Jaga pencitraan di depan orang? Nggak apa-apa.
Muka dua? Jangan.
🎧🎧🎧
Menuruti kemauan Keano adalah salah satu kesalahan besar bagi Keva.
Sudah hampir dua puluh menit, dia dan cowok itu mengelilingi jalan raya tanpa letih. Melewati toko-toko yang berjajar di sepanjang jalan, hingga memutari perempatan yang terhitung hampir sepuluh putaran.
Cowok ini memang nggak tahu malu bener, ya! Untung nggak ada razia hari ini.
Kalo sampe ada, BAH sampe rumah gue pastiin rambut lo botak!
"Ken, sumpah lo! Kita mau kemana? Keburu masuk angin ni, gila!" Keva menepuk helm Ken keras, membuat cowok itu sontak meringis.
Tak perduli dengan orang sekitar, cewek itu tetap memukul-mukul punggung Ken kasaran.
Saat ini mereka sudah tidak lagi memakai mobil, melainkan menaiki motor yang terkenal di dunia pernovelan. You know lah...
"Masuk angin? Tinggal kempesin aja susah."
Mendengar perkataan itu, wajah Keva sontak berubah datar. Bola matanya memutar, setengah kesal dengan jawaban Ken barusan.
"Tadi gue kan ngajak lo jalan, makanya kita puter-puter aja." Suara Ken terbawa bersama angin, tapi tetap saja Keva dengan jelas mendengarnya.
"Ini nggak jalan, ish! Lebih tepatnya lo ngajak gue mati pelan-pelan!"
Suara Keva sengaja dikeraskan, ia memeluk tas hitam di depannya untuk meredam sedikit kekesalannya pada Ken.
Terdengar cowok itu tengah terbahak, membuat Keva sontak kembali menajamkan pendengaran.
"Nah tu, tahu. Makasih ya udah temenin."
What? Lo itu sahabat beneran atau sahabat laknat, sih? Frustasi gue!
Keva mendadak menepuk pahanya sendiri, kemudian menjerit lantang saat motor Ken melewati kantor polisi.
"AAAA! TURUNIN GUE, KENONG! Gue pusing ni, lo nggak kasihan?"
Sontak Ken terbelalak ketika matanya tak sengaja menangkap sosok yang berlalu.
Berasa penculik kan, ya? Ah bodo amat. I don't care. Ciuh..
"Kamu nggak kasihan kalo aku laper? Dari tadi pagi lho, aku belum makan.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Can Try
Teen FictionKita belajar banyak mengenai luka. Menapaki satu-persatu titik sakit yang tidak terdefinisi. Kita belajar banyak mengenai rasa. Melewati satu-persatu takdir yang tidak terkira oleh memori. Kamu baik, tapi aku tidak. Kamu bahagia, tapi aku tersiksa...