Lagian, kedatanganku kemari juga bukan karena ingin bertemu mereka. Dan aku juga tidak mempersalahkan dan tidak ingin ribut lagi dengan hubungan mereka. Dan aku sudah move on sepenuhnya. Meskipun sebenarnya hanya ada sedikit rasa kesal. Hanya sedikit.

Bryan pun mulai menelpon Glen yang tidak berkabar. Dan tampaknya nihil sehingga Bryan hanya meletakkan handphonenya diatas meja. Seketika suasana pun hening diantara kami.  Ingin rasanya memulai percakapan tapi aku malah kebingungan ingin membahas apa dengan mereka.

"Jadi lu semua mau pesan apa? Mumpung gratis," ucap Bryan membuat candaan agar suasana tidak canggung. Tanpa berbicara kami pun memilih menu pada kertas masing-masing.

"Kopi aja deh," ucapku dan Alika tiba-tiba bersamaan membuat dia semakin canggung.

"Gak usah terlalu manis," ucapku lagi. Kali ini bukan dengan Alika, aku malah bersamaan dengan Fray. 

" Oh Shit!" batinku berusaha tenang. Namun, pada akhirnya membuat kami harus saling pandang sejenak. Benar-benar momen yang tepat pada waktu yang salah.

SEBELUM KAMU(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang