"Lo udah tau semua tentang gue, hidup gue persis seperti yang diceritakan ibu panti waktu itu. Orangtua kandung gue meninggal ditempat saat kebakaran. Cuma gue yang selamat, tapi yah.. anak panti bilang gue jadi monster. Hahah.. lucu aja ngebayanginnya." Cerita Alam kemudian setelah mendengar kehidupan Adara yang tidak seperti yang dibayangkannya.
"Masih ada bekas yang tersisa gak?" Tanya gadis itu penasaran.
"Ada, nih." Tunjuk cowok itu menunjukkan lututnya yang belang.
"Pantes aja lo pake celana panjang mulu."
"Hehe, cuma itu yang kesisa, Ra. Buat ingetin gue aja kalo pernah ada peristiwa besar yang merubah hidup gue."
"Lo udah gak sedih?"
Alam tersenyum, menyelipkan sejumput rambut Adara kebelakang telinga. "Nggak, kan ada lo."
Blushh..
Sial
__Seperti biasa kesibukan Adara hanyalah sekolah, belajar, dan memantau bisnisnya. Usahanya sebenarnya besar karena pengaruh Gilang, jadi jangan tanyakan kenapa dia bisa sesukses itu diusia muda. Meskipun tidak sebesar perusahaan Papanya dulu, Agam, tapi untuk ukuran anak muda sepertinya siapa yang akan bilang kalau itu kecil?
Gadis itu berjalan kaki, tidak berniat menghubungi adiknya untuk menjemputnya, apalagi pesan taksi. Adila memohon padanya untuk mengajarinya mengendarai mobil beberapa minggu ini, dan yah gadis itu sudah mahir, dia bahkan membujuknya juga untuk membuatkan SIM untuknya.
Adara benar-benar tidak habis pikir, Adilanya akan berkembang sejauh itu. Tapi bukankah itu kemajuan? Yah, semoga saja semua itu membawa dampak yang baik.
Sebenarnya dia bisa membeli mobil lagi, tapi dia tidak ingin seboros itu. Apalagi dirumah sudah ada 3 mobil, milik Adira, miliknya yang sekarang dibawa Adila, dan milik bu Sekar. Akan seperti apa rumahnya jika dipenuhi mobil-mobil, ia juga tidak berniat membuka showroom. Hihi
"Ren, ren , ren, berhenti dulu. Itu ada Adara disana." Seorang pria turun dari mobilnya, meninggalkan sang manager yang hanya menatapnya datar.
Gilang turun, berniat mendekati gadis yang sudah lama tidak ditemuinya karena kesibukannya mengembalikan jobnya yang banyak yang hilang. Hingga tidak sempat menjenguk Adara seperti biasa, bahkan menyapa pun tidak pernah.
"Adara."
Mendengar suara bass yang cukup tidak asing ditelinganya, Adara menoleh. Ia cukup kaget, tapi bisa mengondisikan dirinya.
"Gilang?"
Gilang mendekati Adara yang berhenti untuk menanggapi pria itu. "Iya, ini gue. Makin ganteng kan?" Goda pria itu sambil menaik-turunkan alisnya. Gadis itu mendelik.
"Percaya diri sekali anda tuan Gilang." Ejeknya tanpa ekspresi.
"Emmm, ikut gue yuk, Ra. Gak enak diliatin orang-orang." Usul Gilang begitu tau, disekitar mereka mulai ramai dengan orang yang penasaran dengannya, yang cukup terkenal, meskipun tidak mendekat terang-terangan.
Adara melihat kesekeliling dan benar saja, sial kenapa dia baru sadar. Tanpa menunggu lama ia menyetujui usulan Gilang, karena dia yakin jika dia menolak tawaran Gilang, ia tidak bisa pulang dengan selamat mengingat ia hanya jalan kaki sendiri pula.
Fans Gilang cukup bar-bar, maka dari itu dia lebih memilih mencari keselamatan diri daripada menaikkan ego.
"Lo gak ada job? Tumben ada waktu?" Cibir Adara yang sedari tadi diam, bahkan dia sama sekali tidak menanggapi Reno yang terlihat sok akrab dengannya, selain dengan deheman dan anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATAMORGANA
Teen FictionKarya original _________________ Adira Quinne, gadis berjuta misteri. Sosoknya yang dingin tak tersentuh membuat orang yang ingin mendekatinya harus berpikir ribuan kali. Dibalik sifat dinginnya, tak ada yang menyangka bahwa ia adalah gadis yang ra...