Happy Reading
________________Setelah kejadian beberapa saat yang lalu, Adira dan Adila bisa bernafas lega. Karena hujan yang sudah reda dan petir sudah tidak lagi menyambar, bonusnya listrik yang padam pun sudah nyala kembali. Keduanya akhirnya turun memastikan apa yang terjadi di dapur karena tadi seperti ada suara panci jatuh darisana.
"Astaga, Loli ternyata kau terjebak disini selama hujan." Gemas Adira saat melihat kucing persia putih seperti salju itu menatap mereka polos.
"Kenapa kau ada disini?" Adila ikut mengusap rambut putih kucing bermata kuning dan biru itu. Ya, sebelah kiri kuning dan sebelah kanan biru. Kucing ini adalah kesayangan Mamanya Rigel, Anna.
Adira menoleh ke Adila, "Pulangin yuk."
Adila mengangguk, keduanya pun keluar rumah untuk mengantar Loli pulang. Padahal masih jam 8 malam, tapi rumah-rumah disekitar terlihat sudah gelap. Hanya menyisakan beberapa cahaya temaram diruang-ruangan tertentu. Sepertinya para penghuninya sudah tertidur.
"Tante Annaaaaa!"
"Tante."
Teriak keduanya yang sengaja lewat samping rumah dan berdiri didepan pintu utama rumah Rigel.
Sssshh, siapa sih malem-malem berisik. Batin Rigel mengutuki tamu yang mengganggu waktu malamnya.
"Kenapa lo, malem-malem ganggu orang tidur." Rutuk Rigel dengan muka bantalnya. Akhirnya pintu rumah tetangga terbuka.
Keduanya merasa bersalah, mereka kira jam segini masih banyak yang belum tidur. Mungkin karena hujan petir dan listrik yang padam tadi, membuat para penduduk memilih untuk bergelung dibawah selimut dan tidur.
"Sorry, Gel. Ini kita mau balikin Loli. Pas hujan tadi kejebak dirumah kita." Jelas Adira, Adila hanya manggut-manggut membenarkan.
"Oh." Hanya 'oh'? Boleh Adira marah sekarang? Mereka ketakutan akibat kekacauan ynag diakibatkan Loli dan yang punya hanya mengatakan 'oh'.
"Kenapa masih disini? Oh.. mau mampir?" Heran Rigel, mereka hanya ingin mengantar Loli, kan? Loli sudah berada ditangannya sekarang, mereka mau apa?
"Serius cuma 'oh'? Gara-gara kucing lo kita jantungan tau gak, udah hujan petir, listrik padam, Loli jatuhin barang. Kurang horor apa rumah gue gara-gara Loli. Minta maaf kek, terima kasih kek, ini cuma 'oh'." Sewot Adira dan pergi begitu saja, meninggalkan Adila yang melongo bersama Rigel.
Menyadari Adira sudah jauh darinya, Adila segera menyusulnya. "Adira tungguin Dila."
.
"Tante Ghea lagi nyusul Om Haris di Paris."
Gilang mengangguk, lega akhirnya ia tau kemana Mama dan Adara pergi. Tapi masalahnya perutnya belum terisi sama sekali.
"Mau kemana lo?" Gilang tak mengindahkan dan pergi begitu saja, keluar dari apartemennya.
Sampai dirumah, Gilang mengecek semua tempat yang bisa saja menjadi tempat penyimpanan masakan Ghea saat tersisa banyak. Atau memang sengaja memasak makanan awet untuknya jika tiba-tiba kelaparan. Benar saja, ia menemukan telur rebus yang digoreng dengan sambal balado dikulkas. Ia tinggal menghangatkan sebentar, dan siap untuk makan.
Ternyata Mamanya tetap mengingatnya meskipun sedang marah padanya.
Dalam keheningan rumah, ia sempat berkaca-kaca karena biasanya Mamanya akan mengomelinya panjang kali lebar. Tapi kali ini, Mamanya itu memilih untuk pergi, itu artinya kesalahannya itu menurut Mamanya sudah sangat fatal. Wanita itu memberi waktu untuknya agar berfikir, dimana letak kesalahan dan apa yang membuat mama kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATAMORGANA
Teen FictionKarya original _________________ Adira Quinne, gadis berjuta misteri. Sosoknya yang dingin tak tersentuh membuat orang yang ingin mendekatinya harus berpikir ribuan kali. Dibalik sifat dinginnya, tak ada yang menyangka bahwa ia adalah gadis yang ra...