Aware

283 31 1
                                    

Di sebuah tempat yang sangat gelap dan dingin.

Eren merasakan tubuhnya hanya terbaring disana tanpa ada seseorang pun menemaninya.

Samar-samar dia mendengar suara mikasa, terasa jauh namun seperti dekat dengannya.

"Sebenarnya dimana aku? Sudah berapa lama aku disini?" gumam Eren.

Dia tak mengingat apapun kejadian sebelumnya.

Yang dia ingat adalah dia ingin menemui mikasa-nya namun dia tiba-tiba ada di tempat gelap ini.

Dia tak bisa mengingat dengan jelas kapan dia dibawa kesini dan bersama siapa.

Dia merasakan tubuhnya mati rasa.

Bahkan sekedar mengangkat tangan atau kakinya saja dia tak mampu.

Yang dia tau sekarang dia hanya berbaring saja.

Mungkin seperti itu posisinya.

"Dimana mikasa? aku merindukannya, kenapa dia tak ada di sisiku? padahal dia tidak pernah meninggalkanku sendirian, tapi sebetulnya ada apa dengan tubuhku? tubuhku.. tak bisa bergerak sama sekali.. kenapa aku mati rasa begini?" gumam eren heran.

"Ah.. sudahlah aku lelah sekali.. aku.. akan tidur lagi.. besok aku akan mencari mikasa di tempat gelap ini" pikirnya dalam hati, lalu eren merasa matanya terpejam dengan sangat erat.

Dia tidak tahu mengapa badannya sangat kaku namun sangat lemah.

Kadang dia merasa lelah padahal tak melakukan sesuatu yang berarti.

Yang dia rasa hanyalah terbaring namun tubuhnya bisa se-lelah ini.

Padahal dengan kekuatannya yang asli, dia bisa bertarung dengan jean selama seharian penuh.

Mengingat jean, dia takut mikasa akan didekati oleh si muka kuda itu.

Rasanya dia tak rela walau jean hanya menyentuh mikasa seujung jari saja.

Namun sekarang tubuhnya lelah, mungkin besok dia akan menghajar jean karna rasa kesalnya yang tak berkesudahan.

***

Di kenyataan.

Sudah satu minggu eren belum juga membuka matanya.

Belum ada tanda-tanda kehidupan yang pasti dari eren.

Namun tidak ada juga tanda-tanda kematian darinya.

Dia hanya tertidur dengan semua peralatan rumah sakit menempel pada tubuhnya.

Suara alat denyut jantung masih menunjukan aktivitasnya seperti biasa.

Masih berdetak.

 Terlihat di kamar rumah sakit itu hanya eren yang menempati salah satu kamar VIP dimana hanya ada satu ranjang untuk eren, ranjang kecil untuk keluarga yang berjaga, sofa panjang, dan beberapa meja dan kursi biasa.

Disana ada zeke yang sedang berkutik dengan laptopnya dengan serius.

nampak di lantai ada falco yang sedang bermain mobil-mobilan dengan serunya.

Zeke menjaga eren selama tidak ada urusan di kantor, dia juga mengajak pieck dan anaknya untuk menemaninya menjaga eren.

Mereka tidak mau carla yang menjaga karena takut dia kelelahan, lagipula carla sekarang agak kurus karena terlalu memikirkan eren yang tidak bangun-bangun.

Tak lama kemudian, pintu kamar diketuk dari luar yang menyebabkan zeke dan falco menoleh.

"Permisi.." sapa lembut wanita yang ada di depan pintu.

My boyfriend is a PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang