Carousel

780 56 0
                                    

Historia makin bergetar di tempat.

Mikasa pun hanya diam tak bersuara.

Eren memandang jijik ke arah historia.

"Berapa kali harus kukatakan padamu? Hubungan kita tak lebih dari sekedar mencari sensasi untuk kesuksesan ayahku dan dukungan masyarakat agar kau menjadi ratu! Tidak lebih dari itu! Aku sama sekali tak memiliki perasaan padamu, cari saja pangeran lain yang bisa kau ajak bermain itu" bentak eren.

"Dan apa yang dikatakan mikasa itu benar, aku menidurinya semalam dan kau? Haha aku bahkan tak pernah membayangkan seperti apa rasanya menidurimu!" Ejek eren.

Historia membelalakan matanya tak percaya.

Diapun menunduk malu atas apa yang telah eren ejek padanya.

Mikasa yang mendengar itu sangat malu, dia menenggelamkan mukanya sedikit ke dalam syal merah pemberian eren.

Eren menjauhi historia dan memegang tangan mikasa lalu menarik mikasa keluar dari rumah sakit.

Kau akan tau akibatnya menentang ratumu, eren!
Batin historia.

"Eh, eren, aku belum berpamitan pada jean" kata mikasa.

"Aku sudah ijin pergi, lagipula ayahnya butuh banyak istirahat, kau bisa sering mengunjunginya bersamaku" jelas eren.

Mereka menuju parkiran mobil.

Saat di dalam mobil suasana menjadi canggung.

"Maaf" kata mikasa memulai.

"Untuk apa?" Tanya eren.

"Berkata bahwa semalam kita tidur bersama, padahal t-tidak seperti itu, a-aku hanya mencoba menggertaknya sedikit" jelas mikasa pelan.

"Apa kau yakin semalam dalam mabukku, aku tak melakukan hal yang aneh-aneh padamu?" Tanya eren lagi.

"Sebenarnya.... Sedikit.... Kau m-memelukku" kata mikasa malu.

Eren menepikan mobilnya.

Eren menghadap mikasa, mendekatkan wajahnya ke wajah mikasa.

"Apa kau menyukainya?" Tanya eren.

"M-menyukai apa?" Tanya mikasa balik.

"Pelukanku? Kau menikmatinya?" Eren mulai serius.

Mikasa makin salah tingkah.

"A-apa yang kau katakan eren.. t-tentu saja a-aku tidak menyukainya.. a-aku bahkan mencoba lepas darimu" mikasa mulai terbata.

"Bagaimana kalau kau tak bisa lepas dariku?" Seringai eren.

"Eh.. ano.. itu.. ah.. k-kau m-mau makan siang eren? A-aku tau t-tempat makan yang e-enak" jawab mikasa asal.

"Makan siangku sudah ada di depanku" seringai eren.

Eren mulai mendekatkan wajahnya.

Mikasa makin tak karuan.

Tangan eren menuju tengkuk leher mikasa, mendekatkan wajah gadis itu ke arahnya.

Eren mencium bibir mikasa.

Awalnya ciumannya pelan.

Lama-lama berubah menuntut dan kasar.

Mikasa tak bisa berpikir jernih lagi.

Dia tidak tau apa yang harus dia lakukan.

Ciuman eren makin dalam, mikasapun akhirnya pasrah.

Akhirnya eren melepas ciumannya.

My boyfriend is a PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang