Joongki merasa kepalanya sangat berat. Sepertinya ada ribuan ton batu yang menimpa kepalanya. Ini semua pasti pengaruh alkohol yang semalam diminumnya, Joongki memang bukan peminum handal, tapi untuk mengusir kegundahan hatinya, semalam Joongki menghabiskan waktunya minum di lounge dan berakhir tidak sadarkan diri.
"Oh, ternyata kau sudah bangun," teguran dari seorang wanita membuat Joongki mengalihkan pandangannya dan mendapati Hwang Sera – istrinya, masuk ke dalam kamar dan saat ini sedang berjalan menuju jendela besar yang ada di dekat tempat tidur Joongki.
"Siapa yang membawaku pulang?" tanya Joongki sambil merubah posisinya jadi duduk menyandar ke sandaran tempat tidur.
"Aku rasa seorang supir bayaran," jawab Sera sambil masuk ke dalam kamar mandi yang ada di sudut kamar.
"Tidak usah menyiapkan air untukku mandi," seru Joongki cepat.
"Wae?" tanya Sera sambil sedikit menyembulkan kepalanya di balik pintu kamar mandi.
"Hari ini aku sedang malas ke kantor," jawab Jongki singkat. Sera lalu keluar dari kamar mandi Joongki dengan senyuman yang membuat Joongki malas. Wanita itu benar-benar membuat Joongki nyaris gila, walaupun Joongki selalu bersikap dingin padanya, wanita itu tetap tersenyum dan tidak pernah lelah berbuat baik padanya.
"Kalau begitu, hari ini kau bisa menemaniku ke rumah orangtuamu, karena semalam Eommonim menghubungiku, dan meminta kita untuk mengunjungi mereka," ujar Sera sambil berdiri tidak jauh dari tempat tidur Joongki.
Joongki mendengus kencang. Daripada dia menemani Sera ke rumah orangtuanya, lebih baik dia pergi bekerja saja. Tetapi, baru saja Joongki ingin menolak permintaan Sera tadi, ponselnya yang ada di atas nakas tempat tidur berbunyi. Dengan malas Joongki mengambil ponselnya dan melihat nama ayahnya muncul di sana.
"Ne, Abeoji," jawab Joongki lemas.
"Abeoji mau hari ini kau dan istrimu datang ke rumah, kita makan siang bersama, sudah lama kita tidak berkumpul bersama, apalagi sekarang ada Seungho, akan sangat menyenangkan kalau kau dan istrimu bisa bergabung juga," celoteh Song Seunghun – Ayahnya. Joongki kembali mendengus. Kalau sudah ayahnya yang meminta, dia tidak mungkin menolak.
"Ne, Abeoji. Nanti aku dan Sera akan datang, kalian tunggu saja," ujar Joongki yang membuat Sera kembali tersenyum.
"Jadi, kita akan datang ke rumah orangtuamu?" tanya Sera dengan wajah ceria saat Joongki telah selesai bicara dengan ayahnya.
"Hm," jawab Joongki singkat. Dia lalu beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi.
-oo0oo-
Seperti orang bodoh, Joongki hanya bisa menatap punggung yang ada di hadapannya saat ini. Walaupun hanya punggungnya saja yang terlihat, Joongki sudah tahu pasti siapa pemilik dari punggung itu. Jang Hyebin, wanita yang beberapa hari lalu tidak sengaja bertemu dengannya. Wanita yang telah membuatnya mabuk-mabukan semalam. Ingin sekali saat ini juga Joongki melarikan dirinya dari tempat ini, tetapi dia tidak bisa melakukannya.
"Hyung!" seruan dari Seungho adiknya, tak pelak membuat Hyebin menoleh ke belakang dan mendapati Joongki yang berdiri mematung di sana.
"Akhirnya kalian datang juga," ujar Seungho sambil menghampiri Joongki dan Sera. Joongki bisa melihat mata Hyebin sedikit membesar saat melihat tangan Sera yang terselip dengan manisnya di lengan Joongki.
-oo0oo-
Sepanjang acara makan siang, Joongki hampir tidak pernah membuka mulutnya untuk bicara. Dia merasa tenggorokannya tersumbat. Dari percakapan yang terjadi di meja makan Joongki bisa mendengar bahwa sekarang Hyebin bekerja menjadi designer di butik baru milik orangtuanya. Joongki benar-benar merindukan Hyebin, ingin rasanya dia meneriakkan itu, tapi keberadaan Seungho di sana membuat Joongki mengurungkan keinginannya.
-oo0oo-
Joongki mendapati Hyebin tengah berdiri seorang diri di dekat danau kecil yang ada di halaman rumahnya. Dengan ragu Joongki menghampiri Hyebin. Kesempatan langka ini tidak boleh disia-siakan. Mungkin saja, dia bisa mengobrol lebih banyak dengan Hyebin.
"Kenapa kau berada di sini?"
Pertanyaan dari Joongki membuat Hyebin yang sedang menatap danau tersentak dan menoleh ke arahnya.
"Mian telah mengejutkanmu," ujar Joongki sambil berdiri di sebelah Hyebin, dan kemudian keheningan menghiasi ruang di antara mereka berdua.
"Selamat untuk pernikahanmu," Hyebin memecahkan keheningan. Joongki menoleh dan mendapati Hyebin memaksakan mengulas senyuman di wajahnya.
"Hyebin-a," panggil Joongki dan Hyebin langsung menatap Joongki.
"Kau tidak bisa lagi melihatku, dan jangan pernah habiskan waktumu untuk mencintaiku, karena aku hanya bisa membuatmu sakit dan menangis," ujar Joongki pelan. "Anggap saja aku ini kenangan buruk bagimu, dan jangan pernah mengingat diriku lagi," berat bagi Joongki untuk mengucapkan kata-kata itu, terlebih saat melihat airmata yang menggenang dipelupuk mata Hyebin.
"God, please forgive me, lagi-lagi aku membuat bidadari ini menangis," gumam Joongki dalam hati.
Hyebin menghapus cepat airmata yang jatuh di pipinya. "Kau tenang saja Joongki-ssi, aku akan melakukan seperti yang kau minta, aku akan melupakanmu," ucapnya sambil memaksakan sebuah senyuman dan setelah itu dia berbalik meninggalkan Joongki sendirian di danau.
Joongki menatap punggung Hyebin yang menjauh. Dia tahu, apa yang baru dia lakukan pada Hyebin tadi memang sangat jahat, tapi hanya itu yang bisa dia lakukan untuk Hyebin. Dia tidak ingin wanita itu terus berharap padanya. Wanita itu berhak mendapatkan pria yang lebih baik dari dirinya. Joongki merasa dirinya pengecut. Andai saja saat itu dia mau mengatakan dia mencintai Hyebin, pasti semuanya tidak akan seperti ini.
"JangHyebin, just once, can we go back again?" tanpa sadarJoongki menyuarakan isi hatinya yang terdalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
HyeJoong Story
FanfictionJang Hyebin sudah jatuh hati pada sosok dingin Song Joongki sejak awal pertemuan mereka, tapi ada tembok besar yang menghalangi di antara mereka berdua, sanggupkah mereka melewati tembok besar tersebut? HyeJoong story berisi cerita-cerita pendek ya...