Part 5

111 44 7
                                    

"Ada luka yang tidak berdarah. Ketahuilah, rasanya akan lebih menyakitkan ketika kamu tidak menemukan Penawarnya. Disaat patah hati contohnya."
                             
                                 
                             



Hari ini kujalani seperti biasa. Hari-hari disekolah seakan tiada habisnya. Namun, ada yang membuat ku sedikit bersemangat untuk menjalaninya. Tidak lain tidak bukan hanya karena cowok yang mengajakku dansa dipesta ulang tahunku. Aku ingin mengenalnya lebih jauh.

Sepertinya sudah waktunya aku membuka hati setelah tersakiti dalam waktu yang lama.

Tepat siang ini, sepertinya mata pelajaran yang akan berlangsung cukup membosankan sehingga akan banyak siswa yang tidak fokus. Ada mata pelajaran sejarah ternyata. Setiap masuk jam sejarah, akan membuat banyak siswa yang ngantuk dikelasku, bagaimana tidak, Pak Haris mengajar seperti sedang mendongeng. Dia adalah guru yang cukup humoris tetapi kadang membosankan. Biar begitu entah mengapa, menurutku ceritanya cukup mengasikkan. Walau kadang candaannya itu garing.

Bel berbunyi tandanya jam mapel sejarah akan dimulai.

"1....2....3....."

Aku menghitung dalam hati langkah seorang guru yang terdengar dari luar.

Setelah sampai dan membuka pintu, aku tidak melihat kedatangan pak Haris. Yang datang adalah Kepala sekolah. Seisi kelas pun tiba-tiba hening.

"Selamat siang anak anak!"

"Selamat siang Bu" jawab kami serentak.

"Baiklah, sedikit pengumuman untuk kalian semua. Jadi, pak Haris tidak bisa hadir karena sedang sakit. Oleh karena itu untuk mengisi jam kosong ini, kalian bisa belajar sendiri. Jangan ada yang ribut. Sampai disini,sudah paham?" tanya nya untuk mengakhiri pengumumannya.

"Sudah Bu" jawab kami serentak.

"Baiklah silahkan belajar sendiri" perintahnya.

Seketika pintu tertutup, semua siswa bukannya belajar melainkan melakukan kegiatannya yang lain meski ada beberapa yang memutuskan untuk belajar seperti Aku.

"Key," panggil Alika tiba tiba sembari menggoyangkan kursiku.

"Apaan si," sahutku membalikkan badan.

"Lu gadak rencana?"

"Rencana apaan?"

"Fray lagi main basket deh kayaknya,"

"Lu tau dari mana?" tanyaku.

"Ya elah, gue tau lah. Jadi, lu mau gak kita kesana?" tanya Alika.

Aku berfikir sejenak.

"Kayaknya ide bagus tuh, sekalian aku mau liat dia gimana main basket" batinku.

"Gimana, lu setuju gak?!" tanya Alika lagi.

"Yaudah deh, gue ikut," jawab ku sambil bangkit dari kursi.

Karena jam ini jam terakhir, suasana disekolah tampaknya lumayan sepi. Langkah demi langkah kami jalani. Akhirnya tiba juga.

"Fray pintar juga main basketnya," kata Alika yang tidak terlalu kurespon.

Dari kejauhan, aku melihat sosok cowok yang menyukaiku itu. Kalau dilihat lihat, ternyata dia manis juga. Tampaknya dia benar benar bersemangat dalam memasukkan bola basket itu. Sesekali aku memperhatikan tawanya. Ingin rasanya duduk dikursi penonton sambil membawakan dia handuk dan minuman penyejuk.

SEBELUM KAMU(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang