. 25

486 83 26
                                    

telat, tapi gapapa.

Bulin upgrade!

Bulin upgrade!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tampak depan,

tampak samping

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tampak samping.

tampaknya tak dapat ku miliki :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tampaknya tak dapat ku miliki :)

.

.

.


Tok tok tok

Terdengar suara nyaring pintu kayu itu diketuk. Dengan segera Bulin berjalan kedepan untuk membuka pintu.

Setelah dibukanya, nampak didepan Bulin berdiri seorang yang cantik bak biduan. Membawa beberapa lembar kertas berkas yang entah apa isinya.

"Maaf mba, saya mau nyari Pak Min. Mau minta ijin tinggal." kata wanita itu.

"Siapa kamu minta ijin tinggal disini? Enak aja. Pak Min udah punya istri. Saya istrinya. Kqlo mau tinggal ke rumah lain aja sana!"

Blam.

Pintu ditutup Bulin saking kencengnya.
Pamin dari arah dalam segera keluar karna kaget suara pintu tadi.

"Sopo yangg?" tanya Pamin
[siapa yangg?]

"Mboh. Wadon ra ceto. Mosok arep njaluk ijin tinggal neng kene. Yo ra sudi aku."
[gatau. wanita ngga jelas. masak mau minta ijin tinggal disini. ya gasudi aku]

Pamin cuma menggelengkan kepalanya. Menggerakkan tangannya isyarat menyuruh Bulin untuk menggeser diri dari depan pintu.

"Iku mesti mbak Lia. Sek nyewo omah e pakde Jenong. Sek dimaksud ijin tinggal lak yo persetujuan rt rw to nduk. Ojo suuzon to. Nek cemburu ki omong. Bojomu iki tetep setia tenangno pikirmu. Awas tak temonane sek. Ngko nek rampung ge njaluk ngapuro."
[aduh mau translet panjang, dikomen aja ya ntar]

Bulin yang denger apa kata Pamin langsung diem. Seakan lupa kalo suaminya itu ketua RT yang punya tanggung jawab sama warganya.

Mba Lia, warga baru itu masih berdiri didepan rumah Pamin waktu Pamin buka ulang pintunya.

"Oh iya benerba Lia, maaf ya mba tadi istri saya lagi mode maung jadi agak galak. Mari masuk dulu mba." canggung Pamin sembari menunjuk sofa agar mba Lia duduk.

"Oh iya pak, terimakasih. Jadi saya juga gaenak mau lama-lama, ini pak berkas data saya sudah saya lengkapi."

Mba Lia menyodorkan berkasnya tadi ke hadapan Pamin. Setelah dilihat dan cocok seperti yang dibutuhkan, Pamin hanya mengangguk.

"Kalau gitu, saya pamit pulang ya pak. Maaf mengganggu."

"Eh tunggu mba Lia."

Mba Lia yang sudah setengah berdiri itu duduk lagi karna cegahan Pamin.

"Itu, saya mewakili istri saya mau minta maaf banget karna udah gasopan tadi."

"Oalah, gapapa pak. Cemburu ta.. Tapi istrinya bapak cantik. Semoga bisa jadi teman nanti haha" kata Mba Lia sambil melirik Bulin yang ada di ruang samping.

"Kalau begitu saya pamit pak.."

.

Bulin mencibir ketika mba Lia meninggalkan rumahnya. Raut muka cemburunya terlihat jelas sehingga membuat Pamit gemas ingin memangsanya.

"Idih cemburu cieeeee" goda si suami.

"Mboh."

Karna kesal, Bulin berjalan ke kamar meninggalkan Pamin yang terkekeh geli.

.

hay aku update 😌

Noa's Family ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang