The Past - When Dream Meet Reality

394 5 1
                                    

Ternyata melupakan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Sekuat tenaga Hyebin dan Joongki berusaha mempertahankan hubungan mereka. Perbedaan ruang dan waktu adalah kendala tersulit dalam menjaga hubungan jarak jauh bagi siapa pun. Saat malam, Joongki ingin mengobrol dengan Hyebin, gadis itu sedang sibuk di kampusnya, begitu juga sebaliknya. Saat Hyebin merindukan Joongki, dia tidak bisa begitu saja menghubungi pria itu, karena terkadang saat Hyebin menghubunginya, Joongki tengah sibuk meeting dengan beberapa investornya. Hubungan jarak jauh adalah sesuatu yang sangat sulit dipertahankan, tetapi tak kalah sulitnya untuk dilepaskan.

Mungkin di antara Hyebin dan Joongki masih ada perasaan itu, hanya saja lama kelamaan waktu mengikisnya secara perlahan. Telepon dan email yang dulu biasa dilakukan satu hari sekali, lama kelamaan berkurang frekuensinya. Joongki mulai tenggelam dalam kesibukan mengurus perusahaan ayahnya. Hyebin pun sama sibuknya dengan kegiatan kuliahnya.

Setelah beberapa lama, akhirnya rasa jenuh menunggu timbul di hati Hyebin. Kesepian mulai menghantuinya. Tak pelak, kebutuhan akan kasih sayang adalah kebutuhan semua orang. Hyebin akhirnya sadar bahwa Joongki hanyalah pria dalam khayalan belaka. Meski begitu, pria itu masih tetap menjadi sosok sempurna dalam benaknya dan terdapat secercah harapan bahwa suatu hari nanti, dia bisa memilikinya.

Hyebin menutup semua jurnal yang berisikan tentang Joongki sang pria sempurna untuknya. Dia pun sudah mulai membuka hatinya. Dia sudah mulai berkencan dengan pria lain, meski terkadang bayangan Joongki tetap muncul dan menimbulkan berbagai perbandingan.

Sementara itu, Seungho yang sudah berpisah dengan Belinda, jadi semakin sering mengobrol lewat telepon dan bercerita mengenai keseharian mereka. Tidak jarang, saat weekend mereka habis kan dengan jalan-jalan berdua. Hyebin sama sekali tidak menganggap ada yang spesial di antara mereka berdua, dan dia tidak mau tahu dengan apa yang dirasakan oleh Seungho, walau Seungho mulai bertingkah aneh. Pria itu mulai rajin menjemput Hyebin saat pulang kuliah, mengantarkannya ke mana-mana, dan meneleponnya setiap hari.

Suatu hari di liburan musim panas, Hyebin dan Seungho berjalan-jalan ke Roma bersama teman-temannya yang lain. Di depan Fontana di Travi, Seungho melemparkan tiga koin sambil berkomat-kamit mengucapkan harapan.

"Apa harapan kamu selain bisa kembali lagi ke sini?" tanya Hyebin sambil menyesap green tea-nya.

"It's secret."

"Come on... Kenapa pelit sekali? Ayo ceritakan padaku, aku ini kan sahabatmu."

"I don't think that you are my bestfriend, Hyebin-a," kata Seungho santai.

"What do you mean that I'm not?"

"Because I don't want to," Seungho meluruskan kakinya tanpa sekali pun mengalihkan pandangannya pada Hyebin yang tengah menatapnya heran.

"Dasar sombong! Masa kamu tidak mau menjadi sahabatku?!" omel Hyebin.

Seungho tertawa. "Coba berikan alasan kepadaku, kenapa aku harus jadi sahabat atau temanmu?" kali ini dia menoleh ke arah Hyebin.

"Karena kita berdua sudah lama kenal, dan kita sudah sangat dekat sebagai teman, jadi pantas kalau disebut sahabat."

Seungho kembali tertawa. "God! Jang Hyebin, kau benar-benar membuatku ingin terus tertawa."

"Kenapa kau tertawa?!" Hyebin yang kesal mencubit lengan Seungho.

"Aw! Appo!" Seungho mengusap lengannya. "Intinya, aku tidak mau saja, dan itu hak aku untuk tidak mau jadi sahabatmu," Seungho menjulurkan lidahnya mengejek Hyebin.

HyeJoong StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang