Part 46

72 9 4
                                    

Pagi ini Adara bisa bernafas lega, mata kuliah pagi ini dikosongkan karena dosen berhalangan hadir. Tapi meskipun begitu, tugas minggu lalu untuk membuat maket harus dikumpulkan, dan maketnya belum sempurna. Padahal tadi malam dia sudah begadang setelah menyempatkan diri untuk tidur.

Setelah mengotak-atik maketnya dan mempercantiknya dengan memberi warna akhirnya tugasnya selesai. Untung saja batas akhir pengumpulan masih jam 10 pagi nanti, dan sekarang masih jam 9. Masih ada satu jam lagi untuk memejamkan mata.

"FREYAAAA, NTAR JAM 10 KURANG LIMA BELAS GUE BANGUNIN." Dan matanya pun memberat.

.

Naas, ia lupa Freya sudah keluar apartemen sedari pagi dan sekarang waktunya hanya tinggal 7 menit lagi, sialan.

"Duh, Hp gue dimana sih?"

"Mandi gak ya?"

Ceklek, ceklek, ceklek..

"Sial, pintu kamar mandi gue kan rusak."

"Please, please, please, bisa please."

Brakk.. pintu ambruk.

"Anjing, ni sepatu pake nyangkut segala sih."

"Satu menit, satu menit, satu menit."

"ARGAAAAA!!"

"Nih maket gue, hosh, hosh."

Tujuh menit, hanya tujuh menit waktu yang dihabiskan Adara untuk ke kampus dan melakukan ritual sebelum kekampusnya, kemudian berlari dari luar gedung hingga tempat ini, karena mengejar Arga -si perwakilan kelas- yang akan mengumpulkan tugas-tugas maket anak-anak sekelasnya keruang dosen.

"Syukur deh, lo tepat waktu. Telat sedetik aja, kelar hidup lo satu semester." Kata pria itu dengan membawa kardus besar berisi kotak-kotak kecil yang terdapat maket didalamnya.

Adara masih mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal. "Haduh, serasa simulasi mati kehabisan nafas gue." Gumamnya, tapi masih didengar Arga yang masih disana.

"Makanya, jangan buat maket mepet. Keteteran kan lo." Sinis pria itu lagi.

Adara tidak menanggapi, memilih untuk diam saja. Terlalu malas untuk membalas orang itu. Merasa urusannya selesai, Adara segera pergi. Menuju kelasnya selanjutnya.

"Adara." Panggil seseorang.

Ia berhenti, berbalik dan menyedekapkan tangannya ke depan dada.

"Kelas Pak Genta ditiadakan, sebagai gantinya kita disuruh ngikutin seminar di aula."

Ia hanya mengangguk, dan mengikuti langkah gadis yang memanggil namanya tadi. Jika kalian tanya apakah Adara punya temen di kampus ini? Jawabannya tentu tidak. Karena kalian tau sendiri seberapa tertutupnya ia.

Mereka memasuki aula, dimana sudah banyak bangku yang tersusun seperti tatanan bioskop itu terisi.

Didepan sana, dekan dan panitia acara sedang di memberi sambutan.  Entah apa yang mereka sampaikan didepan sana, yang pasti Adara tidak peduli.

Dedemit Apart :
Anak orang lo tinggal sendirian di apart, gak punya otak ya lo

Dedemit Apart :Anak orang lo tinggal sendirian di apart, gak punya otak ya lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FATAMORGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang