Epilog

12 0 0
                                    

"Stop! Stop!" Hyebin melambai-lambaikan tangannya membuat tanda ke arah ruang pengaturan suara untuk menghentikan musik menghentak-hentak yang sedang menyala. Seketika itu juga musik menghentak tersebut berhenti. Dengan kepayahan Hyebin menaiki tangga menuju stage di mana ada seorang model cantik sedang berdiri.

"Bagian yang ini harusnya menempel seperti ini," Hyebin membetulkan letak scraft besar yang ada dibahu model tersebut dan dia meletakan sebuah pin kecil agar scraft itu tidak bergerak-gerak.

Setelah memastikan tidak ada yang salah dengan penampilan dari model tersebut, Hyebin mengayunkan tangannya, meminta agar musik tadi kembali diputar. Begitu musik terdengar, dengan kepayahan Hyebin segera berjalan menuju pinggir stage.

Begitu sudah berada di bawah, Hyebin mengusap pelan perutnya yang sedikit membuncit. Sudah memasuki tri semester kedua, dan seharusnya dia beristirahat, tetapi dia tidak bisa meninggalkan rehearsal terakhir untuk peragaan busananya yang terbaru ini.

Saat sedang memperhatikan para model yang melenggang di atas catwalk dengan anggunnya, Hyebin merasakan ponsel yang ada digenggamannya bergetar. Senyuman menghiasi wajah cantiknya saat melihat nomor rumahnya yang muncul di sana.

"Yeoboseyo," sapa Hyebin.

"Mommy~" suara cempreng yang sudah sangat Hyebin kenali menyeruak ke dalam indera pendengarannya. Song Ryu-Min. "Malam ini Mommy dan Daddy akan kembali, kan?" tanya Ryu-Min.

"Tentu saja, setelah acara peragaan busana berakhir, kami akan kembali ke Seoul," jawab Hyebin sambil berjalan masuk ke dalam ruang khusus untuknya, menjauh dari keramaian. "Min-a, anak Mommy tidak nakal, kan?"

"Tentu saja aku tidak nakal, tetapi tadi pagi Jin Oppa menghabiskan semua jatah coklatku," rajuk Ryu-Min yang membuat Hyebin tersenyum kecil. Kedua anaknya itu selalu saja bertengkar.

"Nanti Mommy akan membelikan coklat yang lebih banyak lagi," janji Hyebin.

"Really, Mommy?"

"Yes."

"Asa! Mommy memang ibu terkeren," seru Ryu-Min gembira. "Ya sudah kalau begitu, aku tutup teleponnya, bye Mommy, I love you," ujar Ryu-Min sebelum mengakhiri teleponnya.

"Love you too, Darl," balas Hyebin. Begitu selesai berbicara singkat dengan anaknya Hyebin kembali tersenyum.

Setelah tiga bulan Hyebin berhasil mengingat Joongki dan orang-orang yang pernah dikenalnya dulu, dia dan Joongki menikah. Dan saat ini mereka berdua sudah dikaruniai dua orang anak yang sangat tampan dan cantik. Anak pertama mereka bernama Song Ryu-Jin, atau yang biasa dipanggil dengan Jin adalah anak yang sangat cerdas seperti Joongki ayahnya, tetapi Jin itu nakalnya minta ampun. Entah sudah berapa kali Hyebin dan Joongki dipanggil oleh pihak sekolah karena Jin melakukan kesalahan. Tetapi, Hyebin dan Joongki tidak begitu mempermasalahkannya, namanya juga anak lelaki.

Kalau putri mereka yang kedua bernama Song Ryu-Min, atau yang biasa dipanggil Min adalah anak yang sangat cantik, tetapi bukan main manjanya. Karena sifatnya yang mudah menangis, dia sering sekali menjadi bahan bulan-bulanan Jin, dan kalau sudah seperti itu Min akan mengadu pada Hyebin atau Joongki.

Dan saat ini dia dan Joongki sedang menantikan kelahiran anak ketiga mereka yang sedang dikandung oleh Hyebin. Bayi yang diperkirakan berkelamin lelaki itu, membuat Ryu-Jin bersorak riang, berbeda dengan Ryu-Min yang sedikit kecewa. Dia berharap adiknya itu perempuan, jadi dia bisa mempunyai teman untuk bermain.

"Melamun apa sih? Kok, serius sekali?" sebuah pertanyaan disertai rengkuhan tangan kokoh di belakang tubuhnya membuat Hyebin tersadar. Tanpa menoleh Hyebin bisa mengetahui siapa yang memeluknya saat ini. Pria yang selalu menjadi pelindung dan begitu dia cintai. Song Joongki.

"Apakah rehearsal-nya berjalan lancar?" tanya Joongki sambil membalik tubuh Hyebin menjadi menghadap ke arahnya.

"Hm," jawab Hyebin.

Joongki menatap Hyebin intens, sedangkan tangannya mengusap perut istrinya. "I'm so grateful that I finally found you, Hyebin-a," ujarnya lembut.

Hyebin tersenyum. Dia mengalungkan tangannya ke leher Joongki. Dia benar-benar bahagia. Akhirnya setelah melewati jalanan yang cukup berliku, dia bisa juga memiliki Joongki sebagai pendamping hidupnya. Cinta Joongki kepada Hyebin begitu besar, sehingga dia selalu memerlukan tempat yang baru untuk menyimpan rasa cinta Joongki yang tak terkira. Hyebin meletakkan kepalanya di dada Joongki. Mendengarkan degup jantung Joongki adalah hal yang paling dia sukai.

"I love you, Hyebin-a," bisik Joongki. Kedua tangan Joongki merengkuh tubuh Hyebin. "I need you because I love you. I love you because you're my everything. I love you because it is you," Joongki mencium puncak kepala Hyebin.

Jantung Hyebin bergetar dengan sangat kuat. Dia mengangkat wajahnya dan menatap wajah Joongki yang begitu dia cintai. Dengan mata berkaca-kaca, Hyebin menyentuh wajah Joongki dengan lembut. "I love you too, Oppa."

Joongki mencium kening Hyebin, kemudian turun ke kedua matanya, hidungnya, dan berhenti di bibirnya. Joongki mengulum bibir Hyebin lembut dan mengusap lembut punggung istirnya. Tetapi, tiba-tiba saja terasa ada denyut menendang-nendang perut Joongki. Bayi mereka. Dia menjauhkan kepalanya dan menunduk di perut Hyebin. "Nakal, ya kamu!" ujarnya pura-pura marah, lalu mencium perut istrinya.

Melihat tingkah suaminya itu Hyebin hanya bisakembali tersenyum bahagia. Dia sangat berterima kasih kepada Tuhan, karenasudah menjadikan Joongki sebagai suaminya. Dan Hyebin percaya, kalau Tuhan akanselalu memberikan kebahagia kepada semua hamba-Nya, yang sudah berhasilmelewati cobaan berat. Dengan waktu dan cara yang berbeda-beda.


HyeJoong StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang