Napas Sasuke terengah-engah. Tiba-tiba saja ia berada di posisi berdiri dengan tangan yang sedang memegang tas kerjanya.
"Apa... apa yang terjadi padaku?" Tanya Sasuke bingung dengan napas yang masih terengah-engah. Kepalanya mendongak menatap sinar matahari yang terik khas musim panas, lalu matanya menoleh kesana kemari melihat jalanan yang padat dan ramai orang berlalu lalang menyebrangi jalan.
Matanya tiba-tiba menangkap sebuah layar iklan lebar yang sedang mempromosikan produk mie cup instan.
"Itu..." gumam Sasuke mengingat iklan itu. Itu adalah iklan keluaran produk terbaru dari perusahaannya. Ia sedikit tersentak mengingat bahwa iklan ini dikeluarkan dan ditampilkan di layar itu lima tahun yang lalu.
Air ini dapat membawamu kembali ke masa disaat kau pertama kali bertemu dengan gadis itu...
Sasuke kembali tersentak. Apakah ia benar-benar kembali ke masa lalunya? Kalau benar, berarti ia akan bertemu dengan Hinata saat ini juga.
Sasuke terdiam membeku.
"Minggir!" Teriak seorang lelaki yang sedang terburu-buru mengendarai sepedanya.
Sasuke terbelalak. "Sepeda ini?! Berarti-"
Tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang yang ada dibelakangnya. Seketika Sasuke kehilangan keseimbangannya hingga membuatnya jatuh terduduk sambil menggenggam erat tangan orang yang menariknya tadi.
"Anda tidak apa-apa?"
Jantung Sasuke langsung berdegup kencang tak karuan. Rasanya ia seperti terkena serangan jantung. Kepalanya perlahan-lahan mendongak untuk melihat orang yang menolongnya. Mata bulan itu menatap hangat mata kelamnya dan hal itu membuat Sasuke seakan kehilangan kesadarannya. Kejadian ini persis terjadi saat ia bertemu dengan Hinata pertama kalinya lima tahun yang lalu.
"Anda baik-baik saja?" Suara lembut itu kembali membelai telinga Sasuke.
"Hinata..." hanya kata itu yang keluar dari bibir Sasuke.
Hinata mengerutkan keningnya. Suara Sasuke begitu pelan dan lemah sehingga terdengar kurang jelas. Tiba-tiba ia merasa iba dengan pria ini karena kondisinya seperti orang shock yang geger otak.
"Mau saya antar ke rumah sakit terdekat? Saya kebetulan akan kesana."
Sasuke terdiam sejenak, lalu menggeleng kepalanya dengan keras untuk mengembalikan kesadarannya dengan penuh.
"Aku..." Sasuke berdehem untuk menjernihkan tenggorokannya. "Aku baik-baik saja. Terima kasih."
"Syukurlah." Hinata membantu Sasuke untuk berdiri, lalu tersenyum. "Kalau begitu saya duluan."
Sasuke terdiam kaku. Melihat senyum Hinata ia rasanya merasakan dua kali jatuh cinta. Setelah menyadari Hinata telah menghilang dari hadapannya, tiba-tiba ia tersadar.
"Kenapa aku tidak mengikutinya?" Kata Sasuke kesal. Ia ingat sekali ketika bertemu dengan Hinata untuk pertama kalinya, ia kesulitan untuk bertemu dengan Hinata lagi.
"Aku harus mencarinya." Kata Sasuke sambil berlari ke arah Hinata berjalan. Dering hp Sasuke tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dengan cepat ia menangkatnya.
"Kau dimana?"
Sasuke mengerutkan keningnya, lalu melihat nama yang menelponnya. Ternyata si sekretarisnya, Sai.
"Aku di..." Sasuke terdiam sejenak, lalu melihat tangga stasiun bawah tanah di depannya. "Dekat stasiun."
"Jadi, mobilmu belum selesai diperbaiki? Kenapa kau tidak menyuruhku menjemputmu? Kau sudah sangat terlambat sekarang. Mereka sudah menunggu."
Sasuke mengerutkan keningnya kembali. "Apa maksudmu? Mobilku rusak? Mereka itu siapa?"
Tiba-tiba hening sejenak. Sedetik kemudian Sasuke tersadar.
"Ah! Aku sudah ingat." Kata Sasuke cepat sambil memijit pelipisnya. "Iya benar, mobilku masih dibengkel jadi aku naik kereta bawah tanah."
"Kau baik-baik saja?"
Sasuke menghela napasnya. "Aku juga masih tidak paham apa yang terjadi pada diriku. Cancel pertemuannya."
"Kau serius? Ini investor penting."
"Aku sedang ada urusan yang lebih penting dari itu. Hartaku tidak cukup membuatku bisa hidup."
Sasuke langsung mematikan telponnya dan kembali melanjutkan langkahnya.
Ia berlari dengan sekuat tenaga. Matanya terus mencari sosok Hinata di tengah keramaian. Senyumnya langsung mengembang saat menemukan orang yang ia cari.Saat sudah dekat, Sasuke langsung menarik tangan Hinata.
"Tunggu."
Hinata langsung menoleh dan mendapati pria asing yang ia tolong tadi.
"Eh! Anda-"
"Aku..." tiba-tiba otak jenius Sasuke blank. Di otaknya hanya ingin bertemu dengan Hinata. Ia tidak memikirkan alasan kenapa ia menahan Hinata saat ini.
Hinata mengerutkan keningnya, lalu melambaikan tangannnya dihadapan wajah Sasuke yang ngeblank. "Halo?"
Sasuke kebingungan.
"Anda baik-baik saja?"
Sasuke menarik napasnya sejenak, lalu menggeleng.
"Tidak. Maksudku, aku tidak baik-baik saja karena tadi. Jadi, aku ingin memintamu mengantarkanku ke rumah sakit."
Hinata terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah. Apa perlu saya panggil ambulan?"
"Jangan. Aku lebih suka berjalan berdua denganmu."
Hinata menatap aneh Sasuke.
"Maksudku aku masih bisa berjalan." Kata Sasuke meluruskan ucapan yang sebelumnya terdengar ambigu. Dibalik wajahnya yang datar, jantungnya berdebar kencang karena takut Hinata akan menilainya aneh dan akhirnya malah ia akan dijauhi Hinata.
"Baiklah. Sebentar lagi kita akan sampai."
Selama perjalanan yang tak terlalu panjang itu, Sasuke dengan pikirannya yang gelisah mencoba mencari topik pembicaraan dan menarik perhatian Hinata. Sedangkan Hinata hanya berjalan santai dan tenang.
"Sudah sampai. Silahkan langsung masuk ke UGD yang ada di sebelah sana. Saya permisi dulu. Senang bertemu dengan....?"
Astaga! Sasuke rasanya ingin mencekik dirinya karena terlalu bodoh dalam memulai interaksi. Perkenalan adalah sesuatu yang penting. Walaupun dia memang sudah mengenal Hinata, tapi setidaknya ia harus mengulangnya. Bagaimana bisa ia lupa?
"Jangan terlalu formal padaku. Aku Sasuke. Dan kau?"
Hinata memasang senyumnya yang membuat Sasuke seperti ingin meleleh pada saat itu juga.
"Aku Hyuuga Hinata. Senang bertemu denganmu, Sasuke-san. Aku permisi dulu."
Sasuke menghela napas kecewa. Ia ingin sekali menahan Hinata, tapi itu hanya tindakan gegabah yang membuat Hinata melihat dirinya aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
RomanceSasuke Uchiha, pria berumur 33 tahun itu jatuh cinta pada Hyuuga Hinata. Tapi sayangnya, si Uchiha yang terkenal angkuh dan sombong itu justru tidak berani mengungkapkannya sehingga Hinata menjadi milik orang lain. Hal itu membuat Sasuke hancur dan...