C h a p t e r 🌻 S e v e n t e e n

1K 114 7
                                    


Selamat Lebaran Semuanya!!

Have a joyful Eid Mubarak🥰

Happy Reading...

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari-hari Sohyun jalani seperti biasa berangkat kerja, menganalisis pasien-pasiennya, pergi keruang otopsi mencari kebenaran dibalik tubuh kaku tak berdaya. Tiga hari meninggalkan pekerjaannya membuat dia begitu merindukan tempat yang orang lain pikirkan menyeramkan ini.

Ini bukan meja hijau dimana terdakwa diadili, bukan pula jeruji besi yang akan mengurungmu untuk beberapa waktu kedepan. Ini hanya tempat dimana sebuah keadilan dikuak. Mereka yang sudah terbaring kaku tak akan bisa mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Siapa yang menyebabkan mereka seperti itu. Kenapa mereka bisa seperti itu dan banyak hal lainya. Orang-orang seperti dia hanya mencoba membuka sedikit kebenaran. Keadilan bukankah milik semua orang? Tidak terkecuali mereka yang telah kehilangan nyawanya. 

Tapi itulah alasan kenapa dia bekerja ditempat ini karena keadilan itu nyatanya tidak semua orang mendapatkannya. Seperti kakek dan ibunya. Miris memang disaat dia tahu siapa saja yang bersalah, dia bahkan belum bisa berbuat apapun hingga detik ini.

Sohyun membuka kedua pintu ganda ruang otopsi, bersamaan membuat Jimin yang ada disana memutar kepalanya. Dia menutup pintu itu kembali untuk selanjutnya bergabung dengan Jimin. Sohyun meraih masker hijau dan sarung tangan yang ada di troli kecil samping ranjang almunium.

“Dia cantik,” komentar Sohyun melihat wajah ‘pasiennya’. Sayangnya wajah itu sudah dipenuhi luka lebam, sudut bibir yang sobek, dan pelipis yang berdarah.

Dia mengambil berkas korban yang diletakan Jimin diatas tubuh wanita malang tersebut. “Kim Ah Jung. Keterangan : tewas dibunuh kekasihnya. Sebelum dibunuh diperkosa terlebih dahulu.” Sohyun bergidik, perbuatan yang paling biadab menurutnya adalah membunuh setelah memperkosa.

Dia menyingkap kain putih polos yang menutupi tubuh Ah Jung. Melihat dengan jelas luka memar dibagian paha dalam. Pria itu pasti melakukannya dengan kasar. “Pria memang selalu seenaknya,” gumamnya sembari menutup kain itu kembali dan menyingkirkan berkasnya.

Mata Jimin naik untuk memperhatikan Sohyun. “Tidak semua pria seperti itu.” dia tidak setuju dengan ucapan adiknya. Dia jenis makhluk yang Sohyun singgung, tapi dia bukan pria sebrengsek itu.

“Semua pria itu sama. Tidak ada yang beda,” bantah Sohyun dibalik maskernya. Dia tengah bersiap memasang sarung tangan mencari tahu penyebab kematian karena tidak ada luka fisik seperti tusukan atau yang lainnya.

“Bisa bantu aku?” dia kesulitan membalikan tubuh wanita itu karena menyamping dan Jimin membantunya dengan setengah hati. Ini sudah biasa terjadi saat mereka menangani pasien dengan kasus seperti ini —diperkosa lalu dibunuh— perdebatan antara semua pria sama dan tidak semua pria sama selalu terjadi tanpa akhir. Tentu saja tanpa akhir karena keduanya bersikeras pada argumen masing-masing.

 Wedding Contract [ R E M A K E]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang