Part 19

126 18 2
                                    

Seminggu setelahnya Adara kembali ke sekolah, untunglah ia bisa pulih lebih cepat dari yang diperkirakan dokter. Meskipun ia harus menahan sakit, tapi ia tak sudi memperlihatkan kelemahannya dihadapan semua orang. Maka dari itu ia menutupi sakitnya dengan berjalan santai, seolah tidak terjadi apa-apa padanya.

Seperti biasa ia menampilkan wajah datarnya, disampingnya ada Rigel. Mereka yang berjalan bersama menarik perhatian semua orang disana.

"Adara datar-datar cantik banget sumpah, Adila versi kalemnya juga gak kalah jauh."

"Ehh, dia kok baru keliatan. Perasaan akhir-akhir ini gak ada deh."

"Rigel mau aja sama es batu."

"Mereka sama-sama es batu, lol."

"Huhhh, kenapa goodlooking deketnya sama goodlooking juga sih. Jadi merasa kayak remahan khongguan."

Adara masih berjalan pelan menahan sakit, namun jika orang lain melihatnya maka ia terlihat berjalan santai seperti biasa. Tangannya ia lipat dalam didepan dada, menghiraukan orang-orang disekitarnya.

"Ra, lo beneran gak papa sendirian?"

Perhatian Rigel yang tau dengan pasti bahwa dibalik ekspresi datar yang Adara pasang gadis itu menahan sakit. Adara mengangguk, meyakinkan cowok itu bahwa ia baik-baik saja.

Cewek-cewek yang melihat perhatian Rigel pada Adara pun histeris.

"Uh, So Sweetnya." Jerit mereka tertahan, kagum sekaligus iri dengan mereka berdua.

"Chok." Choki, Pria yang dipanggil segera mendekat, dia adalah satu-satunya anggota Rembo yang sekelas dengan Adara.

"Yoi bro? Kenapa?"

"Jaga Adara, pastiin gak ada yang deketin dia."

Choki mengangguk patuh dengan tangan yang terangkat disebelah keningnya memperagakan posisi hormat.

"Siap Komandan."

Adara memutar bola matanya malas, lelah dengan sifat posesif Rigel. Tapi ia diam saja, malas membuka suara tentu saja. Ia hanya ingin menyimpan tenaganya untuk nanti jika ada sesuatu yang mendesak. Seperti bertemu medusa misalnya.

Baru saja ia memposisikan medusa sebagai permisalan, si pemilik gelar medusa datang dengan tidak elitnya, siapa lagi kalo bukan Satria. Lihatlah sekarang cowok itu masuk kelas dengan seragam yang keluar sebelah, kusut, serta banyak noda hitam yang bisa Adara pastikan adalah oli. Sejak kapan seorang medusa beralih profesi menjadi montir?

"Eh, Cok. Ngapain lo ditempat gue?" Seru Satria dengan memanggil nama Choki tapi dipelesetkan ke kata umpatan yang biasa disebut orang Jawa. Ketika cowok itu duduk dibangkunya sebelah Adara.

"Gue Choki, bukan Cok. Dasar bangsat."

"Dih ngerasa lo?" Sindir Satria yang mendapat dengusan Choki.

"Sayang, udah lama kamu gak masuk. Sekalinya masuk kok selingkuh?"

Satria benar-benar minta digorok. Adara melirik jijik, adakah manusia normal disekitarnya? Ia harus mencari orang itu.

Choki yang melihat Satria diabaikan tertawa terbahak.

"Lo emang pantes sih diabaikan, Sat." Katanya dengan menepuk-nepuk bahu cowok yang dimaksud. Sedangkan Satria tersenyum kecut serta menepis tangan Choki dari bahunya.

Perhatian, bagi seluruh siswa-siswi SMA Surya untuk segera berkumpul di aula. Sekali lagi, perhatian bagi seluruh siswa-siswi SMA Surya untuk segera berkumpul di aula.

FATAMORGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang