"ARGHHH, ANJEEENG!!!!."
_____________
Juna pria itu, dan Adara benar-benar puas dengan ekspresi kesakitan sang korban. Padahal dia hanya menyikutnya loh, bukankah tenaga seorang gadis tidak akan menyakiti seorang pria dewasa?
Hmmm, jangan hiraukan Adara dia melupakan fakta bahwa dulunya berhasil mengalahkan pria itu hingga babak belur. Juna menyipitkan matanya begitu menyadari siapa yang menyikutnya ia melotot, dan menarik Adara dari pelukan Rigel menjadi kepelukannya. "HUWAAA!!! Bu bos, kumerindukanmuuuu." Teriak lebay pria itu membuat Adara jengah.
"Jun, uhuk, uhuk, gue penyet, bangsat." Keluh Adara tersiksa, tapi sepertinya Juna tidak mendengarnya karena sibuk meneriakkan kalimat unfaedah khas Juna.
Rigel segera menarik Adara dari Juna, "Adara mati, lo gue pancung." Ancamnya dengan aura membunuh yang pekat. Juna menelan ludahnya susah payah, ia sudah melakukan kesalahan besar. Kaburr...
"Ekhmmm, Gel. Lepasin gue." Pinta Adara risih, ia baru menyadari bahwa mereka menjadi pusat perhatian. Entah sedari kapan mereka menjadi tontonan, tapi Adara yakin kedatangan Rigel dari awal sudah menjadi perhatian.
"No, gue gak mau lo kabur lagi." Tolak pria itu. Adara merasa kikuk, sekarang. Apalagi ia yang pendek bisa merasakan otot perut Rigel yang membentuk kotak-kotak. Ia yakin itu sangat keras, dan tangannya pasti akan sangat sakit jika menonjoknya seperti dulu. Apakah semua atlet memiliki roti sobek?
"Ishh, gue disini gak bakal kemana-mana juga." Gerutu gadis itu.
"Ekhemmm.." atensi mereka pun teralihkan ke Pradipta yang berdeham karena terlalu lama diabaikan. Adara memanfaatkan kesempatan itu untuk lepas dari dekapan pria besar itu.
Rigel menatap protes ke Adara yang sudah bersikap seperti biasa.
"Emm, Dipta gue pamit dulu deh. Temen lama gue butuh banyak penjelasan, see you."
Adara menyikut kecil Rigel, "Ikut gue."
Rigel mengikuti langkah kecil Adara, jika kalian bertanya berapa tinggi Adara? Jawabannya adalah 162 cm. Tapi jika kalian bertanya berapa tinggi Rigel maka jawabannya adalah 181 cm. Bisa dibayangkan berapa kerdilnya Adara jika dibandingkan dengan Rigel Putra Erlangga?
Adara memilih mengajak Rigel untuk ke apartemennya, karena sejujurnya ia juga khawatir dengan anak asuhnya.
Diperjalanan, Rigel terkekeh melihat betapa kerdilnya sahabat kecilnya itu. Padahal dulunya mereka hanya terpaut beberapa cm saja, bahkan Adara pernah lebih tinggi darinya meskipun dengan cepat ia ungguli juga.
Alis Adara menyatu, "Aneh lo, tiba-tiba ketawa."
"Ternyata lo cukup kerdil ya, padahal dulu tinggian berapa cm doang dari gue udah besar kepala, eh sekarang malah cuma sedada gue." Tengil pria itu yang kemudian mengacak rambut Adara.
"Ishh, kebiasaan. Rambut gue udah bagus, gak usah diacak." Kesalnya.
"Abisnya lo gemesin sih." Kekeh pria itu.
"Baru nyadar lo?"
"Dih, dipuji dikit ngelunjak." Kening cantik Adara pun sukses dijitak jemari besar Rigel.
"Aduh, dasar Giant mentang-mentang gede seenaknya nyentil-nyentil orang cantik." Gadis itu sudah berkacak pinggang, sembari mencak-mencak.
"Lo emang gak berubah." Tawa pria itu mengudara, membuat lagi-lagi Adara menyesal membawa Rigel bersamanya.
"Emang gue Power Rangers pake berubah segala."
"Lo kan emang Power Rangers, gampang banget ngerubah mood."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATAMORGANA
Teen FictionKarya original _________________ Adira Quinne, gadis berjuta misteri. Sosoknya yang dingin tak tersentuh membuat orang yang ingin mendekatinya harus berpikir ribuan kali. Dibalik sifat dinginnya, tak ada yang menyangka bahwa ia adalah gadis yang ra...