Rigel duduk dikantin, dengan Adara dan Adila diseberangnya. Ada juga Juna, Dika dan juga Rega. Diantara semua anggota gengnya, memang hanya mereka bertiga yang selalu menjadi ekornya.
"Lo kenapa sih, bete mulu mukanya." Tanya cowok itu pada teman kecilnya yang menunjukkan raut kesalnya.
"Gue kesel sama lo bego." Sinis Adara yang membuat cowok itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan ekspresi memelasnya.
"Gue salah apa, Ra?"
"Salah lo gak jagain Adila." Seru Adara dengan memasukkan kentang gorengnya gemas.
Ia kesal, karena Rigel yang ia minta untuk menjaga adiknya dengan tampang garangnya itu berani-beraninya meninggalkan Adila yang belum mengenal seluk beluk sekolah mereka ini. Padahal ia hanya pergi ke toilet sebentar, dan ia kembali dengan Adila yang sedang dibully. Untung saja Juna dan Dika datang tepat waktu, sehingga pembullyan terhadap Adila belum sempat terjadi.
"Kan udah ada Juna." Lirih cowok itu, benar-benar tidak mencerminkan muka garangnya jika sedang berhadapan dengan kemarahan sulung dari Quinne bersaudara itu.
"Ya lo pikirin jugalah, kalo mereka gak dateng Dila kayak apa. Gue suruh jagain Dila aja lo lengah." Gerutu gadis itu kesal dengan cowok tak beradab didepannya itu.
Semenjak persahabatannya dan Rigel yang sudah diketahui publik, mereka malah semakin gencar mengumbar mesranya persahabatan mereka. Seperti saat ini, Rigel yang tertunduk layaknya suami takut istri saat Adara memarahinya.
Sisi lain Adara benar-benar membuat mereka tak terbiasa. Ada yang salah dengan Adila ataupun Adira sedikit saja, maka akan memancing emosi Adara. Mereka yang melihatnya pun memilih untuk tidak mencari masalah lagi dengan Quinne bersaudara, atau mereka akan menerima semprotan emak Adara.
Adila masih menunduk dan meremas kedua tangannya dipangkuan. Ia merasa takut dengan sisi lain Adara, dan juga efek pembullyan yang menimpanya tadi.
Ini gara-gara ia yang tidak hati-hati sehingga menumpahkan minumannya dan Adara pada seseorang yang dijuluki ratu bully, Shena jika kalian masih ingat.
"Lo juga, kalo dibully jangan diem aja. Lawan, bukannya malah ketakutan. Ada gue, La. Lo gak perlu takut." Kali ini nada bicaranya melembut. Memang siapa yang bisa membuat emosi seorang Adara naik turun selain karena wajah polos Adila.
Adila mengangguk, dan meyakinkan dirinya sendiri untuk lebih berani jika kejadian tadi terulang.
___Bel masuk berbunyi, mereka segera berhamburan memasuki kelas masing-masing. Adara berjalan dengan angkuhnya dengan Adila yang berusaha untuk tidak menunduk disampingnya. Memang kebiasaan, saat takut atau gugup Adila akan menunduk.
Usai dengan kelas mereka, akhirnya waktunya pulang tiba bertepatan dengan guru yang keluar kelas.
Adila sibuk membereskan barang-barangnya ke dalam tas. Begitupun dirinya. Tiba-tiba ponselnya berdering, menandakan ada seseorang yang menelponnya. Ia segera mengangkatnya, apalagi ketika melihat nama dilayar yang menunjukkan kembarannya yang terpisah sekolah.
"Kenapa?"
"Lo bisa jemput gak? Mobil gue kempes, mana panas banget lagi. Bengkel juga jauh, gak mungkin kan gue dorong. Ckk." Gerutu kembarannya diseberang.
"Tunggu." Jawabnya singkat dan segera menarik Adila keluar kelas.
Mereka segera menuju lokasi dimana Adira berada, dan menemukan gadis itu menunggu dipinggir jalan yang sepi. Mobilnya sudah diangkut oleh orang bengkel suruhan Adara.
"Ckk, lama banget. Kan tambah kusam wajah gue, kalo gue item gimana? Jadi Quinne terburik gue." Kesal Adira yang mendapat kekehan dari Adila.
"Kalo kamu kusam kan tinggal perawatan." Adara memutar bola matanya jengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATAMORGANA
Teen FictionKarya original _________________ Adira Quinne, gadis berjuta misteri. Sosoknya yang dingin tak tersentuh membuat orang yang ingin mendekatinya harus berpikir ribuan kali. Dibalik sifat dinginnya, tak ada yang menyangka bahwa ia adalah gadis yang ra...