21

928 64 151
                                    

Tengah malam, Asya terbangun karena Evelyn terus merengek. Asya membuatkan susu namun tangisannya tak kunjung mereda hingga membuat Snape terbangun. Dia mendekati Asya yang sedang berusaha menenangkan Evelyn.

"Kenapa Lyn terus menangis, Sya?" Tanya Snape.

"Entahlah. " Snape mengambil alih bayi itu dan mencoba menenangkannya. Bersenandung sembari menepuk-nepuk paha Evelyn agar dia merasa nyaman. Evelyn berhenti menangis dan terlelap dalam gendongan Snape. Asya menghela nafasnya lega karena akhirnya dia berhenti menangis.

"Kau cocok jadi bapak, Sev. Menikah sana! " Ucap Asya, dia kembali merebahkan dirinya di kasur.

"Denganmu. Ayo! "

"Hussstt! Nanti dia terbangun. Pelankan suaramu. " Ucap Asya memperingati Snape.

"Ayo menikah, Asya. Lalu membuat dedek bayi sendiri. " Ucapannya terdengar seperti bisikan.

"Ha apa tidak kedengaran! "

"Tadi katanya suruh pelan-pelan. " Ucap Snape sembari meletakkan Evelyn kedalam box bayi.

"Ya gak gitu juga konsepnya, Severus. " Snape ikut merebahkan dirinya di samping Asya dan memeluknya dari samping.

"Menikahlah denganku lalu kita membuat dedek bayi sendiri. " Snape mengecup pipi Asya.

"Astaga aku masih 14 tahun Snape. Ingat itu. " Asya mendorong dada bidang Snape agar menjauh darinya dan berbalik memunggungi Snape. Menarik selimut agar menutupi seluruh tubuhnya.

"Aku akan menunggumu sampai kau lulus sekolah dan kau sudah benar-benar siap. "

"Apa perkataanmu itu bisa dipercaya, Sev?" Ucap Asya tanpa membalikkan posisinya. Snape geram dan langsung membalikkan Asya agar ia menghadap ke arahnya.

"Kau meragukanku eh?"

"Maksudku—apakah kau benar-benar sanggup menungguku selama itu? Jika nanti kau menemukan wanita lain dan menikah dengannya bagaimana? Secara kan usia kita terpaut cukup jauh, Sev. Aku takut kau akan malu jika berpacaran denganku. "

"Tidak ada yang malu. Aku mencintaimu dengan tulus. Usia tak menghalangi seseorang untuk saling memadu kasih. " Ucap Snape dengan sungguh-sungguh. Asya mengangguk dan membenamkan wajahnya di dada bidang Snape.

"Jangan tinggalkan aku. " Ucap Asya.

Snape mengecup pucuk kepala Asya, "Never. "

*-*-*-*-*

B r a k

"Astaga anak gadis, anak bujang! Jam 7 belum bangun. " Teriak Claudia dari ambang pintu. Menyibakkan gorden membuat cahaya matahari menyorot wajah Snape maupun Asya.

"Mommy! Kapan datang?" Ucap Asya, meregangkan tubuhnya lalu dudukdi pinggiran kasur.

"Jadi selama kami pergi kalian sering tidur bersama?! Astaga Natasya. "

"Mom pelankan suaramu nanti Lyn terbangun. " Ucap Asya memelankan suaranya.

"Siapa Lyn?" Asya menunjuk bayi yang ada di box tak jauh dari ranjangnya.

"Astaga! Dan kalian juga sudah membuat bayi?" Claudia mendekati bayi yang berada di dalam box yang masih terlelap.

"Tidak, Mom! Nanti Asya jelaskan. Sebaiknya kami bersiap-siap mandi dulu. Mommy tunggu di meja makan. " Titah Asya lalu mendorong tubuh ibunya agar keluar dari kamarnya.

"Ceritakan semuanya kepada Mommy dan Daddy! Awas saja kalau sampai berbohong. Kami akan langsung coret kau dari daftar keluarga!. "

"Iya bawel amat sih. " Asya menutup pintu tersebut dan mengusap wajahnya. Snape mendekati Asya dan memeluknya dari belakang sembari mengecup lehernya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be Mine (A Severus Snape)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang