CAN TRY
Sebuah bola melesat melampaui titik-titik ancaman, menggelinding halus namun cepat menuju gawang. Cowok dengan rambut blonde yang baru saja mengumpan, kini berlari menuju pertahanan lawan yang mulai lengah.
Ketika sampai pada titik yang diinginkan, cowok itu menendang kembali bola itu. Hingga menyentuh permukaan jaring gawang dengan sempurna.
Bola emas mulai memberikan panas pada bumi. Tak ingin berlama-lama, akhirnya tim persebelasan SMA Angkasa memutuskan untuk menyelesaikan latihan mereka. Sudah cukup sampai disini.
"Ppffft... Parah ni, orang pada latihan kaga ada yang beli minum." Satu cowok dengan kulit pualam membanting tubuhnya di atas sebuah kursi, menatap satu meja kecil yang sama sekali tidak menyediakan botol apapun.
"Suruh cewek lo beli apa susahnya?" tanya seseorang yang baru saja duduk di sebelahnya.
Cowok dengan rambut pirang dan beriris hijau terang itu menyahut tasnya, mengeluarkan satu botol air mineral penuh, lalu meneguknya habis sekali minum.
Cowok berkulit pualam tadi hanya bisa melotot sambil meneguk salivanya sendiri.
"Lah, gue nggak dikasih, brader?" tanya cowok itu, tapi hanya disambut oleh lawan bicaranya dengan lirikan datar.
"Nggak modal, najis. Pantes masih jomblo, doi juga nggak peka-peka, miris banget ya idup lo." Alex, cowok pirang yang juga menjabat sebagai Ketua OSIS itu memalingkan wajahnya muak.
Ngomongnya yang nggak pakai direm adalah salah satu hal yang membuat orang lain kesal setengah mati kalau sudah berhadapan dengannya.
"Tadi lo ngomong, suruh cewek lo beli apa susahnya? Sekarang lo bilang gue jomblo, mau lo apa ya?"
Dhino, cowok cute yang terkenal sebagai salah seorang keturunan oppa-oppa, memasang wajah dramatis. Bibirnya yang melengkung keatas semakin membuat Alex kesal saat melihatnya.
Salah gue punya temen kayak lo itu apa, sih? -Alex
Yah lu anjir yang bikin gue kesel... Hih! -Dhino
Setelah selesai aduh tatap dengan Alex, Dhino memutuskan untuk bangkit dan mencari sumber air minum.
Tidak ada gunanya berdebat dengan cowok pirang itu, jikalau pada akhirnya dia sendiri yang harus menerima kekalahan.
Cowok pualam dengan jersey biru itu baru ingin berdiri, namun tiba-tiba saja tubuhnya kembali terduduk di atas kursi.
Dhino menatap horor orang yang baru saja menabraknya, namun tak pelak ia tersenyum.
"Matanya ditaroh mana, ya? Jelas-jelas ada gue disini, main tabrak aja," katanya sambil berusaha bangkit lagi.
Sementara cowok yang tadi menyenggolnya, berpura-pura tidak mengetahui keberadaan makhluk yang baru saja bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can Try
Teen FictionKita belajar banyak mengenai luka. Menapaki satu-persatu titik sakit yang tidak terdefinisi. Kita belajar banyak mengenai rasa. Melewati satu-persatu takdir yang tidak terkira oleh memori. Kamu baik, tapi aku tidak. Kamu bahagia, tapi aku tersiksa...