Part 24

109 15 1
                                    

"Aww, pelan-pelan dong."

"Yang obatin lo tuh gue, disini, bukan Aira. Dicuekin mulu perasaan." Kesal Alam ketika melihat keduanya malah asik berbincang hingga melupakan keberadaannya.

"Biarin, wleee.. salah sendiri celakain gue." Ejek Adara dengan menjulurkan lidahnya dan kembali mendengarkan Aira berceloteh.

"Kakak Alam itu jail banget, kak. Aira sampe kesel rasanya digangguin terus sama kak Alam. Kadang kak Alam Aira gigit tangannya." Kesal gadis itu menggebu-gebu. Adara terkekeh kadang tertawa menanggapi Aira. Ya tuhan ingin rasanya ia bungkus bawa pulang Aira kerumahnya.

"Oh ya? Pasti sakit."

"Biarin, biar kapok."

"Lain kali Aira jangan gigit kak Alam lagi ya."

Alam berbinar karena dibela oleh Adara, tidak tau saja jika gadis itu menyeringai.

"Tapi, cubit aja yang keras, pake tenaga dalam. Oke."

Karena kesal, Alam kembali menekan luka Adara dengan agak keras.

"Aduh, lo niat gak sih obatin gue? Daritadi ditekan mulu."

Alam melenggang tak peduli karena tugasnya sudah selesai, luka Adara sudah diobati dan diplester olehnya.

"Kakak cantik kenapa sekarang gak pernah dikamar lagi? Aira sering ke kamar kakak, tapi kamar kakak sudah kosong." Tanya gadis itu menunduk sedih.

Adara tersenyum, Memeluk gadis kecil sebentar lalu mengusap rambut Aira yang mulai banyak yang rontok. Berbeda dari pertama kali mereka bertemu.

"Kakak sudah pulang kerumah, Kakak rawat jalan dirumah karena Kakak sudah sembuh. Nanti, kalau Aira sudah sembuh Aira pasti akan cepat pulang. Nanti Aira bisa main ke rumah Kakak ya."

Aira mengangguk mengerti, lalu suster masuk dan memintanya untuk istirahat. Adara memandang sendu Aira, Aira itu anak yang ceria, cantik dan cerewet. Wajahnya pucat, tubuhnya terlihat kurus, dan rambutnya mulai menipis, kenapa Aira harus mengalami penyakit itu padahal ia masih sangat kecil.

"Ra."

Adara terlonjak kaget. " Ngagetin aja lo."

"Aira, hebat ya. Dia masih kecil tapi bisa kuat melawan penyakit mengerikan yang ada ditubuhnya." Gumam Adara yang hanya didengar Alam.

"Dia adek gue yang paling hebat. Gue seneng bisa punya Aira."

Adara memandang Alam dari samping, karena cowok itu duduk disebelahnya. Melihat raut kesedihan dari ekspresi di wajah itu.

"Aira itu anak kandung dari orangtua angkat gue, Ra. Setelah ngadopsi gue mereka akhirnya punya anak, padahal mereka sudah menikah 15 tahun. Gue beruntung jadi anak mereka, meskipun sudah punya Aira, mereka tetep sayang sama gue. Gak bedain gue sama Aira. Mereka anggep gue sama Aira sama."

Adara cukup terharu dengan cerita Alam. Ya, kebanyakan orangtua angkat biasanya akan membedakan antara anak angkat dan anak kandungnya. Tetapi mereka menerima Alam dengan baik.

"Mereka dimana sekarang?" Tanya Adara penasaran, karena sedari awal ia bertemu Aira, tidak pernah ia tau keberadaan orangtua gadis kecil itu.

"Mereka ada urusan diluar negeri, sekalian nyari pendonor sum-sum tulang buat Aira."

"Itu juga yang buat gue akhirnya menetap dan gak lagi travelling, gue mau jaga Aira."

Adara mengangguk.

Cukup sampai disini ia mengetahui tentang hidup Alam, jangan sampai melewati batas. Apalagi ia adalah orang baru, tidak sopan rasanya bertanya-tanya lebih dalam tentang kehidupan mereka.

FATAMORGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang