Sudah tidak ada lagi tujuan hidup Adara selain membahagiakan adik-adiknya. Ia rasa hanya itu tujuan hidupnya setelah berbagai cobaan ia rasakan, bukankah itu cukup.
Sepulang sekolah, ia sengaja meminta Rigel untuk mengantar Adila pulang terlebih dahulu. Ia akan ke kantor untuk bertemu tangan kanannya. Rumah produksi sudah lebih besar dari yang terakhir ia datangi. Semoga saja semuanya akan berjalan baik-baik saja.
"Hai Adara, udah lama kamu gak kesini." Sambut seorang wanita ramah. Seperti biasa Adara memasang wajah tanpa ekspresinya, melepas maskernya dan duduk dikursi kebesarannya.
Para pegawai maupun staff-staff tidak tahu siapa dirinya selain tangan kanan sekaligus sekretarisnya itu, Salsa.
"Sejauh ini tidak ada permasalahan yang berarti, beberapa hari saat BA kita mengalami masalah cukup ada penurunan, tapi setelahnya stabil kembali. Pembangunan perluasan rumah produksi juga berjalan lancar, lusa sudah bisa dipakai. Produk terbaru kita meledak dipasaran, dan kita mendapat banyak keuntungan. Itu saja sih yang terjadi akhir-akhir ini, selebihnya sama seperti biasa." Canggung juga bercerita panjang lebar hanya direspon dengan muka datar.
"Bagaimana kinerja para pegawai?"
"Kinerja pegawai sangat bagus, saya kira tidak ada permasalahan yang berarti."
"Oke, kali begitu ikut saya."
Merekapun keluar dengan Adara yang berjalan didepan, tidak peduli sudah tertinggal berapa jauh Salsa dibelakangnya.
Adara berhenti didepan meja resepsionis.
"Maaf ada yang bisa saya bantu." Ramah seseorang dibalik sana, tetapi tidak menutupi ekspresi merendahkannya.
Adara merubah ekspresinya dan berusaha senatural mungkin bersikap ramah. "Kak saya dengar disini ada panggilan interview, boleh saya tau dimana tempatnya?"
Wanita dibalik sana semakin terlihat merendahkannya. Tapi Adara tak peduli, toh dia yang punya semua ini.
"Oh ya, silahkan menuju lantai dua, kemudian cari pintu rektruter disanalah interview dilaksanakan."
"Baik kak terimakasih." Ramah Adara berpura-pura.
Ia kembali berjalan dan dapat ia dengar, "Cih bayi kemarin sore mau daftar jadi pegawai, mau ngapelin Gilang atau mau nongkrong?" Cibir wanita itu yang langsung dipelototi Salsa.
Masih mempertahankan wajah ramahnya, Adara memasuki ruangan interview. "Baik, CV kamu bagus. Jadi boleh perkenalkan diri kamu?"
Mata rekruter menyelidik, seperti menscan tubuhnya dari atas kebawah. Jujur, Adara risih dibuatnya. Ini pada kenapa sih, seteledor inikah dia bisa-bisanya bisa memperkerjakan mereka.
Setelah meninjau semua pegawainya, Adara kembali ke ruangannya dan memanggil Salsa yang tentu saja mencatat apa saja yang terjadi selama ia melakukan aksinya. Meskipun wanita itu mengawasi dari jarak jauh.
"Jadi, apa itu yang kamu pegawai sangat bagus? Apa itu yang kamu maksud tidak ada masalah? Kamu yakin para rekruter tidak melakukan nepotis dan tidak menerima suap?" Adara mengembalikan wajah datarnya dihadapan Salsa. Hanya untuk membuat wanita itu sadar, bahwa meskipun ia belum memasuki umur dewasa ia tidak bisa diremehkan.
"Maafkan saya atas keteledoran saya, Adara. Saya akan segera membereskan semuanya. Saya akan segera mengganti pegawai dengan yang lebih berkompeten. Kamu tidak perlu khawatir." Salsa tersenyum menenangkan, meskipun ia sendiri gusar. Kenapa sampai bisa kecolongan memasukkan pegawai yang bermasalah seperti itu.
"Baiklah, saya tunggu. Ingat, mbak harus lebih teliti untuk ini, jangan sampai terulang." Tekan Adara memberi peringatan.
"Oh ya, Adara. Ada satu perusahaan yang akan bekerja sama dengan kita, saya yakin perusahaan ini akan membawa banyak keuntungan untuk kita, mengingat saat ini posisi CEO-nya hanya berbeda beberapa tahun denganmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATAMORGANA
Teen FictionKarya original _________________ Adira Quinne, gadis berjuta misteri. Sosoknya yang dingin tak tersentuh membuat orang yang ingin mendekatinya harus berpikir ribuan kali. Dibalik sifat dinginnya, tak ada yang menyangka bahwa ia adalah gadis yang ra...