__________
"Cerita dan luka yang telanjur ditorehkan, apa yang sebenarnya kamu inginkan?"
__________
🎧🎧🎧Tidak tahu harus apa, Keva berjalan tanpa arah. Tidak ada satu pun tempat yang menjadi tujuannya sekarang. Pikirannya kosong. Apa yang baru saja dilihatnya masih terus berputar dalam memori-menembus semua pertahanannya yang makin luruh ditelan kekecewaan hati.
Cewek beriris hazel itu lantas menggelengkan kepala, berusaha menolak kenyataan, mengelak semua pikiran negatif sekaligus menyerang segala rasa yang menghantui. Sebagai sahabat, tentu dia sangat percaya pada Ken. Keva tidak akan menyimpan dendam meski Ken sering menjahilinya dan berkelakuan seolah dia tidak ada. Namun, kalau sudah seperti ini realitasnya ..., apakah Keva mampu bertahan lebih lama?
Apa yang harus dia perbuat sekarang? Tetap percaya atau sebaliknya? Sejujurnya, cewek itu sama sekali tidak menyangka hal ini bisa terjadi. Meski kecil, luka yang dirasakan sebagai seorang sahabat tentu sangat menyakitkan.
Dengan gerakan pelan, Keva duduk di atas kursi koridor belakang. Meletakkan dua mangkok bakso yang sejak tadi dipegang lantas mengacuhkannya begitu saja. Cewek itu mendadak tidak nafsu makan, tenggorokannya seolah tidak ingin menelan apa pun lagi.
"Terus gunanya lo kasih gue ini apa?"
Keva memandangi enam buah bolpoin bertutup kepala kucing yang ada di telapak tangannya. Benda itu sengaja Keva bawa kemari karena dia masih bingung dengan apa tujuan Ken menghadiahinya ini. Dia berniat menanyakan perihal itu pada sahabatnya, tetapi ternyata Tuhan memberikan hal yang lain. Dia tidak bisa menangis karena dia tahu itu tidak ada gunanya. Dia hanya berusaha menguatkan hati, membangun kepercayaan lagi setelah rubuh berkali-kali.
Tidak mau tenggelam lebih dalam, Keva memutuskan untuk bangkit dan membawa dua mangkok itu kembali ke kantin. Langkahnya sangat pelan, dia sudah telanjur lemas dan malas berbuat apa-apa.
Namun, ketika dia sampai di depan kantin, ayunan kakinya mendadak berhenti. Dia melihat dua bakso yang sudah hampir dingin itu dengan tatapan menerawang, berharap menemukan solusi yang lebih baik daripada mengembalikannya secara percuma. Cewek bersurai cokelat itu pun mengalihkan pandangannya ke samping hingga akhirnya jatuh tepat ke arah kelas XI IPS 1.
"XI IPS 1?" Suara Keva lolos tanpa sadar. Mengulas senyum lebar, cewek itu langsung semringah saat sadar bahwa mungkin masih ada orang lain yang mau menerima 'kehadirannya'. Mungkin cowok di sana bisa membuatnya lupa akan kejadian tadi.
Dengan langkah lebar, Keva pun cepat-cepat berjalan ke kelas itu. Saat sudah tiba di sana, kepalanya dimunculkan lebih dulu ke pintu untuk melihat ke dalam. Di sana ada tiga orang, yaitu dua orang cewek dan satu cowok. Keva tidak bisa melihat secara jelas wajah dua cewek itu karena memang mereka duduk menghadap sisi lain, sehingga mata Keva pun hanya tertuju pada cowok yang sekarang tengah menulis sesuatu.
"Hai, Lex!" Keva menyapa disusul senyuman yang berhasil membuat Alex tersentak, sebelum akhirnya mendongak.
"Eh? Keva?" kaget Alex. "Tumbenan banget lo ke sini, ngapain?" Matanya yang biru kini mulai menerawang maksud kedatangan Keva yang tiba-tiba muncul. Namun, cewek di depannya itu ternyata hanya memasang ekspresi wajah biasa. Tampaknya dia berusaha menyembunyikan kesedihannya dari Alex.
"Nggak papa, sih. Gue mau kasij lo bakso ni, tapi dingin. Lo mau?" Cewek itu mengalihkan topik dengan menawari Alex bakso meskipun dia tidak yakin cowok itu mau menerimanya atau tidak.
"Wah, kebetulan banget gue belom makan. Sini-sini, gue mau!" Alex tersenyum lebar sebelum akhirnya segera menyambar makanan itu dari Keva. Kalau dilihat-lihat, sepertinya dia tidak seberapa mempermasalahkan kuah yang sudah dingin. Yang cowok itu mau hanyalah makan karena pagi tadi dia belum sarapan apa pun.
Keva duduk di depan Alex sambil menyingkirkan beberapa dokumen penting jauh dari mangkok. "Tugas apaan lagi ni? Banyak banget."
Alex yang baru saja menyuap sesendok kuah langsung menghentikan aktivitasnya. Dia beralih melihat dokumen yang sedang digenggam oleh Keva. "Itu hasil rapat kemarin. Taruh aja, males gue lihatnya."
Lah?
"Eh iya. Jawab pertanyaan gue yang tadi. Ada apa lo ke sini?" Lagi-lagi Alex menanyakan hal yang sama. Itu jelas membuat Keva sontak kikuk karena bingung harus menjawab apa. Cewek itu lantas meletakkan kertas tadi sebelum membiarkan otaknya berputar untuk mencari jawaban yang pas.
"Em .... Nggak ada apa-apa. Masa gue ke sini ga boleh, sih?" Entah karena apa, Keva mendadak jadi kesal sendiri sekarang. Ah, tetapi kalau dipikir-pikir, respons seperti itu pasti akan lebih baik jika dibandingkan dengan balasan yang lain.
"Ya nggak gitu juga, gue kan cuma nanya," dengkus Alex setengah bersungut. "Heran, ya, sama cewek-cewek zaman sekarang. Tanya sedikit, tersinggung. Didiemin dikit, dibilang cuek. Disalahin, malah marah-marah. Pantes populasi jomblo makin banyak."
"Kayak lo."
Refleks saja Alex menatap Keva datar. "Wtf ...."
"Bener, kan, kalo lo jomblo?" tanya Keva yang sengaja memancing emosi Alex. "Lo-nya sih punya mulut asal nyeplos, jadi gitu kan akhirnya. Kacian."
Setelah mengatakan itu, Keva terbahak keras melihat perubahan raut wajah Alex yang makin datar saja.
"Lo juga berarti?" Alex tiba-tiba membalikkan pertanyaan disusul senyum miring yang khas, sukses membuat Keva langsung kicep.
"E-enggak juga, sih," balas Keva cepat sambil memutar bola mata. Tampaknya dia berusaha mencari kata-kata lain agar tidak malu sendiri. "Gue udah punya pacar, kok."
"Siapa? Mana? Cuma ngibul, kan, lo?"
"Mana ada gue ngibul," sembur Keva lantas segera membuka lockscreen hp-nya. Dia lantas mendekatkan layar ponselnya pada Alex. "Ni, cowok gue. V di Korea. Ganteng, kan?"
Ekspresi Alex kembali berubah datar saat tahu bahwa 'cowok' yang membuatnya mendadak penasaran ternyata bukan seperti yang dia kira.
"Nampol orang boleh nggak, sih?" tanya cowok itu setelah melayangkan tatapan horor pada Keva.
🎧🎧🎧
I'm comeback~
Maap-maap aja ni ya, Lex, lo jadi tempat singgahannya si Kepa.
Btw, maapkeun baru update :') dan seperti biasa ... makasih yang udah stay terus di cerita ini~
Jangan lupa vote, comment, dan share~
❤❤❤ buat kalian!😭
Tertanda,
Rhea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can Try
Novela JuvenilKita belajar banyak mengenai luka. Menapaki satu-persatu titik sakit yang tidak terdefinisi. Kita belajar banyak mengenai rasa. Melewati satu-persatu takdir yang tidak terkira oleh memori. Kamu baik, tapi aku tidak. Kamu bahagia, tapi aku tersiksa...