"Tidak besok saja, Sir?"tanya Asya yang masih berbaring di ranjangnya.
"Tidak. Sekarang kita harus ke Diagon Alley untuk membeli bahan ramuan."ucap Snape yang masih berusaha membangunkan Asya.
"Aku masih lelah, Sir. Besok saja ya."
"Mau ku adukan ke John?"ancam Snape. Sontak Asya mendengar hal itu langsung terbangun sedikit melompat dan menatap tajam Snape.
"Dasar pengadu."
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Asya dan Snape sarapan tanpa Draco karena ia harus pulang. Asya bergegas menuju kamarnya untuk mengambil totebag-nya dengan beberapa galleon.
Snape menggengam tangan Asya untuk ber-apparate. Asya yang masih kesal dengan Snape hanya diam dengan bibir sedikit cemberut. Hal itu membuat Snape tak tahan untuk tidak mencubit pipi Asya.
Alhasil bukannya membuat Asya senang malah ia semakin cemberut dan mencubit hidung Snape karena saking geramnya. Kini giliran dua duanya kesal dan hanya diam saling menatap tajam. Karena tak ingin lama-lama, Snape menggandeng kembali tangan Asya dan membawanya ber-apparate.
Snape mengecek tubuh Asya membolak balikkan tubuhnya. Ia menghela nafas lega karena tubuh Asya masih utuh.
Keduanya nampak berjalan santai tanpa ada yang membuka suara. Orang-orang menatap mereka heran, pasalnya Snape selalu membawa seorang gadis dan gadis itu selalu Asya. Mereka berfikir ada hubungan apa mereka sebenarnya. Seluruh pertanyaan demi pertanyaan menumpuk di kepalanya.
Snape mengajak Asya menuju toko ramuan langganan Snape dan disambut hangat oleh penjaga toko.
"Berapa banyak, Sir?"tanya si penjaga toko ramah kepada mereka.
"Seperti biasa, lengkap."ucap Snape. Si penjaga toko bergegas menyiapkan pesanan Snape. Asya memperhatikan sekelilingnya, nampak berbeda dari terakhir kali ia ke sini. Cat-cat dinding yang semula luntur, kini nampak lebih hidup dengan paduan warna yang sangat pas. Belum lagi dengan rak-rak yang nampaknya di cat ulang dengan bahan-bahan ramuan yang tersusun rapi di dalamnya.
"12 galleons, Sir."ucap penjaga toko yang telah mentotal belanjaan Snape.
"13 galleons, sisanya ambil saja."ucap Snape lalu mengajak Asya keluar. Namun Asya tak mendengarnya, ia masih fokus terhadap bahan ramuan yang Asya tidak ketahui.
"Hey!" Snape menepuk pundak Asya. Sontak membuat Asya terkejut dan refleks meninju perut Snape.
"Untung aku tak punya penyakit jantung." ucap Asya dengan tangannya masih mengelus-elus dadanya.
"Mau pulang apa tidak?"tanya Snape.
"Ya sudah ayok."
Mereka berdua keluar dari toko. Lagi dan lagi mereka jadi sorotan banyak mata di luar sana. Snape yang jenuh di tatap seperti itu langsung menggenggam tangan Asya dan membawanya ke sebuah tempat makan di Diagon Alley."Orang-orang itu apa tidak punya kesibukan lain selain menggosip."ucap Snape.
"Mereka heran mungkin karena setiap ke sini kau selalu mengajakku."ucap Asya santai.
"Mungkin."ucap Snape.
Seorang orang pelayan menghampiri Snape dan Asya, "Mau pesan apa tuan?"
"Butterbear 2." Si pelayan mencatat lalu akhirnya pergi. Sembari menunggu pesanan datang, Asya dan Snape sama-sama diam tanpa ada yang membuka suara.
"Asya—Sir."
Ucap mereka bersamaan."Kau duluan."ucap Asya.
Snape menggelengkan kepalanya, "Ladies first."
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine (A Severus Snape)
Teen FictionNatasya Claudia Heavenly. Gadis yang berasal dari asrama Slytherin yang ikut berpetualang dengan The Trio Golden. Seorang gadis yang mampu memikat hati seorang pria dingin bernama Severus Snape. Akankah takdir mempersatukan mereka? Yuk baca ceritan...