7

749 84 24
                                    

Hari demi hari berlalu, kabar tentang Sirius Black yang menyelundup masuk ke kastil Hogwarts, dan kabar tentang Hippogriff yang djatuhi hukuman mati terdengar ditelinga Asya. Kemudian ia langsung menemui The Trio Golden.

"Harry, Ron, Hermione" panggil Asya.

"Hey Asya, baru saja kami ingin menemuimu, kabar akhir-akhir ini sungguh meresahkan."keluh Hermione.

"Yeah.. Lalu apa yang akan kita lakukan?"tanya Asya.

"Kita harus menyelamatkan Buckbeak, ia tak bersalah." ucap Harry.

"Yeah, itu sifat alaminya, walaupun ia melukaiku tapi aku tak menyalahkannya, aku akan coba bicara dengan paman Lucius agar ia mencabut tuntutannya. Kasian Hagrid." ucap Asya.

"Semoga itu berhasil." ucap Ron dengan penuh harap.

"Tapi kalau aku tidak berhasil, maafkan aku ya, aku tak bisa apa-apa." ucap Asya. Ketiganya hanya mengangguk paham.

Pada malam hari setelah makan malam, Asya langsung kembali ke asramanya. Ia hanya tinggal di rumah Severus pada hari senin-jumat. Kemudian ia mengambil perkamen dan segera menulis surat untuk Lucius.

To Uncle Lucius

Uncle, kumohon kepadamu agar mencabut tuntutan Buckbeak, ia tak bersalah. Itu sifat alaminya, salah sendiri Draco yang mengejeknya, walaupun luka Draco tak separah denganku, tapi aku mohon cabut tuntutannya. Kirim balasan surat ini secepatnya.

Aku menyayangimu paman.

Natasya C. H

Ia segera menggulung perkamen tersebut dan mengaitkan pada kaki burung hantu miliknya bernama High. Burung itu melesat pergi menembus angin malam.

Tak lama kemudian burung hantu itu kembali membawa sepucuk surat. Asya langsung mengambilnya dari kaki burung hantu itu.

To Asya

Uncle tidak bisa mencabut tuntutannya nak. Ia telah melukai Draco dan kau, aku tidak rela ada yang menyakiti kalian. Uncle sangat menyayangi kalian. Uncle minta maaf.

Lucius Malfoy

Asya nampak murung dan sekaligus kecewa setelah membaca surat dari Lucius.

"Apa yang harus aku lakukan? Meminta bantuan Dad untuk bujuk Uncle? Apa salahnya nyoba, siapa tau berhasil." ucap Asya kembali menulis surat untuk ayahnya.

To Daddy

Dad, bagaimana kabarmu dan juga mommy? Ku harap kalian baik-baik aja ya. Asya minta tolong sama Dad, bicaralah kepada uncle Lucius. Uncle menuntut Hippogriff dan dijatuhi hukuman mati. Ia tak bersalah, itu sifat alaminya, walaupun ia melukaiku dan juga Draco tapi aku tak mau ia dijatuhi hukuman mati. Dad kumohon kepadamu, kasian Hagrid. Ku tunggu balasan darimu Dad. Dengan penuh harap.

Natasya C. H

Ia menggulung perkamen tersebut dan mengaitkan pada pergelangan kaki High.

"Antarkan kepada Dad." ucap Asya sembari mengelus-elusnya dan High melesat pergi.

Tak butuh waktu lama, akhirnya High kembali membawa surat dari ayahnya.

To Asya

Kabar Dad and Mom baik-baik saja nak.
Daddy akan bicarakan kepada uncle mu. Tapi Dad tak bisa janji ya, maafkan Daddy. Daddy sangat menyayangimu. Dad besok akan ke Hogwarts untuk menemuimu.

John C. H.

Akhirnya Asya bernapas lega setelah membaca surat dari ayahnya. Setidaknya itu memberi kelegaan kepadanya bahwa ayahnya akan membantunya.

**************

Keesokan harinya di mana tepat hari ini, Buckbeak dijatuhi hukuman mati. Asya masih berada di kamarnya, ia baru saja menyelesaikan ritual mandinya. Sebentar lagi akan menjelang sarapan.
Kemudian ia dan Pansy segera menuju Aula untuk sarapan. Ketika ia berjalan menyusuri koridor, ia menemukan Draco yang berjalan tepat di depannya. Lebih tepatnya membelakanginya.
Ia segera mencepatkan langkah kakinya untuk mengejar Draco.

"Draco, aku ingin bicara kepadamu." ucap Asya.

"Apa yang ingin kau bicarakan, my cousin?" tanya Draco.

"Kau yang menyuruh paman untuk menuntut Buckbeak kan?" tanya Asya dengan nada marah.

"Yeah, aku memberitahu ayah. Memangnya kenapa? Bukankah itu hukuman yang pantas untuk si makhluk jelek itu?" ucap Draco dengan menyeringai puas.

"Ya itu semua gara-gara kau, kalau kau tak mengejeknya, ia tak akan melukaimu. Dan aku minta sekarang kau katakan pada paman untuk mencabut tuntutan itu."

Draco mendekatkan wajahnya dengan Asya. Jarak mereka hanya satu senti. Asya bisa merasakan hembusan napas Draco.

"Kalau aku tak mau gimana?"ucap Draco. "Aku melakukan semua ini demi kau dan aku. Aku tak mau ada orang yang...berani menyakiti sepupuku, walau hanya goresan sedikit. Aku tak akan membiarkannya hidup." ucap Draco dengan seringai puas terpampang dibibirnya dan segera ia menjauhkan wajahnya lalu meninggalkan Asya yang masih mencerna perkataan sepupunya itu. Sepupu yang paling ia benci ternyata sangat menyayanginya.

Ia langsung tersadar lalu pergi menuju Aula karena pasti acara sarapannya sudah dimulai. Pansy mengikutinya dari belakang.

Brak

Pintu Aula terbuka dan ratusan pasang mata menatap Asya dan juga Pansy, tak terkecuali Snape yang juga memandanginya. Namun Asya menghiraukan tatapan itu dan langsung menuju meja Slytherin. Ia langsung memakan hidangannya dengan tenang. Tanpa Asya sadari Snape hanya memperhatikannya dari meja guru. Ada sesuatu dengan gadis itu.

Setelah acara sarapan telah usai. Asya keluar dari Aula, namun langkahnya terhenti ketika seorang anak Ravenclaw berjalan ke arahnya.

"Asya, kau dipanggil oleh kepala sekolah untuk ke ruangannya sekarang." ucap anak itu.

"Oh, oke terimakasih." ucap Asya lalu meninggalkan anak tersebut dan langsung menuju ruangan kepala sekolah.

Sesampainya di depan tangga spiral lalu mengucapkan kata kuncinya.

"Permen jeruk." ucap Asya lalu naik ke tangga itu dan ia tiba di depan pintu ruangan kepala sekolah. Ia mengetuk pintu tersebut. Tak lama pintu terbuka oleh seseorang laki-laki berambut hitam yang menatapnya lalu tersenyum manis.







Bonus foto abah alan ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus foto abah alan ya.😍

Btw ini lagi bikinin minum buat author ya 😚🤣

Gantengnya aduh, ga nahan banget 😍😭

Be Mine (A Severus Snape)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang