The Past - Tear are Falling

380 2 0
                                    

Hyebin senang bukan main, saat Joongki menghubunginya dan mengatakan kalau saat ini dia ada di Paris. Itu artinya, Hyebin bisa mengkonfirmasikan semua tentang apa yang dikatakan oleh Seungho saat liburan musim panas kemarin.

Pria itu mengajak Hyebin makan malam di Traillevent, salah satu restoran paling mahal di Paris. Hyebin mengenakan dress dengan potongan backless berwarna peach, dia memadukannya dengan strap heels setinggi sebelas senti dan tak lupa membawa clutch bag berwarna senada dengan dress-nya. Hyebin menyangul tinggi rambutnya, sehingga punggung mulusnya terekspos.

Tepat pukul delapan malam, Hyebin tiba di Traillevent. Tadinya Joongki bermaksud untuk menjemput Hyebin di tempat tinggalnya, tetapi sayangnya pria itu harus menghadiri meeting terlebih dahulu, sehingga Hyebin tidak tega untuk merepotkannya.

Hyebin mengedarkan pandangannya mencari sosok Joongki, dan tak lama dia mendapati pria itu melambai padanya. Jantungnya berdesir saat melihat Joongki yang tampak semakin tampan dalam balutan kemeja hitam dan jas abu-abu. Hyebin berjalan mendekati meja di mana Joongki sudah duduk. Dari dekat Hyebin bisa melihat gurat lelah tergambar jelas di wajah Joongki, tapi hal itu sama sekali tidak mengurangi ketampanan yang Joongki miliki.

"Aku tidak terlambat, kan?" tanya Hyebin pada Joongki yang membantunya menarik dan mendorong kursinya duduk.

Joongki tersenyum dan menggeleng. "Meeting-ku selesai lebih cepat, dan aku memutuskan untuk langsung datang kemari," ujar Joongki sambil duduk di hadapan Hyebin.

Tak lama pelayan datang membawakan menu pembuka untuk Hyebin dan Joongki. Sepertinya tadi pria itu sudah memesan makanan untuk mereka berdua. Selama menghabiskan menu pembuka Joongki dan Hyebin sama sekali tidak mengatakan apa-apa, begitu juga saat makanan utama datang. Sampai pada datangnya hidangan penutup, keheningan menyelimuti mereka berdua. Hyebin yang sudah tidak tahan dengan kebisuan yang ada, berinisiatif untuk membuka suara.

"Oppa, aku senang sekali, akhirnya setelah dua tahun, kita bisa bertemu lagi," ujar Hyebin sambil tersenyum senang. Dia memang tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya ini.

Joongki tersenyum simpul dan menyesap wine-nya. "Hyebin-a, sebenarnya ada yang ingin aku katakan padamu," ucap Joongki.

"Katakan saja, Oppa," Hyebin memotong chocolate fudge di depannya dan menyantapnya.

Joongki terdiam cukup lama, pria itu tampak seperti sedang menimbang-nimbang. Tetapi akhirnya, dia mulai berkata, "Aku mau mulai sekarang kau harus menjalani hidupmu dengan baik, dan hidup lah dengan penuh kebahagian walau aku tidak ada di dekatmu lagi."

Perkataan Joongki yang terakhir membuat senyum Hyebin menghilang dan matanya memanas. Sekuat tenaga Hyebin menahan panas itu agar tidak ke luar dari kedua matanya. Hyebin menyambar gelasnya dan meminum air putih sampai tandas. Di saat seperti ini dia memang membutuhkan suplai air yang banyak.

"Tapi, Oppa. Aku tidak akan bisa bahagia tanpa adanya dirimu," Hyebin berusaha mengatakan isi hatinya.

Joongki menggeleng pelan. "Tolong mengerti aku, Hyebin-a. Ini adalah yang terbaik untukmu, sudah dua tahun kita tidak pernah saling bertukar kabar, dan aku rasa kau berhak mendapatkan yang terbaik."

Demi Tuhan, saat ini Hyebin sangat membenci Joongki. Apa yang waktu itu dikatakan oleh Seungho memang benar? Saat ini Joongki sudah memiliki kekasih, sehingga dia harus melupakannya.

"Apa ini karena Oppa sudah memiliki hubungan dengan anak rekan bisnis keluarga kalian?" tanya Hyebin dengan suara parau. Joongki terdiam cukup lama dan akhirnya mengangguk.

Good! Anggukan dari Joongki tadi sukses membuat pertahan Hyebin runtuh. Airmata yang sejak tadi mendesak ingin keluar, tumpah membentuk sungai kecil di pipi putih Hyebin. Tanpa pikir panjang, Hyebin beranjak dari duduknya dan berlari meninggalkan Joongki sendirian. Dia sama sekali tidak menghiraukan panggilan dari Joongki. Hyebin terus berlari menjauhi tempat itu.

Tes...

Setetes air membasahi bahu Hyebin yang kemudian diikuti tetesan yang lain.

"Perfect!" runtuk Hyebin. Sepertinya langit ikut merasakan sakitnya hati Hyebin. Dia memejamkan matanya untuk menghilangkan bayang-bayang Joongki, tapi wajah pria sempurna itu terus bercokol dipelupuk matanya.

Airmata terus membasahi pipi mulus Hyebin, bersatu dengan rintik air hujan. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Joongki akan dengan mudahnya mengatakan hal itu padanya. Padahal selama ini hanya Joongki yang tinggal dalam hatinya, dan Hyebin menyebutnya cinta. Tetapi sayangnya Joongki memilih untuk meninggalkannya sendirian.

Apaitu cinta? Apa itu perpisahan? Kenapa semuanya hanya bisa menyakitinya saja?Pertanyaan-pertanyaan itu berseliweran di benak Hyebin. Semua hal itu membuatHyebin semakin trauma akan cinta dan sulit untuk membuka hatinya lagi.

HyeJoong StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang