Part 9

162 23 0
                                    

"Tetep disini sampe Papa pulang, awas ngadu."

Adila diseret menuju gudang disamping rumah, lalu ditinggalkan. Ini kesempatan Adara untuk menyelamatkan Adila. Tak ingin menyia-nyiakan waktunya, Adara segera mendekati gudang itu dan membukanya dengan kunci yang digantung disebelah pintu.

"Dila, lo baik-baik aja?" panik Adara melihat Adila yang lemas dengan memar dipipi. Itu pasti menyakitkan.

Gadis yang dipanggil pun menoleh, memastikan apa yang dilihatnya benar. Ada orang yang menyelamatkannya, syukurlah.

"Adara?"

Adara mengangguk, lalu memapahnya untuk berdiri. "Lo masih kuat jalan kan?" tanyanya memastikan, melihat betapa lemahnya tubuh Adila. "Lo tahan bentar ya."

Ia harus cepat sebelum nenek lampir dan anaknya melihat mereka. sampai di pos satpam ia mendapati satpam yang syok. "Loh, kok dua?"

Tak ingin menghabiskan banyak waktu ia memanggil Gilang, meminta cowok itu untuk memapah Adila ke mobil terlebih dahulu.

"Pak, ini untuk bapak jika bapak mau kerja sama sama saya. Dan ini kalo bapak mau menghapus rekaman CCTV selama saya didalam."

Satpam itu nampak berfikir, ia kasihan dengan nonanya yang selalu disiksa, tapi ia tidak ingin ketahuan jika meloloskan nonanya.

"Ckk, bapak gak liat Adila lemes gitu? Bapak mau nunggu dia mati?" itu suara Gilang yang tau Adara yang frustasi.

"Yaudah, Non. Saya laksanakan."

"Mulai hari ini yang didalam rumah adalah saya, kembaran Adila. Jadi kalo uang yang saya kasih kurang, bapak bisa ngomong langsung ke saya."

"Eh, kok lo disini sih, harusnya lo pulang." Sergah Gilang tak terima.

"Gue mohon lo nurut, gue juga minta tolong jaga Adila dan antar dia kerumah sakit. Bilang ke orang rumah semuanya, urusan disini biar gue yang atur. Gue gak akan lama kok.

Kalo mereka tau Adila kabur, yang ada mereka bakal makin semena-mena. Dan untuk bapak, awas kalo sampe hal ini bocor. Saya pastikan keluarga bapak kenapa-napa, saya gak main-main dengan keselamatan kembaran saya."

Setelah memastikan Gilang membawa Adila pergi, Adara segera memasuki gudang dan meminta satpam tadi untuk menguncinya kembali, meskipun sempat ragu.

Paginya, Adara masih digudang. Ia bahkan sampai ketiduran disana, bersatu dengan kecoa dan tikus. Sungguh mengerikan untuk diingat, tapi ia tak boleh menyerah. Dila pasti sudah sering seperti ini. Maka ia harus kuat.

Ia harus mencari tau, seperti apa Papanya memperlakukan Adila selama ini. Ia benar-benar tidak akan memaafkannya jika pria itu tidak merawatnya dengan baik. Ia pastikan itu.

Pintu gudang dibuka, dan ia melihat para nenek lampir sedang memamerkan seringai mengerikannya. Lihatlah mulai hari ini ia akan banyak omong. Lebih tepatnya tadi malam sih.

Ia tak menyangka, acara Gala Premier berakhir dengan ia menemukan dirinya yang lain.

Rumah besar ini hanya memiliki dua pelayan, tetapi ada beberapa pria berbaju hitam yang bertugas sebagi bodyguard. Heh, percuma ada bodyguard jika satpam yang bertugas keamanan paling penting saja bisa disogok. Bisa dipastikan mereka pun sama, itu akan memudahkan misinya. Semoga saja misi ini berakhir secepatnya.

Fyi, Jika Adara tampil tomboy dengan wajah datarnya, dan Adira feminim dengan segala kecerewetannya. Maka Adila adalah versi mereka yang polos, penurut, dan lagi ia selalu berpenampilan layaknya nerd. Berkaca mata tebal, dan rambut yang dikucir kuda.

Huh, dengan terpaksa ia memakai perintilan barang yang tidak disukainya itu demi menyamar menjadi Adila. Lagipula mereka terlihat sama, hanya saja Dila lebih kurus dan jangan lupakan kantung mata yang menghitam mengerikan. Hmmm.

FATAMORGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang