Part 32

94 12 4
                                    

"Ini buat lo yang udah berani celakain adek gue."

Bughhh..

"Ini buat lo yang berani nyerang sekolah gue."

Bughhh..

"Dan ini buat lo yang udah bawa anak-anak rajin gue ke dalam masalah." Yang ia maksud adalah anak-anak Rembo. Memang benar Rembo tidak pernah terlibat masalah, jadi suatu keharusan untuk memberi pelajaran cowok dihadapannya ini.

Adara mendengus, kemudian menghela nafas, mengatur nafasnya kembali setelah itu berbalik menarik kopernya dan meninggalkan mereka untuk memasuki kamar.

"Gue udah selesai."

Andra yang sebenarnya tidak siap dengan serangan dari Adara tadi sudah siap melayangkan serangan balasan. Tetapi dibelakang gadis itu, ia melihat Adila yang menggeleng, memohon padanya untuk tidak menyakiti Kakaknya.

Andra akui, tenaga Adara cukup besar untuk ukuran cewek. Bahkan, pukulan Rigel waktu tawuran saat itu sedikit dibawah gadis yang memukulnya tadi.

Setelah memastikan Adara pergi, Adila menghampiri Andra yang sudah babak belur. Ia menuntun cowok itu untuk duduk disofa dan mengambil kotak p3k untuk mengobati luka cowok itu.

"Maafin kakak aku ya? Dia begitu karna khawatir sama aku." Kata Adila lirih, tangannya sibuk mengobati luka Andra. Tetapi hatinya tidak berhenti berdebar, entah karena takut entah karena sebab lain.

Andra menyeringai, seperti dulu ia tidak pernah membuat hidup Adila tidak bisa lepas darinya. Maka ia akan memanfaatkan rasa bersalah gadis itu untuk tidak bisa jauh juga darinya.

"Adila masuk ke kamar!" Tegas suara dingin menuruni tangga. Adira yang baru saja dari dapur kaget melihat Adara sudah sampai dirumah.

Tanpa banyak membantah, Adila menunduk dan pergi masuk kamarnya.

"Lo udah biasa babak belur kayak gini, gak usah sok nyari perhatian adek gue. Apalagi manfaatin dia." Cibir Adara dengan tangan terlipat didadanya. Rigel yang sudah duduk didepan Andra tidak peduli dengan keadaan sekitar, karena matanya yang masih sulit untuk terbuka.

"Lo boleh pergi." Usirnya begitu merasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan.

Andra mengepalkan jemarinya kuat, kesal tentu saja. Ia kerumah ini karena panggilan gadis itu, dan sekarang setelah ia datang dan dibuat babak belur, malah diusir. Lain kali ia akan membuat perhitungan dengan cewek itu.

"Rigel."

"Hmmm."

"Gell."

"Hmmm."

"RIGELLLL, KALO MAU MATI JANGAN DIRUMAH GUE."

Rigel terkesiap hingga melompat dari sofa tempatnya tidur.

"Apaan sih, Ra. Orang ngantuk juga." Sinisnya tak suka.

Adara acuh, ia segera menghampiri koper yang ia tinggalkan tadi. Ia memang pulang membawa 2 koper, dan koper yang ini berisi oleh-oleh untuk mereka.

"Nih." Lemparnya pada Rigel yang langsung ditangkap dengan sigap.

"ADIRA, ADILA!" 

"Iyaaa.."

"Apaaa.."

Mereka berdua berlari secepat kilat begitu mendengar nama mereka dipanggil.

Adara tidak berbicara apapun, hanya menyerahkan koper itu ke mereka berdua dan diterima dengan antusias oleh mereka.

"Aaa.. sumpah demi apa, semua yang ada disini harganya bikin dompet menangis." Haru Adira menatap barang-barang yang dibelikan Adara dengan berbinar.

FATAMORGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang